All Chapters of Mantan, Balikan Yuk! : Chapter 11 - Chapter 20
50 Chapters
11. Tak Seindah yang Diimpikan
Nuri masih sesegukan menangis di kamar mandi. Ia terus saja menggosok kuat bibirnya agar bekas cairan milik suaminya yang ia terpaksa telan,bisa hilang tak berbekas. Nuri bahkan mencolok mulutnya, agar apa yang sudah ia telan, bisa kembali ia muntahkan, tetapi percuma. Hingga rasa perih menyerang perutnya, wanita itu tidak mengeluarkan apa-apa. "Nuri, kamu kenapa?" tanya Daniel dari luar. Nuri tidak menyahut. Air pancuran hangat yang membasahi tubuhnya sengaja ia besarkan. Agar suara suaminya tidak terdengar. Apakah memang seperti ini menikah, lalu berhubungan suami istri? Kenapa rasanya jijik sekali. Batin Nuri. Uek! Uek! "Nuri, buka!" "Saya gak papa, masuk angin saja." Nuri menyahut dengan suara bergetar. "Ya sudah kalau gitu, cepat mandinya, saya juga mau mandi. Ini sudah mau magrib." Nuri lekas menyikat gigi sampai ke langit-langit mulut. Meskipun sudah bersih, tetapi ia masih merasa sangat lengket. "Nuri, cepat, Sayang!" Nuri buru-buru memakai handuknya. Wanita itu membuk
Read more
12. Telepon dari Ibu Mertua
"Mbak, tebak tadi saya ketemu siapa di rumah sakit?" tanya Bu Mila yang baru saja turun dari taksi online. Bu Cici yang tengah memeriksa tanamannya langsung menoleh pada adiknya itu. "Siapa? Artis?" tanya Bu Cici tak begitu penasaran. Ia malah kembali fokus pada tanamannya. "Bukan, Mbak, tapi Nuri." Kegiatan menggunting tanaman itu pun ia hentikan. "Nuri, sakit apa?" tanya Bu Cici kali ini dengan menunjukkan raut penasaran. "Gak tahu, tapi berobatnya ke spesialis alat kelamin." Kening Bu Cici semakin berkerut dalam. "Ya ampun, sakit apa? Kelamin? HIV? Kamu yakin gak salah lihat?""Ya gak tahu sakitnya apa, Mbak, tapi yang jelas Nuri masuk ke ruangan itu. Coba Mbak tanyakan saja ke Daniel. Bukannya mereka udah rujuk. Anunya bau kali, Mbak atau bisa juga dingin hi hi hi.... ""Ya ampun, kasihan sekali putraku. Ya sudah, saya telepon Daniel dulu deh." Bu Cici bergegas masuk ke dalam rumah. Ia mengangkat gagang telepon rumah, lalu menekan nomor kantor anaknya. Panggilannya tidak kun
Read more
13. Daniel dan Nuri ke Rumah Sakit
"Kamu jadi ke dokter tadi, Sayang?" tanya Daniel saat mereka sudah duduk di ranjang dan bersiap-siap tidur. "Sudah, Mas. Mata dokter mau cek bagian dalam dan jika memang nanti perlu dibedah kecil, maka akan dibedah.""Alhamdulillah, bagus kalau begitu, Nuri. Akhirnya penderitaan suami kamu ini akan sirna. Terus, katanya kapan bisa dibedah?" Daniel begitu penasaran. Senyumnya terus terbit saat mendengar bahwa ada solusi untuk masalah kewanitaan istrinya. "Dokter minta kota berdua datang ke rumah sakit, lalu tanda tangan. Persetujuan Mas dibutuhkan untuk itu." Daniel mengangguk paham. "Besok saja, biar saya ijin. Kalau bisa, besok kaku langsung operasi kecil gak papa. Semakin cepat semakin baik. Terima kasih Nuri, kamu sudah melakukan yang terbaik untuk suami kamu ini." Daniel mendaratkan ciuman di bibir Nuri dengan lembut. "Ya sudah, kita tidur yuk!" Daniel sudah berbaring sambil menarik pelan tubuh sang Istri untuk masuk ke dalam dekapannya. Satu menit baru berlalu dan dengkuran s
Read more
14. Ada Tamu
