All Chapters of Pesona Wanita Terkutuk: Chapter 21 - Chapter 30
48 Chapters
21. Atlea sang singa
“Serang!” teriak laki-laki itu.Dan puluhan prajurit Orion yang bersamanya pun langsung bergerak maju dengan beringas.“Sial, Luc!” gadis itu menoleh pada saudaranya. “Ayo kita bantai mereka,” seringai Lucius tiba-tiba.Sang pemuda pun maju sambil menarik salah satu pedang di pinggang. Evelin yang menyaksikan itu terperangah. Masih ragu dengan keputusan gila adiknya.“Dasar!” umpatnya.Tak ada pilihan, mereka diserang. Bertarung atau mati musuh-musuhnya pasti takkan memberikan ampunan. Tanpa keraguan pedang yang tak bersegel pun ditariknya. Sepertinya, keputusan akhir memang hanya mengamuk saja.Lucius sudah duluan melancarkan serangan brutal pada lawan. Pola bertarung serampangan miliknya, jelas mengusik Atlea. Ini pertama kali baginya melihat ksatria asing terlebih pembunuh bayaran bergerak seperti itu.Tak begitu menarik untuk ditiru namun berhasil membunuh lawan dalam sekali tebasan. Membuatnya yakin kalau rumor eksekutor berdarah tanah gelap pantas disandang dua orang di depannya
Read more
22. Dua tenebris dan singa Orion
Hening.Semua berisik seolah ditelan penampakan di luar dugaan. Mata merah layaknya ukiran berlian abadi, merona di netra seorang Lucius.Semua pandangan yang menyaksikan, merasakan desiran aneh ketika menatapnya. Seakan tersihir agar mendekat pada sosoknya.Sayangnya raut berbeda ditampilkan Atlea. Bahkan jika dia terpengaruh, tapi fokusnya luar biasa. Segera ia alihkan pandangan sekilas dan melirik dingin musuhnya.“Jadi mata aneh itulah yang ada di balik penutup. Kau, apa kau seorang penyihir? Menilik kemampuanmu, aku tak yakin kau sekadar pembunuh bayaran biasa. Kau bangsawan bukan?” Perlahan Lucius mengangkat tangannya. Menyisir poni yang menutupi mata kanan sehingga semakin angkuh perawakan.Segaris lekukan tipis membentuk senyuman. Dan suaranya mendingin berbeda dengan sebelumnya. Lucia yang masih setia memandangi, merasakan hawa tak biasa. Seakan kematian berdiri tepat di depannya.“Luc—”“Siapa pun aku, apa pedulimu?” Lucius malah memotong ucapan Lucia. “Bahkan kalau pun k
Read more
23. Ambisi sang Pangeran
Senyum merekah terpatri. Begitu indah rasanya, sangat pantas dipamerkan laki-laki bermata aquamarine itu. Rambut perak dengan poni menyentuh alis rapi membingkai wajah, ditambah ukiran rupa selayaknya dewa, sungguh menggoda untuk mencuci mata.Namun sorot mata sayu yang menajam itu mengernyitkan dahi penontonnya. Merasa penasaran akan jawaban karena tak kunjung dilontarkan.“Pangeran?”“Aku menginginkan utusan itu.” Behella Nel Markaz terdiam. “Aku menginginkan utusan itu, Paman. Bisakah kau bawakan padaku?” sorot matanya memancarkan ambisi.Sang wakil Raja hanya terkekeh menanggapi. Mendekat, namun langkahnya tertuju pada kuda di belakang sana. Di mana hewan itu sibuk mencari makan di dekat pinggiran sungai.“Apa yang kamu inginkan? Mereka cuma pembunuh pinggiran.”Siez berpaling, melirik Behella lewat sudut mata. Seringai melebar di bibirnya dan itu jelas tak terlihat di pandangan adik ayahnya.Lagi pula, cerita yang dilantunkan wakil raja Darkas menjadi hiburan tersendiri baginya.
