All Chapters of Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin: Chapter 121 - Chapter 130
147 Chapters
Bab 120.
"Hidupmu sudah tidak lama lagi, Edd."Akhirnya, Navier tidak lagi merasa bimbang. Dengan lantang dia mengatakan hal itu tepat i depan Edgar. Hal yang sebelumnya tidak pernah dia pikirkan untuk memberitahu secepat ini.Awalnya, Navier akan memberitahu Edgar pelan-pelan setelah Luois pulang dari masa rawatnya. Sayang, semua itu malah dirasa terlalu lama. Lagi pula kini hanya ada mereka berdua.Dokter tidak akan mengatakan langsung kepada Edgar dengan alasan medis, dan entah itu Felix atau Sean, juga tidak memiliki wewenang untuk mengatakannya."Aku tahu. Bukankah memang seperti itu adanya?""Tapi, apa kamu ....""Aku sama sekali tidak keberatan dengan hal itu, Na. Aku sudah pasrah dengan apa yang terjadi. Lagi pula, aku sudah berteu lagi denganmu dan aku yakin kau tidak akan meninggalkanku. Bukankah benar begitu adanya?""Tapi, apa kamu tahu siapa yang-""Yang meracuniku, kan? Wanita itu dan ibuku sendiri yang melakukannya. Aku s
Read more
Bab 121.
"Jangan mengajakku bercanda! Kau sangat tidak cocok untuk hal semacam itu!" Navier mencoba menyangkal pernyataan Edgar. Bagaimana pria itu dengan santai mengatakan jika punya penawarnya, sedangkan selama ini dia tidak pernah menyinggung apa pun soal racun itu? Kalau mungkin Edar memberitahu hal lain, mungkin Navier masih bisa percaya. Akan tetapi, tidak dengan penawar itu. "Kau tahu dengan pasti aku sedang bercanda atau tidak. Bukankah kita bersama tidak dalam satu atau dua tahun saja? Yah ... meski harus kuakui jika kita berpisah juga untuk waktu yang lama. Tapi, hey! Aku masih Edgar yang sama dengan yang dulu saat masib bersamamu." "Tidak, kau bukan Edgar-ku. Edgar-ku sangat tampan! Wajahnya masih muda dengan rambut tanpa uban dan kulit kencang. Memang, siapa kau? Kau hanya pria tua dengan keriput dan uban di sana sini! Kurasa siapa pun pasti mengira jika kau ayahku!" "Kau benar." Edgar berucap lirih. Dia sangat menyadari perubahan m
Read more
Bab 122.
"Kau mendapat ketenanganmu?" tanya Luois pada Edgar dan Navier yang telah kembali. Sudah lama sejak Edgar dan Navier meninggalkannya bersama Sean, Luois merasa bosan. Sean sangat kaku untuk diajak bicara, ditambah dengan mereka yang tidak pernah akrab. Semua itu membuat Luois merasa tidak nyaman. Sean hanya berbicara beberapa patah kata, setelah itu memilih untuk pulang. Mereka tidak terlibat perbincangan yang panjang dan serius. Hanya saling bertukar kabar dan menanyakan kesibukan masing-masing. "Aku cukup menikmati waktuku," jawab Edgar. Luois menatap wajah Navier yang menunduk dan terlihat lembab. Tidak ada kata yang terucap seperti sebelumnya. Dari hal itu, Luois bisa menyimpulkan jika mereka terlibat adu mulut. "Keadaanku sudah lebih baik, jadi aku sudah meminta dokter untuk kepulanganku." "Kapan?" "Katanya setelah hasil pemeriksaan dan tes lab keluar, aku bisa mendapat kabarnya. Kalau baik, aku sudah boleh pulang
Read more
Bab 123.