"Maaf, Pak, tekanan darah istri Bapak harus normal, baru bisa dilakukan tindakan operasi. Apalagi membutuhkan bius. Masih sayang istri'kan?" dokter lain yang dikunjungi Daniel dan Nuri pun mengatakan hal yang serupa. Daniel menghela napas berat . Jelas sekali pria itu kecewa. "Jangan ajari saya tentang sayang istri atau tidak, karena saya yang paling tahu. Justru karena saya sayang istri saya, makanya saya mau dia sehat.""Tapi tidak dengan memaksakan melakukan operasi di saat tekanan darah tinggi. Bapak bisa menjadi duda, istri Bapak bisa ada di dalam tanah. Jadi, tolong pikirkan. Bapak bisa membaca artikel kesehatan yang menerangkan tentang ini.""Baik, Dok, terima kasih atas penjelasannya. Kalau begitu kami permisi!" Nuri menyela pembicaraan antara suaminya dan dokter pria itu. Nuri bangun lebih dahulu, lalu bergegas keluar ruangan tanpa menoleh pada Daniel. Wanita itu berjalan cepat menuju lobi. Ia memutuskan untuk naik taksi saja yang kebetulan baru saja menurunkan penumpang di
Read more
15. Dua Istri
"Permisi, kamar saya ada di mana ya?" wanita bernama Angel itu, masuk ke dalam rumah tanpa basa-basi, sambil menarik kopernya. Tubuh Nuri sedikit tersentak karena pundaknya disenggol Angel. "Tunggu! Kamu gak bisa masuk seenaknya ke rumah saya?" Nuri berhasil menahan tangan Angel. Wanita muda berusia dua puluh empat tahun itu menepis tangan Nuri dengan sedikit memaksa, karena Nuri mencengkram dengan kuat. "Ini juga rumah saya, Mbak Nuri. Posisi kita satu sama bukan? Mbak Nuri dinikahi siri, saya pun sama. Kita berdua punya hak yang sama di rumah ini. Kenapa? Keberatan? Silakan telepon suami kita." Dengan gaya angkuhnya, Angel memberikan ponsel miliknya pada Nuri. Nuri terdiam, ia tahu, tidak ada wanita senekat Angel, jika ini adalah sebuah kebohongan. Angel pasti benar, bahwa suaminya sudah menikahi gadis di depannya ini. "Mbak, bisa jawab pertanyaan saya tadi? Kamar saya di mana?" tanya Angel. "Mana saya tahu! Di sini hanya ada kamar saya dan Daniel. Kamar Luna, dan kamar produksi
Read more
16. Kedatangan Mertua
"Halo, assalamualaykum, Bu. Ini Winda, besok jualan gak, Bu?""Oh, iya, Win. Besok jualan ya. Kamu siap-siapin aja warung. Minta Eko ke rumah saya untuk bawa amunisi jualan. Kita buka jam sebelas aja ya.""Baik, Bu, segera saya kabarin Eko. Oh, iya, tadi Pak Dika juga ke warung Bu. Saya diberitahu Mang Ujo tukang parkir.""Oh, iya, makasih infonya, Win." Nuri menutup panggilan dari Winda. Mendengar nama Dika, ia kembali teringat akan masa lalunya bersama pria itu. Jika sudah tiada, baru terasa. Sekarang diuber kayak orang dimabuk cinta. Batin Nuri sambil tersenyum tipis. Suara mobil dan juga pagar yang dibuka, membuat Nuri bergegas menuju jendela. Bukan Daniel yang tiba, melainkan Bu Cici; mertuanya. Pasti Angel yang memangil mertuanya ke sini. Batin Nuri lagi.Wanita itu memasang head set, sambil menyetel lagu remix. Ia sengaja melakukan itu agar tidak perlu mendengar suara ketus mertuanya.KringDaniel meneleponnya, sehingga musik remix itu berhenti sejenak."Halo.""Halo, Nuri, ka
Read more
17. Pesan untuk Dika
"Sayang, udah pulang?" Angel langsung menghampiri Daniel dengan suara mendayu, lemah, lembut yang seperti dibuat-buat. Daniel hanya menoleh sekilas, sambil menghela napas. "Kita perlu bicara, Mas!" Nuri menarik tangan Daniel menuju kamar mereka. "Ada apa? Aku capek, jangan ajak berdebat!" Daniel melepas cengkeraman tangan Nuri sesecara hati-hati, karena ia tidak mau menyakiti istrinya itu. "Harusnya aku yang capek. Aku harusnya yang menghancurkan isi rumah ini saat ada istri muda suaminya dengan berani dan tidak tahu malu, datang ke sini!" Nuri menatap Angel dengan sengit. "Ini rumahku, Nuri. Siapapun boleh tinggal di sini!" Ujar Daniel tegas. "Kalau begitu, aku yang pergi, Mas. Talak saja aku. Aku gak akan mati patah hati kalau kamu cerai!" Suara Nuri mulai bergetar. Ia tahu saat ini menjadi tontonan oleh mertua dan juga wanita yang berhasil masuk ke rumah tangganya. Ekor matanya dapat menangkap kedua orang itu sedang tersenyum penuh kemenangan. Mungkinkah ia salah strategi? "G
