Semua Bab Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku: Bab 21 - Bab 30
38 Bab
Bab 21 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku
BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUPOV NINGAku tidak tahu, harus merasa lega atau sedih. Tapi yang pasti aku harus bisa menerima semua ini dengan ikhlas. Setelah beberapa kali sidang, akhirnya aku dan Mas Heru pun resmi bercerai. Proses lebih cepat dari yang aku kira.Hak asuh Fathan jelas jatuh di tanganku, apalagi Mas Heru memang tidak menghendaki Fathan. Makanya dia tidak mempermasalahkan soal anak. Kini aku harus menyiapkan diri sebagai orang tua tunggal untuk Fathan. Dia sebuah anugerah luar biasa yang Allah titipkan padaku. Aku harus membimbing dan mendidik dia agar menjadi anak yang sukses dunia maupun akhirat. —----------Selama melalui masa iddah, aku tetap menerima pesanan kue basah ataupun kering. Tetapi mereka harus mengambil sendiri di rumah. Sejak melahirkan Fathan, aku memang hanya membuat kue atau makanan lain saat ada pesanan saja. Aku belum mulai menitipkan jualan ke warung terdekat ataupun pasar seperti waktu hamil.Hari ini kebetulan aku mendapat dua pes
Baca selengkapnya
Bab 22 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku
BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKU"Mending kamu pindah kerja saja, Mas. Kalau kita masih satu tempat kerja seperti ini, yang ada akan menimbulkan masalah terus. Capek jadi olok-olokan teman pabrik," ucap Ida."Pindah kerja? Ngapain sampai segitunya, sih, Da. Cuekin saja omongan mereka yang ngga penting itu. Apalagi sekarang aku sudah resmi bercerai dengan Ning. Jadi masalahnya di mana kalau Mas deketin kamu?""Masalahnya, dari awal mereka sudah menganggap'ku sebagai perusak rumah tangga kamu dan badut itu. Kalau kamu pindah kerja, pasti mereka tidak akan membahas tentang kita lagi."Ada benarnya juga ucapan Ida. Sampai kapan pun mereka pasti akan membicarakan kami. Apalagi ada provokator si Eli dan gengnya itu."Terus, kapan badut itu keluar dari rumah kamu, Mas? Kenapa sampai sekarang kamu masih ngekost. Bukannya setelah resmi bercerai, dia akan kamu usir?""I-iya, Da. Pasti Mas akan usir Ning. Tapi sabar dulu, biar perempuan itu selesai masa iddahnya. Nanti Mas dikira suami
Baca selengkapnya
Bab 23 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku
BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUPOV NING"Hebat, aku pikir kamu perempuan polos, ternyata licik sekali," ucap Mas Heru dengan kedua tangan mengepal. Aku yang dikagetkan dengan kedatangannya malam-malam masih bingung atas ucapannya tersebut. "Maksud kamu apa bicara seperti itu? Aku heran sama kamu, Mas. Hobby sekali datang ke sini dan marah-marah.""Tidak perlu berlagak bodoh! Kembalikan uang warisanku," teriak Mas Heru.Ternyata Mas Heru datang ke sini dan marah-marah karena uang yang diberikan orang tuanya padaku dan juga Fathan. Sudah aku duga dari awal, pasti akan menjadi masalahi. Tapi … kemarin bapak dan emak sudah mewanti-wanti agar uang tersebut tidak boleh diberikan pada Mas Heru. Bahkan mereka sampai bilang tidak ridho."Kenapa diam? Cepat kembalikan uangnya.""Tidak. Aku tidak akan memberikan uang tersebut padamu, Mas. Kalau memang harus aku kembalikan, akan aku kembalikan pada bapak dan emak."Uang masih tersimpan dengan rapi, selembar pun aku tidak menguranginy
Baca selengkapnya
Bab 24 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku
BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUSialan … sudah capek-capek pulang kampung, ngga dapat apa-apa. Mana aku sudah janji mau membelikan Ida gelang emas. Sebenarnya yang anaknya bapak dan emak itu siapa? Aku apa Ning? Kenapa orang tuaku sendiri justru sangat membela perempuan itu. Sampai-sampai uang penjualan tanah warisanku malah diberikan pada dia dan anak selingkuhannya. Memang br*ngsek perempuan itu. Hidupku selalu sial karena dia. Sudah ceraipun masih saja membuat hidupku susah. -"Apa, Mas? Kamu tidak jadi beliin aku gelang? Terus ngapain kemarin nanya aku pengen apa. Kamu sudah janji, pokoknya aku ngga mau tahu." Ida sangat marah.Wajar saja Ida kecewa, aku tidak bisa menyalahkan dia. Semua karena Ning, karena sudah mengambil uangku secara licik. "Iya, Da. Besok kalau sudah ada uangnya, pasti Mas beliin."Ida menatapku dengan kedua mata membulat dan tangan bersedekap. "Kalau tidak punya uang, ngapain kemarin bilang mau beliin aku gelang? Aku sudah terlanjur bilang sama t
Baca selengkapnya
Bab 25 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku
BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUPOV NING"Ning, hari ini kamu ikut Ibu, ya. Toko biar ditunggu Mbak Tum sama Mbak Sri," terang Bu Wati menghampiri'ku ke kamar. Sudah dua minggu ini aku memang tinggal di rumah Bu Wati. Akhirnya aku tidak bisa menolak ajakan beliau untuk tinggal bersama. Bu Wati mengontrakkan aku sebuah toko yang tak jauh dari rumah beliau untuk jualan kue yang memang mulai banyak pelanggan dan juga pesanan setiap hari. Meski sudah pindah tempat, tapi pelanggan tetap setia datang.Tidak sampai di situ, Bu Wati juga merenovasi rumahku. Berusaha menolak kebaikan beliau pun percuma. Karena Bu Wati tidak akan berhenti sebelum aku mengangguk dan mengucap kata iya.Sebenarnya berat harus meninggalkan rumahku sendiri. Tapi setelah dipikir-pikir, mungkin dengan cara tinggal bersama Bu Wati, aku bisa membuka lembaran baru dan menutup masa lalu yang penuh luka hati di rumah itu. "Memangnya kita mau ke mana, Bu?""Mau ke butik langganan Ibu. Satu bulan lagi 'kan acara
Baca selengkapnya
Bab 26 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku
BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKU"Da … tunggu! Mas bisa jelaskan." Aku berlari menyusul Ida yang begitu marah setelah mendengar ucapan Ning. Hal yang aku takutkan akhirnya benar-benar terjadi. Sekarang Ida tahu kalau aku tidak memiliki rumah. "Mana kunci motornya. Cepat berikan!" bentak Ida padaku. Dia berusaha mencari kunci motor dengan merogoh setiap saku yang ada di pakaianku."Ja-ngan ngikutin aku lagi. Paham."Ida langsung menghidupkan motor dan tancap gas meninggalkan aku sendiri di rumah Ning."Daa … terus Mas pulangnya bagaimana?" teriakku."Terserah …," jawab Ida tak kalah kencang suaranya. Aku hanya mampu mengusap kasar wajahku sendiri sembari menjambak rambut berulang kali. Ingin rasanya teriak sekeras mungkin untuk mengeluarkan rasa kesal yang sudah membendung. "Makanya, Mas. Jangan suka berbohong, cepat atau lambat pasti bakal terbongkar."Mendengar ucapan Ning yang sengaja meledekku, membuat emosi ini semakin memuncak.Aku menoleh ke arahnya. Menatap Ning ya
Baca selengkapnya
Bab 27 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku
BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUPOV NING"Semakin hari, Ibu lihat kamu semakin tegar, Ning.""Memang harus seperti itu 'kan, Bu. Siapa lagi yang akan menguatkan hati kalau bukan diri sendiri."Meski sebenarnya ada rasa sakit yang sampai detik ini masih menancap di hati, soal Fathan. Mungkin aku bisa menahan rasa sakit atas perlakuan dan pengkhianatan Mas Heru. Tapi soal Fathan, tak bisa dipungkiri hatiku begitu teriris karena sampai sekarang, sekalipun Mas Heru belum pernah menanyakan darah dagingnya sendiri. Bahkan menatap pun enggan. —----------Bulan ini Bu Wati disibukkan dengan persiapan lamaran Faiz. Beliau mengajakku mencari seserahan yang akan dibawa untuk lamaran nanti. Sedangkan Faiz masih sibuk dengan pekerjaannya yang memang tidak bisa ditunda. "Rasanya Ibu bahagia sekali, Ning. Setelah ditinggal ayahnya Faiz, Ibu sangat kesepian. Tapi sekarang hari-hari Ibu berwarna lagi setelah ada kamu dan Fathan.""Ning juga bahagia, Bu. Sekarang punya keluarga baru. Apala