Setelah perbincangan panjang mereka, Luois dan Edgar tidak saling bertegur sapa. Mereka seperti dua orang asing yang kebetulan berada di tempat dan ruang yang sama. Kalau saja Navier tidak berusaha mengajak berbincang keduanya, mungkin tidak ada percakapan yang bisa didengar olehnya. Kehadiran Navier di antara mereka, seolah menjadi penghubung. Edgar hanya akan mengajak Navier berbincang, begitu juga dengan Luois. Keduanya akan diam jika Navier sudah mulai mengusik dan berusaha menyambungkan keduanya. Dari semua itu, bahkan anak kecil pun bisa menebak jika mereka tengah adu perang dingin. "A-anu, Tuan Luois-" "Dad. Sudah berapa kali aku katakan untuk memanggil Dad!" "A-ah, ya, Dad. Bagaimana dengan bersiapnya?" tanya Navier. Beberapa waktu lalu, Luois menegaskan dengan jelas di depan Edgar bahwa Navier harus memanggilnya Dad. Navier memang memanggilnya Dad di waktu tertentu saja, tetapi terkadang masih lupa dan me
Read more
Bab 124.
"Aku marah pada Dad karena tidak bisa memberi pembalasan pada Henry." Ucapan singkat dari Edgar, membuat Navier diam. Dia tidak lupa bahwa Edgar tahu bagaimana kondisi Henry yang terluka. "Bukankah kau sudah tahu jika Lissa yang melakukannya? Kau tahu, aku mulai berpikir kalau wanita itu pasti sedang memiliki kelainan psikis. Henry juga suah mengatakan padaku apa yang terjadi saat itu tanpa ada yang tertutupi. Kau tahu? Setelah keadian ini aku berpikir jika lebih baik kau menikahinya saja." "Kenapa kau berpikir begitu? Kau sudah tidak mencintaiku lagi sebagai seorang suami?" "Kata siapa kau suamiku? Aku ingat kalau dulu sudah menandatangani surat perceraian. Itu artinya baik aku maupun kau sudah tidak memiliki ikatan apa pun, kan?" "Aku sama sekali tidak pernah menyerahkannya pada pencatatan sipil! Kau harus tahu itu. Jadi secara teknis kita tidak pernah berpisah!" "Tapi kurasa lebih baik jika kita melakukan hal itu. Ayah dan ibumu tid
Read more
Bab 125.
Semua percakapan itu, Luois telah mendengarnya dengan baik. Dia tidak menyangka Edgar akan mengucapkan hal yang seperti itu. Karena selama ini, dia juga sudah tahu apa yang dilakukan oleh Cassandra. Hanya saja, untuk membuat hati sadar itu terlalu sulit. Sebelum pergi Luois memang menyimpan satu alat penyadap jarak jauh untuk mendengarkan apa yang diperbincangkan putranya dengan sang menantu. Tidak menyangka jika dia mendapatkan fakta yang begitu mengiris hati. "Aku perlu meluruskan sesuatu," monolog Luois. Dia mengendarai sendiri mobil pribadinya untuk pergi ke tempat terakhir sebelum berakhir rumah sakit. Dia sudah hapal di mana jalan yang menuju ke sana. Jadi, tidak perlu petunjuk apa pun untuk sampai. Dia hanya perlu menguatkan diri dengan semua yang akan dihadapi. "Aku datang secara baik-baik untuk menemui istriku. Tenang saja, aku tidak akan membuat kekacauan dan membebaskannya." Luois menatap tajam beberapa orang berseragam hitam yang berdiri si luar bangunan itu. Dalam se
Read more
Bab 126.
Bibir Cassandra bergetar.Selama ini belum pernah dia melihat Luois menangis seperti itu. Bahkan ketika Jonathan tiada, atau kelahiran Edgar sekalipun. Kini, suaminya mengucurkan air mata di depan matanya."Katakan di mana salahku mendidikmu sebagai istri, Cassie? Aku selalu membimbingmu ke jalan yang benar. Menegurmu jika salah, tak peduli sebanyak apa kau melakukan kesalahan. Selain menegur, aku juga membereskan semua kekacauan yang kau lakukan, Cassie. Sayang kau menggunakan itu sebagai tameng."Cassandra menggeleng dan menunduk.Dari segi mana pun Luois memang sempurna sebagai seorang suami. Dia saja yang ingin memanfaatkan hal itu untuk kepentingan pribadinya. Bahkan hingga titik akhir, Luois masih merasa ini salahnya."Aku selalu berharap kau tidak terlalu serakah. Tidak cukup untukmu mengambil pelajaran dari saat itu? Saat di mana harta kita habis dikuras wanita itu. Sebenarnya aku cukup heran padamu. Apa yang diperbuatnya hingga kau rela me
Read more
Bab 127.
