All Chapters of Mafia Cantik Dan CEO buruk Rupa: Chapter 51 - Chapter 60
83 Chapters
Bab 51
La Rossa pergi ke kantor tempat perusahaan Gilbert berada. Ia mendatangi sebuah gedung bertingkat yang menjulang tinggi hampir menembus cakrawala.La Rossa yang datang dengan menggunakan taxi online pun turun dari mobil. Ia masuk ke dalam gedung itu dan dataang ke rreseptionis untuk menanyakan letak kntor Gilbert."Permisi Mbak, kantor Pak Gilbert ada di lantai berapa ya?" tanya La Rossa sopan. Meski itu bukan gayanya, tapi, karena ini di kantor La Rossa harus bersikap sopan.Reseptionis yang di panggil Mbak itu tak menjawab pertanyaan La Rossa, ia justru sibuk memoles wajahnya. Sekali lagi La Rossa bertanya dengan sopan."Permisi Mbak, kantor milik Pak Gilbert ada di lantai berapa ya?" pertanyaan yang sama La Rossa lontarkan pada reseptionis itu.Kali ini ia merespon, tapi, dengan tatapan sinis ia berkata, "Pak Gilbert tidak ada di kantornya!""Aku tahu, aku hanya perlu tahu, dimana ruangannya?" ucap La Rossa tak lagi sopan.Kembali reseptionis itu memandang sinis La Rossa, ia meneli
Read more
Bab 52
La Rossa menarik dokumen itu dan membacanya, ia mengerutkan keningnya hingga menghitam.La Rossa memfoto dokumen itu, dan kemudian menyimpannya kembali. Saat La Rossa sedang menandatangani dokumen-dokumen itu, ada yang mengetuk pintu dan ternyata itu adalah Mia."Maaf Bu, ada yang ingin bertemu. Apa Ibu bersedia menemuinya?" ucap Mia"Siapa?" tanya La Rossa pada Mia."Dia perwakilan dari perusahaan Minshi," jelas Mia."Aku akan menemuinya!" ucap La Rossa.La Rossa menyerahkan dokumen-dokumen itu. Dan Mia mengambilnya kemudian ia keluar.Tak berapa lama pintu kembali di ketuk, Mia mengantar dua orang laki-laki yang memiliki tubuh yang tinggi dengan mata sipit."Permisi Bu, mereka adalah perwakilan dari perusahaan Minshi," Mia memperkenalkan dua orang pria yang masuk bersamanya.La Rossa berdiri dari duduknya dan ia menyalami keduanya. Mereka berdua menelisik penampilan La Rossa yang hanya mengenakan kaos oblong, celana jeans dan sandal jepit.Yang di telisik acuh. Ia tak pernah peduli
Read more
Bab 53
Bugh! La Rossa mendapatkan tendangan di punggungnya hingga ia terjerembab dan tersungkur di lantai.La Rossa dengan bersalto ia kembali berdiri. Menghadap ke laki-laki jangkung itu. Sebuah senyum menyeringai ia tampilkan.La Rossa menerjang lawan dengan mengarahkan tinju ke wajahnya, laki-laki itu menangkis serangan La Rossa, ternyata itu hanya pengalihan saja. Serangan yang sesungguhnya adalah sebuah tendangan yang jatuh tepat di selangkangan.Bugh! Awwhh! Jeritnya sambil menegangi buah jakarnya.La Rossa terus menyerang tak memberi sedikit pun celah untuknya bernafas.Bugh! Laki-laki itu jatuh setelah mendapat beberapa kali tinju dan tendangan yang mendarat di dada dan pelipisnya.Ia pun tumbang dengan menghantam meja kaca dan pyar! meja itu pecah hingga menjadi kepingan halus."Keluar!" usir La Rossa dengan suara lantang.Mereka berdiri dan kalang kabut langsung lari hingga terbirit-birit.Para staff yang ada di depan ruangan La Rossa bergerombol mengintip perkelahian antara Bosnya
Read more
Bab 54