Baca selengkapnya
Bab 28 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku
BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUSemakin hari sikap Ida sangat menyebalkan. Sepertinya memang sengaja ingin membuatku panas dengan memamerkan kemesraan dengan Rudi–anak baru yang dipuja-puja para perempuan di pabrik ini. Cakepan juga aku ke mana-mana. Cuma modal motor sport saja sudah sok paling yes. "Bagus banget gelangnya, Beb. Aku suka." Terdengar suara Ida yang lewat persis di depanku."Perempuan matre," sahutku lantang.Ida berhenti, lalu menoleh ke arahku. "Tidak ada perempuan matre, yang ada pria kere dan pembohong kaya kamu, Mas," ucapnya sambil mengacungkan ibu jari ke bawah."Sekarang kamu 'kan sudah punya pacar baru yang katanyaa … kaya. Minta di beliin motor dong! Jangan bisanya merampas punyaku.""Siapa bilang aku merampas? Motor itu sebagai jaminan. Kalau mau ambil silahkan, tapi kasih uang lima belas juta dulu. Sebagai ganti rugi karena aku sudah kamu bohongi.""Mana bisa seperti itu.""Ter-se-rah …."—-----------Aku memutuskan untuk berhenti kerja. Rasanya
Baca selengkapnya
Bab 29 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku
BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUPOV NING"Tante …." Fahira lari mendekat dan memelukku ketika kami semua hendak pulang setelah acara lamaran selesai. Raras dan keluarganya yang mengantar kami ke depan, mereka menatapku dengan tatapan yang lagi-lagi aku tidak paham. Sama seperti pria yang menyebut dirinya papa pada Fahira.Sebenarnya ada apa ini? "Fa-Fahira mau bicara sama, Mbak Ning?" tanya Raras dengan mata berkaca-kaca."I-iya, Ras. Memangnya kenapa?" "Baru kali ini Fahira mau bicara lagi setelah ditinggal ibunya yang sudah tiada enam bulan lalu. Bahkan dia tidak mau dengan siapapun kecuali saya. Makanya tadi saya seakan tidak percaya waktu Mbak bilang Fahira memperkenalkan dirinya," sahut papanya Fahira. "Iya, Mbak Ning. Fahira itu keponakan Raras dan Mas Ilham ini adalah kakaknya Raras yang pertama," sambung Faiz."Terima kasih. Karena, Mbak, Fahira mau bicara lagi," ucap pria yang ternyata kakaknya Raras "Ta-tapi saya tidak melakukan apa-apa, Mas." "Kehadiranmu me
Baca selengkapnya
Bab 30 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku
BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUMengenakan kemeja warna putih, celana dan sepatu warna hitam, aku berangkat menuju restaurant tempat aku melamar pekerjaan. Setelah tiga minggu, akhirnya mendapat panggilan.Sesampainya di restaurant, ternyata sudah ada beberapa pelamar lainnya yang menunggu untuk interview. Melihat mereka semua yang masih muda, tak menciutkan mentalku. Karena aku yakin pasti akan diterima. Setelah menunggu lumayan agak menjenuhkan, kini giliranku untuk interview."Apa, Pak, diterima sebagai cleaning servis atau busser? Saya 'kan melamar sebagai waiters," ucapku di tengah-tengah interview."Syarat sebagai waiters atau waitress, umur harus di bawah dua puluh lima tahun. Sedangkan mas'nya sudah dua puluh delapan tahun."Sialan, sudah dandan serapi mungkin hanya diterima sebagai cleaning servise. Padahal wajahku cukup tampan, sangat disayangkan hanya jadi tukang bersih-bersih "Bagaimana, mau diterima apa tidak? Karena masih banyak pelamar lain di luar."Kalau t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status