All Chapters of MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA: Chapter 11 - Chapter 20
97 Chapters
bab 11. Periksa ke Puskesmas
Ibu hanya bisa bengong melihatku yang sudah siap untuk memeriksakan diri ke puskesmas. "Cepet banget kamu La, siap-siapnya?!" tegur ibu.Aku hanya bisa nyengir. Mana bisa aku jujur dan terus terang kalau aku mengalami penyakit malarindu tropikangen? Karena kurasa obatnya cuma satu, yaitu Bodrex sun. Eh!"Iya Bu. Layla memang persiapannya kilat nggak pakai petir kan. Karena Layla ingin segera minum obat," sahutku sekenanya. Ibu menatap dengan penuh selidik. "Kamu kok aneh, biasanya paling enggak mau bau obat dan alergi dengar kata suntik. Kenapa sekarang semangat?""Layla cuma mau cepat sembuh Bu. Beneran deh. Ayo berangkat." Aku berlalu meninggalkan ibu yang masih kebingungan di kamarku. "La, tunggu Ibu. Mau pakai jilbab dulu!"***"Dokter, Layla ini tadi pingsan di kelas pas pelajaran matematika. Saya khawatir dia kena virus atau kuman semacam itu. Tolong periksa ya Dok?!" pinta ibu saat kami berdua masuk ke dalam ruang periksa. Dokter Marzuki yang sedang menulis di mejanya meng
Read more
bab 12. Permintaan Dokter Marzuki
Dokter Marzuki tersenyum pada Laila dan di sampingnya, Yasmin menatap Laila antara takut dan malu. "Dokter Marzuki?" "Iya. Mbak La."'Wah, kesempatan dan kesemutan nih,' bisik hati Laila riang. 'Tunggu, ini mimpi nggak sih kalau dokter Marzuki ke rumah?' Laila lalu mencubit lengannya dan tak lama kemudian dia mengelus lengannya karena merasa nyeri. 'Wah, nggak ada hujan, nggak ada panas, mendadak ada calon suami dan calon anak sambung bertamu nih,' batin Laila. Dia lalu mengarahkan pandangannya ke arah Yasmin. "Hai Yasmin cantik! Apa kabar nih? Masuk yuk ke rumah kakak?" tawar Laila mempersilakan anak dokter Marzuki untuk masuk ke dalam rumahnya. "Hm, iya mbak La, terimakasih ya sebelum nya dan maaf mengganggu. Tapi kami di sini saja. Cuma ingin bertanya dimana alun-alun di daerah sini. Soalnya ..,""Ada siapa, La?" terdengar suara dari belakang punggung Laila. Laila dan Marzuki menoleh ke arah suara itu. "Oh Pak dokter! Kenapa cuma berdiri saja di luar?" tanya Pak Jaka, ayah
Read more
bab 13. Keahlian Memanjat
"Apa tidak merepotkan dokter Marzuki kalau Laila ikut ke alun-alun?" tanya Pak Jaka menatap dengan tidak enak ke arah dokter Marzuki. Dokter Marzuki menggelengkan kepalanya. "Insyallah tidak. Justru nanti mbak Laila bisa menjadi guide saat saya dan Yasmin kuliner.""Kalau begitu saya ganti baju dulu ya, Dok."Laila melesat ke dalam kamar tanpa menunggu jawaban dari dokter Marzuki.Di depan kaca, Laila termangu. Dirinya memang termasuk bongsor dengan tulang bahu lebar. Bentuk dada dan pantat lebih subur dari anak seusianya. Jadi dia selalu menganggap bahwa badannya gemuk. "Ck, apa nggak ada baju yang jika dipakai bisa membuat lebih langsing seperti Lina blackping?" gumam Laila kesal. Akhirnya diraihnya baju lengan panjang dan celana kain hitam. Tak lupa jilbab warna navi menutup kepalanya. "Haduh, nggak punya bedak sama lipstik lagi. Udah baju gelap, wajah pucet, ck. Ini mau ke alun-alun apa mau takziyah. Duh Laila!" Laila menepuk jidatnya sendiri."Kamu jadi ikut dokter Marzuki, M
Read more
bab 14. Berangkat ke Alun-alun
DOKTER 14 Laila dan Yasmin menoleh ke asal suara. Tampak Dokter Marzuki menyedekapkan kedua tangan di dada sambil menggeleng-gelengkan kepalanya seraya menahan senyum. Terlihat ekspresi wajah gemas juga merasa aneh saat melihat Laila yang baru saja merayap turun dari pohon mangga. "Papa!" seru Laila riang. Marzuki menatap ke arah anaknya dan Laila bergantian. "Wah, kamu dapat layang-layang, Sayang?" tanya Marzuki seraya menatap ke tangan anaknya yang sedang mengacungkan layang-layang itu. "Ya, mbaknya yang dapat. Mbaknya pintar banget manjat pohon, Pa. Kayak monyet!"Marzuki langsung mendelik dan menatap sungkan pada Laila. Sementara itu, Laila tertawa lebar mendengar ucapan polos Yasmin. "Yasmin Sayang. Nggak boleh ya ngatain manusia kayak binatang. Nama mbak ini, mbak Laila.""Panggil saja Mbak La, Min," sahut Laila sambil meletakkan mangga ke meja kayu yang ada di teras rumah dokter Marzuki. "Pa, aku mau dong pintar manjat pohon kayak mbak La!" seru Yasmin dengan bersemangat.