Read more
24. Luka mengejutkan
Entah bagaimana bisa ksatria elit itu juga muncul di sana. Namun kehadirannya bersama Kaizer tidak mengganggu fokus sang singa. Selain tangannya terus menerus membalik buku-buku tentang kutukan di dunia.“Walau kudengar kau sudah kembali, tak kusangka kau akan ke sini. Apa yang sedang kau cari?” Raygan menyandarkan tubuhnya di salah satu lemari.“Buku kutukan.”“Untuk apa?” dahi berkerut menghiasi sosok Raygan.Helaan napas kasar tersembur dari mulut Atlea Bartodon. Segera ia taruh buku di tangan, di mana benda itu menuliskan hal sia-sia. Cuma tentang kutukan hewan di dalamnya, semakin menyulut emosi karena apa yang dicari tak berjumpa.Lambat laun ia lepaskan zirah di badan. Mengundang tatapan bingung dua kenalannya.“Kamu mau apa?” bingung Kaizer.Tapi tak ada suara yang pecah dari mulut Atlea. Tangannya terus bergerak sehingga sekarang ia pun bertelanjang dada.Akan tetapi, sang pangeran juga ksatria elit kerajaan Orion terbelalak melihatnya. Tak bisa berkata-kata setelah mendapati
Read more
25. Robert
“Luc!” panggilnya.Bahkan dua orang di seberang mereka ikut memamerkan tampang waspada.“Lucia!” hardik Lucius sekali lagi. Bagaimanapun ia jelas terkejut melihat kecepatan tangan kakaknya. Di mana sang gadis muda langsung menarik pedang yang masih diselimuti segel. Tersentak tentunya. Napas terengah langsung menghiasi diri Evelin. Seketika ditatapnya sosok di samping, terlebih tangan adiknya mencengkeram erat lengan ramping miliknya. “Mau apa kau?!”“A-aku ...” Evelin terbata-bata.Mungkin kesadarannya untuk tak mengamuk berhasil dikontrol, tapi ketika bertemu pandang dengan rupa di seberang, gemuruh di dada kembali terbakar. Dia benar-benar ingin membunuh sosok brengsek di pandangan.“Apa nona itu ada dendam padaku?” Siez bersuara.Lucius dan Behella meliriknya. Tiba-tiba pemuda dari Tenebris itu berdiri di hadapan sang kakak. Menghalangi jarak pandang Lucia untuk tak lagi melihat orang yang memicu kemarahan.“Siapa kau?”Tawa pelan pecah di mulut pangeran itu. Perlahan ia miringkan
Read more
26. Kehadiran Marabahaya
Ah, sepertinya memang susah bersikap pura-pura. Jujur saja, Evelin sangat ingin mengatakan kebenaran pada pemuda di depannya. Meneriakkan fakta kalau dia bukanlah Lucia.Tapi, akankah semua baik-baik saja?Bisakah dia percaya nantinya?Mengingat sudut hati Evelin juga membisikkan ketakutan sekarang. Ia tidak bodoh, dirinya sadar kalau Lucius ini mengerikan.Walau sosok yang memiliki rupa Robert telah muncul, tapi tak terelakkan jika auranya juga dimiliki Lucius. Evelin memang takut padanya, sebab ia yakin kalau sosoknya bisa saja mati jika macam-macam dengan adik dunia baru di depan mata.Lain pula dengan Kaizer. Tak tahu kenapa, semenjak melihat lebam aneh di bahu Atlea, pikirannya mendadak kacau. Cenderung merasa bersalah karena tidak serius melawan dua sosok asing yang sudah membunuh komandan ksatria.Seharusnya hari itu ia ikut mengejar Lucius dan Lucia dengan melompat ke sungai. Tapi berandai-andai seperti apa pun semua sudah terlanjur terjadi.Sampai akhirnya fokusnya teralihkan
Read more
27. Perburuan Fabina Orborox
“Wah, wah! Kalian sigap juga ya,” laki-laki berambut panjang itu terkekeh. Pirang warnanya, dengan mata aquamarine sebagai hiasan. Ada tato aneh di wajah kanan, juga pakaian serba hitam melekat di badan.Tingginya setara Siez hanya saja sorot matanya menyiratkan kesinisan. Seolah-olah semua yang terlihat merupakan bahan ledekan.“Tuan, bagaimana?”“Sepertinya mereka kabur,” jelas Fabina pada sosok penanya.“Terus kita harus bagaimana?”“Tentu saja mengejarnya. Aku yakin Kaizer akan sangat berterima kasih nanti. Ayo,” ajaknya dan memacu kuda yang di duduki.Sedangkan Lucius dan Lucia, dia juga menaiki seekor kuda. Milik pangeran kerajaan Darkas tentunya, di mana Siez pun terpaksa berboncengan dengan sang paman.Semua terjadi begitu cepat, tak ada keraguan dalam meminjamkan atau dua bersaudara Tenebris menerima tawaran. Mereka sama-sama bergerak menuju utara.Pinggiran kota yang menjadi perbatasan Darkas dan Orion.“Apa tak bisa kita hadapi saja?” Lucia yang memeluk adiknya dari belakan