"Jika Cassandra tak memberi jawaban sama sekali, ke mana aku harus pergi?" monolog Luois.Dia pergi dan berjalan tanpa satu tujuan yang pasti. Dengan semua penyesalan yang bersarang di dadanya. Dengan semua kesia-siaan yang didapat karena menemui Cassandra yang tlah tidak waras."Ah, andai semua masih di sini, tentu tidak akan begitu terasa rumit," lanjutnya.Luois menyesali semua yang telah pergi tanpa dia sadari.Di mana Jonathan selaku ayahnya, yang sejak dulu bisa memberikan satu atau dua patah kata nasihat. Atau Felix yang sebelas dua belas dengan ayahnya, dan yang lainnya. Mereka kini semua telah tidak ada meninggalkannya sendiri.Henry mungkin juga bisa memberi solusi, tetapi dia bahkan tidak tahu ke mana anak itu pergi menyembuhkan diri. Hanya nama Felix yang disebut, tetapi Luois benar-benar tidak tahu apakah hal itu benar atau tidak.Sejak awal, ayahnya benar tentang segala hal.Edgar dirasa lebih mampu dari dirinya, hingga
Read more
Bab 128.
Semua terjadi begitu cepat. Luois yang tiba-tiba mendatangi Edgar dan Navier, dan meminta maaf. Tak lupa salam maaf untuk Henry juga dan mengalihkan semua aset atas nama Edgar. Bahkan tidak ada sehari setelah itu, kabar mengejutkan telah sampai pada mereka . Luois dikabarkan tidak selamat dalam perjalanan menuju rumah sakit, karena kecelakaan yang menimpanya. Mobil yang dia kendarai menghantam truk yang melaju kencang hingga ringsek. Sementara penyebabnya adalah kecelakaan lain. Luois membanting setir hingga menabrak trus di jalur sebelah karena menghindari seseorang yang terjatuh dari sepedanya. Banyaknya saksi serta buki dukung dari CCTV jalan, membuat polisi menutup kasusnya dan menetapkan sebagai kecelakaan murni. Hanya saja, semua masih tidak menyangka jika Luois bisa secepat itu meninggalkan mereka. Terutama Edgar. Pria itu terlalu syok hingga kesehatannya kembali menurun. Padahal sebelumnya dia telah meng
Read more
Bab 129.
Suasana duka masih terasa.Kepergian Luois yang begitu mendadak, membuat mereka masih menyayangkan kepergiannya. Namun, tidak semua ingin terlalu larut dalam duka tanpa batas itu, karena dunia masih harus berputar dan mereka harus mengikutinya."Semua aset Tuan Luois sudah diatasnamakan Tuan Edgar selaku ahli waris tunggal. Untuk Nyonya Cssandra, beliau memberikan rumah kedua mereka untuk tempat tinggal. Semua pekerja dan kebutuhan sehari-hari Nyonya akan ditanggung oleh Tuan Edgar selaku putranya."Pembacaan warisan oleh pengacara Luois berjalan tenang tanpa ada yang keberatan dengan itu. Tidak banyak yang hadir. Hanya beberapa gelintir orang termasuk Edgar, Navier dan Cassandra. Sebagian sudah tahu akan hal itu, tetapi yang lain hanya bisa menatap iba.Pemberian sebagian kecil untuk Cassandra tentu merupakan hal yang mengejutkan.Akan tetapi, bukan hal yang mengecewakan jika semuanya jatuh ke tangan Edgar. Semua orang tahu bagaimana perangai nyon
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status