Pelayan itu membuka matanya lebar-lebar dan menguceknya hingga berkali-kali.Ia masih tak percaya pada penglihatannya, lalu ia kembali dengan membawa kartu hitam itu dan menyerahkan kembali pada La Rossa.orang itu penasaran dan bertanya, "pasti kosong isinya 'kan? Bisa jadi itu kartu palsu!" ucapnya sambil tersenyum mengejek."Siapa namamu?" tanya La Rossa, ia terlalu malas untuk melihat name tag yang tergantung di lehernya." Apa pedulimu?" jawabnya."Aku harap hidupmu baik-baik saja setelah ini!" tegas La Rossa. Ia kembali memasukkan kartu itu ke saku celananya."Cepat katakan berapa isi saldo di dalam kartu itu!" perintah orang itu tak sabar."Isinya ...," belum juga selesai, ucapannya sudah di potong."Isinya paling kosong! hahahah," tawanya mengejek."Tidak Pak! Isinya satu milyar," ucap wanita itu."Hanya satu milyar, tapi, sombongnya selangit dan bertingkah pula!" masih dengan nada mengejek."Satu milyar dolar," sambung wanita itu."Sa-satu milyar dollar?" ucap orang itu terbat
Read more
Bab 55
Bugh! Laki-laki baya itu langsung menjatuhkan dirinya di hadapan La Rossa. Ia berlutut dan merendah pada La Rossa.Semua karyawan dealer terbesar di Ibukota itu melotot tak percaya. Bagaimana mungkin seorang Mitsusaka berlutut di hadapan seorang gadis yang biasa saja, malah lebih terlihat seperti gadis miskin.Mereka saling memandang, dan orang yang mengaku sebagai keponakan Tuan Mitsusaka menghampiri pamannya."Paman, apa yang kamu lakukan?" tanya manager itu.Orang yang di panggil Paman itu tak menanggapi pertanyaan dari orang yang mengaku sebagai keponakannya."Paman, ayo bangun! Jangan mempermalukan dirimu sendiri di depan orang banyak, dia hanya gadis miskin yang tidak waras!" ucap orang itu.Mitsusaka menoleh menatap keponakannya. Ia heran apa keponakannya ini dungu atau memang bodoh?Jelas-jelas Mitsusaka berlutut dihadapan La Rossa yang artinya ia sedang memohon pada gadis itu demi untuk keberlangsungan hidupnya."Mario cepat berlutut! Ini berlaku untuk kalian juga!" Perintah
Read more
Bab 56
La Rossa menyiapkan segalanya. Ia mengenakan gaun warna hitam dan kerudung hitam lengkap dengan kaca mata hitam.Hari ini adalah pemakaman Gilbert yang di semayamkan di rumah duka.Alfredo menyewa tempat untuk menyemayamkan jasad Gilbert yang telah hancur.La Rossa, Mac dan Morgan bersiqp mendatangi tempat duka.Mereka pergi dengan mengendarai mobil La Rossa. Sesampainyq di sana, para pelayat sudah ramai berdatangan.La Rossa tak mengenal satu pun dari mereka. Ia duduk di pojok ruangan memperhatikan dengan seksama apa yang semua mereka lakukan."Itu Paman Tuan Gilbert, Alfredo!" ucap La Rossa, ia hapal wajah Alfredo karena pernah bertemu saat dirinya menjadi sekertarisnya."Dan itu Abraham, Asisten kepercayaannya," La Rossa kembali mengenalkan orang yang ia kenali."Tugas kita hanya mengawasi jalannya pemakaman agar berjalan lancar!" ucap La Rossa.Ada beberapa orang lainnya yang datang bersama Alfredo, dia adalah Sisca istri dari Alfredo dan dua orang putra dan putrinya Alfredo. Tak
Read more
Bab 57
La Rossa kembali duduk di tempatnya semula, hatinya sungguh tak tenang. Semuanya kacau, ia sudah malas untuk melanjutkan rencananya.Ia berdiri, dan memerintahkan pada Mac untuk pulang saja."Kia pulang!" La Rossa bangkit dari duduknya. Ia pergi meninggalkan Mac dan Morgan yang masih melongo di tempat duduknya.La Rossa yang menyadari tak ada pergerakan dari dua orang itu menghentikan langkahnya. Ia membalikkan badannya, menatap tajam ke arah kedua orang itu.Mac dan Morgan yang mendapat tatapan dari La Rossa gegas berlari menghampiri wanita cantik dan imut itu."Bagaimana dengan rencananya?" tanya Morgan."Batalkan saja!" ucap La Rossa sembari menyandarkan tubuhnya, ia memijat pelipisnya."Batal? Begitu saja?" tanya Morgan tak percaya, kesenangannya dipatahkan begitu saja oleh La Rossa."Keberatan?!" tanya La Rossa dingin."Tidak," jawab Morgan. Mana berani ia mengungkap kebenarannya."Antar aku ke apartemen!" pinta La Rossa.Mac mengantar La Rossa ke apartemen yang telah disiapkan o