Read more
18. Kemarahan Luna
Dika yang tengah menonton televisi di kamarnya, menoleh ke kiri saat ponselnya bergetar. Ia enggan meraih benda pipih itu karena khawatir Tika yang mengirimkan pesan padanya. Sejak Tika ia pulangkan, ada banyak nomor tidak dikenal yang mengirimkan pesan WA ataupun miscall tidak jelas. Bu Widya keluar dari kamar dan melihat putranya sedang termenung di depan TV yang menyala. Ia berjalan mendekati Dika, lalu duduk di sampingnya. "Eh, Mama, kaget saya!" Dika mengusap dadanya. "Kamu kenapa belum tidur? Biasanya jam delapan udah merem," tanya Bu Widya. "Kangen Nuri, Ma. Warungnya belum buka juga. Padahal saya pengen ketemu. Sayang sekali kesempatan saya bisa balikan dengan Nuri semakin tipis," jawab Dika tanpa semangat. Bu Widya tersenyum mafhum. "Kenapa tidak cari yang lain?" tanya Bu Widya. "Nggak ah, kalau yang lain mah, takut kayak Tika. Saya udah kapok salah pilih." "Kalau begitu, jangan bengong terus. Kucing tetangga sebelah, kebanyakan bengong, besokannya hamil." Dika tertawa
Read more
19. Nuri Memboikot Daniel
Nuri benar-benar tidak membiarkan suaminya masuk ke dalam kamar. Pintu kamar tidak pernah ia buka, bahkan hingga pagi harinya. Nuri melakukan boikot pada Daniel, agar suaminya itu menyadari kesalahannya. Namun, orang seperti suaminya bukan tipe mau teris membujuk.. Daniel tipe lelaki yang membiarkan semuanya berlalu, sehingga semua masalah, dapat selesai dengan sendirinya.Daniel berteriak minta dibukakan pintu, tetapi Nuri bergeming. Baginya, ini adalah salah satu hukuman untuk suaminya karena telah sangat keterlaluan membiarkan Angel ikut tinggal satu rumah dengannya."Nuri, buka Sayang, aku mau ambil baju untuk kerja!" Seru Daniel. "Buka atau aku dobrak!" Nuri mengabaikan suaminya. Jika memang harus didobrak, maka suaminya sendiri yang akan repot memperbaikinya."Nuri, aku serius!""Aku gak mau buka pintu kalau demit bernama Angel masih di rumah ini. Kamu udah tahu obatnya biar aku buka pintu!" Balas Nuri tidak kalah tegasnya.Brak!Brak!Daniel membuktikan ucapannya. Pria itu ber
Read more
20. Sakit Hati Nuri
"Halo, assalamualaikum, Nuri.""Halo, wa'alaykumussalam, Mas.""MasyaAllah, belum juga selingkuh, saya udah dipanggil, Mas. Jadi makin semangat ini. Jadi, kapan kita check in?""Ha ha ha ... ngaco! Selingkuh yang saya maksud, selingkuh bohongan.""Loh, selingkuh bohongan itu gimana maksudnya, Nuri? Gini deh, apa kita bisa bicara? Kapan kamu ada waktu? Kita ketemu di rumah mama aja untuk membicarakan teknis perselingkuhan kita, setelah itu, baru kita ketemuannya di hotel atau villa, gimana?""Mas, kita bukan mau bikin acara seminar, jadi gak perlu pake teknis."Kali ini, Dika yang tertawa."Oke, kapan jadinya kita mau bertemu? Apa saya ke warung baso kamu lagi?""Gak bisa, Mas, saya gak jualan. Nanti saya alasan deh, kita ketemu di rumah mama aja, sore jam empat. Gimana?""Ya udah, oke."Dika melompat kegirangan setelah menutup panggilannya dengan Nuri. Hati mana yang tidak bahagia dan gegap gembira, karena Nuri sebentar lagi, akan dekat dengannya. Dia sendiri juga tidak mengerti kenap
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status