Semua Bab Wanita Simpanan Suamiku : Bab 11 - Bab 20
91 Bab
Bab 11
"Keterlaluan kau Hanna," geram Siska sambil mengepalkan tangannya.***Siska mengigit bibirnya cukup kuat hingga lidahnya dapat merasakan sesuatu yang kental dan amis di sana. Kerongkongannya tercekat seakan tak mampu untuk menelan sesuatu. Ancaman Hanna benar-benar menguasai pikirannya saat ini. Ia tak menyangka jika wanita g!l4 itu bisa berpikir sampai sejauh itu untuk membalasnya.Amarah begitu menyeruak di dadanya saat ini, segera ia tinggalkan area kafe menuju meja kasir karena ada sedikit tempat tertutup disana yang sering digunakan para karyawan untuk melepas penat sesaat.Ting.Sebuah pesan masuk ke ponselnya. Tanpa perlu melihat Siska yakin bahwa itu pesan dari Hanna untuknya. Entah mengapa, jemarinya begitu enggan untuk menyentuh kembali benda pipih yang telah dimasukkan kembali ke dalam saku belakang celana jeans-nya."Kau sengaja melakukannya kan, Hanna?" Bisik Siska geram.Seorang pengunjung melambaikan tangan untuk memanggilnya. Untuk sesaat Siska mengabaikan pesan di po
Baca selengkapnya
Bab 12
"Jika kau masih ingin bekerja di sini, lebih baik kau bereskan meja-meja di sana, Siska," perintah Kanaya, sang manager cafe ini. Ketika memergoki Siska yang masih duduk di belakang meja kasir dengan kaki menekuk.***Melihat nada suara managernya yang tidak bersahabat, Siska pun berdiri, meski kedua lututnya masih terasa lemah untuk menopang berat tubuhnya."Mbak, bisakah aku izin pulang, perutku tiba tiba kram," pinta Siska memelas."Izin pulang?" ekor mata Kanaya mendelik tajam."iya Mbak.""Aku bosan mendengarmu selalu meminta izin, Siska. Asal kau tahu, bulan ini saja sudah tiga kali kau minta izin pulang cepat, dengan banyak alasan, aku bahkan tidak enak dengan pegawai lain karena selalu memberimu izin." Tolak Kanaya tegas dengan kedua tangan yang bersidekap di depan dada."Sekali ini saja, mbak." Kembali Siska memohon.Kanaya menggeleng cepat."Tidak! Maaf kau terus saja membuang waktu, jika kau masih ingin bekerja maka layani pelanggan kita di sana, jika kau merasa keberatan d
Baca selengkapnya
Bab 13
Beberapa jam setelah sebelumnya.Hanna masih diam di depan meja riasnya, tampak dari pantulan cermin, wajahnya kini sudah terpoles rapi dengan make-up sederhana, namun tidak mengurangi kecantikannya.Pikirannya kini melayang ketika laporan demi laporan beberapa teman yang mengetahui perselingkuhan suaminya. Bahkan demi membuktikan kabar tersebut, Hanna beberapa kali datang ke kantor suaminya demi mengetahui rekam jejak lelaki itu.Seorang wanita datang menyapa dan berbicara padanya ketika tidak sengaja bertemu dengannya di area parkir kantor tempat Aldo bekerja. Mengetahui jika wanita itu adalah rekan kerja suaminya, Hanna memohon sebuah pertolongan kecil padanya. "Aku hanyalah staf biasa, tapi ... baiklah, aku akan membantu, jika hanya memberitahu jadwal absensinya kurasa itu tidak masalah. Aku bisa mengirim pesan padamu kapan ia datang dan pulang," ujar wanita itu."Aku pasti akan mentraktirmu makan siang, terima kasih banyak," Hanna berucap senang.Beberapa orang di kantor tempat
Baca selengkapnya
Bab 14