Read more
Bab 58
La Rossa berjalan ke arah pintu, ia mengintip dari celah kaca bulat kecil yang ada di daun pintu. La Rossa melihat Jonathan dan Susan di sana. Ia pun membukakan pintu untuk mereka."Jonathan! Susan! Kalian, bagaimana bisa tahu apartement ini?" tanya La Rossa terkejut."Tentu saja aku tahu, karena akulah yang membeli apartemen ini atas nama Tuan Gilbert " jelas Jonathan."Apa Nona, akan membiarkan kami tetap berdiri di luar?" tanya Jonathan kemudian."Oh, sorry! Masuklah!" ajak La Rossa sambil menggeser tubuhnya ke samping, agar mereka berdua bisa masuk.Jonathan dan Susan masuk ke dalam apartemen dengan melewati La Rossa. La Rossa menutup pintu kembali apartemen."Apa urusanmu di sana sudah kelar Jo?" tanya La Rossa sambil mendudukan pantatnya di sofa."Duduklah! Kenapa kalian masih berdiri?" petintah La Rosa ketika melihat Jinathan dan Susan masih berdiri.Mereka akhirnya duduk setelah di persilahkan oleh La Rossa."Apa urusanmu sudah beres Jo?" ulang La Rossa ketika tidak ada jawab
Read more
Bab 59
Gilbert memandang La Rossa dengan sorot mata penuh kerinduan. Ia benar-benar telah merindukan kekasih imutnya."Kapan kita akan menikah?" tanya Gilbert."Apa? Menikah?" La Rossa terkejut dengan ajakan Gilbert yang tiba-tiba itu."Iya, menikah?! kapan? Besok atau Lusa?" tanya Gilbert tak sabar."Memangnya semudah itu?" "Tentu saja mudah!""Ayo, kita lakukan?""melakukan apa?"Tentu saja Menikah, kamu pikir melakukan apa?" "Jangan-jangan kamu berpikiran tentang itu ya?" tanya Gilbert sambil tersenyum.La Rossa tak mengatakan apa pun, ia hanya diam tertunduk malu."Aih, kamu nih. Masih kecil sudah mesum," goda Gilbert.La Rossa kesal terus menerus di goda. Ia pun menendang tulang kering Gilbert. Dugh! Sontak Gilbert meringis kesakitan sembari mengelus tulang keringnya.Gilbert mengejar La Rossa yang berlari kabur setelah menendangnya. mereka main kejar-kejaran di rumah dan akhirnya Gilbert menangkap La Rossa yang sudah terpojok. Ia mengungkung La Rossa dengan tubuhnya."Kamu yang mulai,
Read more
Bab 60
Gilbert dan rombongan memasuki sebuah gedung aula yang besar. Disana sudah banyak para wartawan dari berbagai media yang meliput acara tak biasa itu.Saat Alfredo bersiap menerima jabatan sebagai CEO sekaligus pemilik tunggal dari "SILVERLINE" tiba-tiba aksinya itu di hentikan oleh Gilbert."Halo Paman!" sapa Gilbert dengan senyum yang mengembang di sudut bibirnya."Siapa kamu?" tanya Alfedo kesal sekaligus marah. Karena acaranya terganggu.Gilbert terus melangkah dengan gagah dan langkah pasti. Sebelah tangannya ia masukan ke dalam saku celana, di sampingnya La Rossa mendampingi Gilbert. Sedangkan di belakangnya ada Lucas, Jonathan, Susan dan para pengawal yang langsung menyebar begitu masuk ke dalam aula."Jangan katakan kalau Paman melupakanku?" jawab Gilbert santai."Kamu! Bukankah kamu sudah mati?" teriak Alfredo tak percaya dengan mata melotot sempurna.Alfredo hapal suara Gilbert. Tapi, bagaimana mungkin orang yang sudah hancur lebur tak berbentuk kini bisa berdiri tegak di hada
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status