Read more
bab 15. Pertanyaan dari Laila
"Yasmin, layang-layang nya sudah rusak lho. Jadi nggak bisa terbang tuh."Bibir Yasmin mengerucut seraya masih memegang layang-layang itu erat. "Tapi Pa, Yasmin mau nya besok main layang-layang, Pa. Ya Pa? Masa Yasmin setelah sekolah harus ikut papa terus di puskesmas?" tanya Yasmin dengan nada memprotes. Dokter Marzuki hanya menghela nafas panjang. Laila langsung merasa bersalah karena dia juga lah yang mengambil layang-layang dari pohon mangga tadi sehingga Yasmin rewel. "Di alun-alun banyak kok layang-layang. Kita bisa beli satu," ujar Yasmin. "Dan kalau papa kamu nggak bisa menemani kamu main layang-layang, biar mbak La saja yang menemani kamu main layang-layang besok.""Wah, benarkah Mbak La mau menemani Yasmin bermain layang-layang?" tanya Yasmin dengan mata berbinar. "Bukannya besok kamu sekolah, Mbak La?" tanya Dokter Marzuki seraya melirik sedikit ke arah Laila. "Ya sekolah, Dok. Tapi kan besok hari Jum'at. Jadi sekolah cuma sampai jam 10.30.""Kamu beneran nggak masalah
Read more
bab 16. Jawaban sang Dokter
"Harus dijawab sekarang?" tanya dokter Marzuki. Laila tersenyum nyengir dan menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. "Tidak dijawab pun tidak apa-apa. Maaf kalau saya membuat Dokter menjadi tidak nyaman ya."Dokter Marzuki hanya menghela nafas panjang. "Yah, saya tidak menyangka jika harus membicarakan masalah ini dengan gadis yang belum menikah," sahut dokter Marzuki tersenyum kecut. "Tapi entah kenapa saya merasa ingin menceritakan padamu, Mbak La.""Saya akan siap mendengarkan nya. Kalau perlu bahkan saya akan menanggapi nya. Saya ini pembaca novel kisah cinta. Siapa tahu kita bisa sharing, Dok. Atau kalau bukan begitu, barangkali saya bisa membuat dokter bertambah pusing." Laila mencoba melucu untuk mencairkan suasana. Dan berhasil. Dokter Marzuki tertawa terbahak. "Kamu lucu, Mbak La."Laila menanggapi ucapan Dokter Marzuki dengan senyuman. Hatinya berbunga bisa ngobrol dengan pujaan hatinya. "Yah, tentu saja, Dok. Saya kan masih satu almamater dengan Nina Nose," sah
Read more
bab 17. Sirik Tanda Tak Mampu
"Ayu? Juleha?" tanya Laila mendelik ke arah Ayu dan Juleha. Ayu dan Juleha pun tak kalah terkejutnya saat melihat Laila berjalan bersama dengan dokter Marzuki. Bahkan keduanya melongo dengan tatapan mata yang membulat sempurna. "Kamu dan Ayu kenapa melotot sih? Kayak baru saja lihat hantu saja," tegur Laila setelah berhasil menetralkan detak jantung yang berdebar lebih cepat karena ketahuan jalan berdua dengan dokter Marzuki. Di belakang Ayu dan Juleha tampak Rangga dan Soni pacarnya Ayu. "Yah, tentu saja kami kaget. Kamu kok jalan-jalan dengan dokter Marzuki dan anaknya sih?" tanya Ayu. "Iya. Kayak keluarga baru saja," timpal Juleha. "Ah, kalau soal itu ..,""Tadi Yasmin rewel, minta naik odong-odong. Dan mbak La ini berbaik hati untuk mengantar kami ke alun-alun di sini," sahut dokter Marzuki tersenyum, memotong ucapan Laila. "Wah, enak banget ya si Laila, dia pasti senang karena bisa jalan-jalan dengan dokter," kata Ayu penuh rasa iri. Rangga yang berdiri di belakang Ayu beru
Read more