Sebuah ketukan di kaca jendela mobilnya membuyarkan lamunannya. Tampak disana seorang gadis berusia belasan tahun tengah memandang lurus padanya.Hanna kembali menghela nafas panjang, lalu melepas kacamata hitam yang di pakainya untuk menyetir tadi. Lalu memeriksa barang yang ada didalam tas jinjing kecilnya. Setelah di rasa semua lengkap barulah ia membuka pintu mobilnya dan keluar."Ah, benar ini Mbak Hanna." Ujar gadis itu riang dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya."Iya, apa kabarmu Sari?" Balas Hanna menyapa."Wah, Mbak Hanna ya, yang anaknya Pak dokter Harun?" Tanya seorang lelaki tua bertopi caping padanya."Iya, saya Hanna. Putrinya dokter Harun," jawab Hanna ramah."Ah, rasanya waktu begitu cepat berlalu, seingat bapak dulu pindah dari sini masih remaja.""Iya, itu benar," Hanna mengangguk."Sayang pak dokter umurnya tidak panjang, padahal beliau adalah orang yang baik. Saya saja pernah diobati gratis oleh beliau," ujar Pak tua itu lirih."Bapak mau ke sawah?" Tanya Han
Baca selengkapnya
Bab 15
Suara statis jaringan terdengar, karena lawan bicaranya tak menjawab apapun. Suara desah angin yang seakan menyapu tanah menambah kesan keheningan diantara mereka.Hanna sengaja membiarkan Siska diam disana, seolah hendak memberi sedikit waktu untuk wanita itu berpikir sebelum mengambil keputusan, meskipun mereka berseteru saat ini, Namun dalam hatinya, Hanna masih berharap Siska dapat berpikir bijaksana dan tidak salah mengambil keputusan.Hanna mendongak ke atas langit, tampak di sana rombongan burung Pipit sedang terbang mengikuti arah angin bertiup, suara kicau burung-burung itu tak terdengar karena tertelan oleh suara lonceng -lonceng kecil yang dipasang para petani untuk mengusir hama meresahkan itu."Mbak Hanna, ayo masuk dulu, ibu sudah siapkan makan untuk kita," ajak Sari dari depan pintu rumah."Sebentar lagi, ya." Jawab Hanna dengan ekor mata yang melirik ke arah ponsel di telinganya."Baiklah," Sari menyahut lalu mengganggukkan kepala.Suara jaringan statis masih terdengar
Baca selengkapnya
Bab 16
Hari sudah menjelang petang begitu Siska keluar dari kantor polisi. Helaan nafas panjang terdengar, wajahnya terlihat begitu lelah dengan manik mata yang sedikit kemerahan karena debu yang beterbangan. Suara bising dan asap kendaraan bermotor yang berdenging di telinga, kini sudah tidak begitu di hiraukannya lagi.Perutnya terasa perih, wajar saja, karena sejak pagi hanya roti gandum saja yang masuk ke dalam lambungnya. Begitu melelahkannya hari ini, hingga membuatnya tidak sempat memikirkan perutnya yang sedari tadi kelaparan.Ekor mata Siska kini tampak memutar, mencari warteg atau penjual makanan gerobak yang ada di sekitarnya. Sayang, keberuntungan kali ini belum berpihak padanya, ia tak menemukan penjual makanan. Hanya kendaraan bermotor saja yang masih memadati jalan."Apa yang harus kulakukan?" Ucapnya getir di tengah rasa lapar yang mendera. Karena tidak mungkin baginya melangkahkan kaki ke cafe atau tempat makan yang nyaman karena isi dompetnya yang mulai menjerit.Pekerjaann
Baca selengkapnya
Bab 17
Aarrgghh!Siska menjerit karena cengkraman tangan Aldo menyakitinya."Lepas, mas!""Katakan jika semua itu adalah omong kosongmu, dan bukti yang kau perlihatkan padaku adalah rekayasa," desak Aldo sambil terus mencengkram erat dagu Siska."Mas, apa kau melihat ada kebohongan di wajahku? Di mataku?" Lidah Siska berkelit."Kau sakit, Siska. Haruskah aku mengatakan jika kau tidak waras?" "Mas, aku mencintaimu. Apa itu tidak cukup?" Lirih Siska dengan air mata yang mulai menetes."Hanna juga mencintaiku," geram Aldo tertahan."M-mas!" Panggil Siska terbata.Kedua tangan Siska, menggapai lengan Aldo, meronta dan berusaha melepaskan dagunya dari cengkraman tangan lelaki itu "Le-lepas mas, bisakah kita masuk ke kamarku saja, mungkin kau lelah hingga berpikir macam macam tentang diriku. Ki-kita bisa menghabiskan malam ini bersama, agar kau bisa sedikit lebih santai," bujuk Siska dengan tangannya yang kini beralih menyentuh ujung kancing kemeja yang dipakai Aldo.Perlahan, cengkraman tangan