Read more
28. Rayuan Menggoda
Sekarang di sinilah Lucius dan Lucia. Di istana merah kerajaan Darkas. Disebut begitu karena seluruh taman yang ada di sana dihiasi bunga-bunga berwarna merah. Cukup aneh sebab tak ada kaitannya dengan arsitektur bangunan.Sementara dua bersaudara yang sudah selesai berganti pakaian dengan pelayanan terbaik saling berbagi pandangan.Lucius tersenyum saat menyaksikan pancaran keindahan sang kakak.“Kamu sangat cantik, Lucia,” pujinya tanpa basa-basi.“Dan kamu sangat tampan.”Pemuda itu mendekat lalu menarik hiasan emas yang mengikat rambut kakaknya. Membuatnya tergerai dan agak mengejutkan Evelin.“Jangan ikat rambutmu.”“Kenapa?” gadis itu memamerkan wajah bingung.“Tidak cocok untukmu,” sambil tersenyum meledek.Evelin pun mengedarkan pandangan malas. Dan ia biarkan Lucius mengurus dandanan rambutnya. Jujur saja, semenjak bangkit sebagai sosok Lucia, dirinya mulai nyaman dengan keadaan itu.Rasanya tak ada salahnya hidup memakai wujud baru. Terlebih dirinya tak sendirian lagi di dun
Read more
29. Pelecehan
Sosok tak asing di mata. Mengenakan pakaian terlalu santai di badan. Namun kemeja putih dengan dua kancing tak terpasang sungguh memamerkan keseksian di raga. Seolah ingin menggoda setiap kaum hawa yang memuja fisiknya.Lucius yang menyaksikan kehadiran itu malah mendecih tiba-tiba. Mendadak suasana hatinya semakin memburuk sekarang.“Mau apa kau ke sini? Kami ingin istirahat,” ucapnya tanpa sopan santun.Sang pangeran yang mengganggu justru tertawa. Sungguh ia merasa terhibur setiap berurusan dengan pemuda di depannya. Sebuah buku dalam kondisi terbuka di tangan kanan perlahan tertutup sempurna. Ia pun mendekat dan memegang bahu Lucius, “Behella dan ayahku ingin bertemu kalian. Kamu tidak keberatan bukan?”Lucius pun menghela napas jengah. Jujur saja ini sangat menyebalkan, entah apa yang diinginkan dua rakun tua itu sehingga mengganggu istirahatnya.“Lucia, raja dan adiknya ingin bertemu dengan kita. Kamu tidur saja biar aku yang mengurusnya,” ujarnya sambil menatap lekat sang kakak
Read more
30. Pertemuan Lucius dan Olea
Di saat bersamaan namun lokasi yang berbeda, tampak seorang laki-laki sedang menggendong sesosok gadis muda. Entah akan dibawa ke mana namun jalan ini jelas tak menuju tempat peristirahatan Lucia.Untung saja tak ada pelayan atau penjaga di sekitar, jika tidak tak bisa dibayangkan bisikan serta lirikan mata mereka.Sebuah pintu terbuka, dengan hati-hati sang penolong pun menurunkan gadis itu di ranjang yang ada. Menatap lekat dan melantunkan kata-kata lemah lembutnya.“Apa ada yang sakit?”Lucia menggeleng. Tapi jelas di mata orang itu kalau perempuan di pandangan tidak baik-baik saja. Tubuh gemetar serta kedua tangan yang memegang erat pakaian koyaknya sedang berusaha menutupi area dada.Helaan napas pelan pun terlontar dari sang penanya. “Jujur saja, aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada Sid jika adikmu mengetahui ini.”Evelin tersentak. Di sela-sela air mata yang berjatuhan tatapannya pun memperlihatkan keterkejutan. Ia langsung mendongak dan mencengkeram lengan laki
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status