bab 18. Permintaan Yasmin
"Lho, Laila, kamu kok disini?" tanya Juleha seraya menegakkan badannya. Dia menatap Laila malu-malu. "Iya nih, aku mau beli balon untuk Yasmin. Trus kalian ngapain di sini?" tanya Laila. Dia terdiam lalu menatap wajah Juleha dan Ayu bergantian. Laila tersenyum menyeringai. "Jangan bilang kalau kalian mengintip dan kepo dengan apa yang kulakukan dengan dokter Marzuki?" tanya Laila dengan penuh selidik. Ayu yang merasa sudah ketahuan, menyedekapkan kedua tangannya di depan dada. "Kalau iya, kenapa? Apa kamu sekarang menjadi cewek murahan, La?"Laila mendelik mendengar kata-kata Ayu. "Heh, apa maksud kamu, Yu?" "Iya. Demi uang jajan dan gengsi, kamu mau deketin dokter Marzuki kan? Kamu pasti sudah tidur dengannya!""Astaghfirullah, Ayu! Jaga dong mulut kamu! Aku tidak pernah melakukan apa pun seperti yang kalian bilang!""Terus kenapa dokter Marzuki mau jalan-jalan sama kamu padahal kamu juga nggak cantik-cantik banget? Harusnya dia memilih perempuan dewasa dan matang, kenapa dia h
Read more
bab 19. Bapak Siaga
Laila menelan ludah. 'Wah, mantap kalau aku menginap di sini. Bisa langsung digerebek pak RT dan dinikahkan. Tapi aku berani taruhan kalau dokter Marzuki tidak akan mengijinkan aku menginap,' batin Laila. Ada rasa senang dan juga rasa harap-harap cemas. Tapi gadis itu masih bersikap jaga image. "Yasmin, mbak La harus pulang karena orang tua mbak La nanti cemas mencari mbak La," sahut Laila. "Nggak mau. Mbak La tinggal di sini dong. Menemani Yasmin tidur. Yasmin kesepian di rumah. Pingin bermain boneka dan rumah-rumahan dengan mbak La. Kalau aku main dengan papa, papa gampang ketiduran," sahut Yasmin membuat Laila dan dokter Marzuki merasa trenyuh. "Yasmin, sekarang biar mbak La istirahat dulu di rumahnya. Besok kamu boleh kok main sama mbak La. Kamu kan ingin main layang-layang dengan mbak La? Ya kan?""Lebih enak kalau mbak La bobok di sini, Pa. Biar menemani Yasmin bobok dan besoknya menemani Yasmin sekolah dan mainan," sahut Yasmin lagi. Nadanya memelas. "Wah kasihan mbak La. K
Read more
bab 20. Difitnah Open BO
Wajah Laila memucat. 'Duh, kenapa Bapak ada di depan pintu? Jangan-jangan bapak marah karena aku pulang terlalu malam? Padahal kan biasanya aku tidak pernah pulang semalam ini?' gumam Laila dalam hati. Laila merasakan jantungnya semakin berdebar lebih kencang. Saat berjalan dengan dokter Marzuki saja degup jantungnya sudah tidak karuan, sekarang dia harus menghadapi bapaknya yang tengah berdiri dengan wajah sangar. 'Duh, mana sih ibu dan Rama? Kan tadi ibu yang nitip martabak dan Rama nitip batagor. Kenapa nggak nunggu kedatanganku di luar rumah? Malah bapak yang lagi nungguin. Mana wajahnya serem. Duh!' Langkah Laila dan dokter Marzuki semakin dekat dengan pak Jaka."Assalamualaikum pak Jaka, maaf sekali kalau saya terlalu malam untuk mengantarkan Laila pulang." Dokter Marzuki mengulurkan tangannya ke arah Pak Jaka. Pak Jaka hanya tersenyum sedikit dan mengangguk. Pandangan nya melunak saat melihat Yasmin yang tengah tertidur. "Anak dokter sudah tidur rupanya. Apa anak saya mer
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status