Baca selengkapnya
Bab 18
Hanna segera memalingkan wajahnya ketika pandangan matanya bertemu dengan Aldo di meja makan pagi ini. Sudut bibirnya berkedut ketika ia melihat lelaki itu duduk dengan rambut yang terlihat sedikit memanjang.Ingin rasanya ia tertawa melihat penampilan Aldo pagi ini, lelaki yang selalu berpenampilan rapi itu, kini terlihat kacau dengan jambang yang dibiarkan tumbuh, Hanna mengira jika sudah dua hari, suaminya itu tidak mencukur jambangnya.Harum masakan menguar. Mbok Iyem datang menghidangkan sepiring telur mata sapi dan membuka toples yang berisi kerupuk ikan kesukaan Hanna, setelah sebelumnya meletakkan sepiring nasi goreng di hadapan pasangan suami istri tersebut .Suasana masih hening, baik Hanna maupun Aldo enggan untuk menegur atau membuka pembicaraan lebih dulu, hingga akhirnya Hanna memutar bola mata malas lalu mulai menikmati sarapannya."Mbok mau jemur pakaian dulu di belakang, mbak," pamit Mbok Yem beberapa saat kemudian.Hanna tak menjawab, hanya anggukan kepalanya yang te
Baca selengkapnya
Bab 19
Dering ponselnya berbunyi, Namun diabaikan saja oleh Hanna. Pandangan matanya masih memandang lurus pada foto pernikahannya yang terpajang di meja kerjanya.Hanna menyandarkan punggungnya di kursi, rasa lelah kini menderanya. Perlahan tangannya lembut memijat kedua bahu secara bergantian, hingga bahunya merasakan sedikit kenyamanan disana.Harum aroma terapi yang menguar di dalam ruangan membuat suasana hatinya sedikit lebih baik, tak lama salah satu tangannya meraih frame foto pernikahannya lalu menyimpannya ke dalam laci mejanya yang paling bawah."Kau sudah menjadi masa laluku, mas." Hanna bergumam lirih memandang sayu pada foto tersebut sebelum akhirnya menutup laci meja itu kembali.Pembicaraannya dengan Aldo tadi pagi tak terlalu mengganggu pikirannya, hatinya sudah ikhlas jika memang perceraian adalah jalan keluar terbaik. Bukan karena ia sudah tidak mencintai Aldo, tapi rasa sakit dikhianati dan juga karena tak ingin terluka lebih dalam lagi, membuat Hanna merasa bahwa perpisa
Baca selengkapnya
Bab 20
"Ada apa mencariku, Mbak?" Tanya Siska begitu mereka berdua duduk di kasur pegas kamar kostnya."Aku punya penawaran terbaik untukmu, Siska," jawab wanita yang biasa dipanggil Mayang itu."Penawaran terbaik untukku? maksudnya bagaimana?" Tanya Siska sambil mengerutkan kening. "Ada seorang pria dari arab yang sedang mencari istri kontrak. Kau mau tidak, dijamin ini barang bagus karena uangnya tidak berseri. Jika kau berhasil memuaskan hasratnya, kau bisa memiliki rumah mewah impianmu," jelas Mayang begitu menggebu."Aku tidak tertarik untuk menikah kontrak. Kau cari orang lain saja," tolak Siska sambil memijat kepalanya yang semakin terasa pusing."Aku menawarkannya padamu lebih dulu karena ini ikan kakap. Tak mudah untuk mendapatkan pria kaya seperti ini, kau sendiri tahu biasanya aku sering menerima permohonan dari para lelaki yang kurang belaian istrinya. Yang cuma mampu kasih tiga puluh juta saja untuk kontrak pernikahan enam bulan," Bujuk Mayang."Tidak, aku belum berminat." Tola
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status