All Chapters of Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO: Chapter 221 - Chapter 230
373 Chapters
221 - Tembak Dia!
Juna tidak bisa menahan senyum ejekannya saat mendengar ucapan Robert. Pemuda itu mengancam hendak menjadikan dia perkedel? Serius?Melihat Juna menyeringai seperti mengejeknya, Robert kian emosi. “Kau! Apa maksudmu tersenyum begitu? Menghina? Kau tak percaya aku bisa membuatmu jadi perkedel?”Juna tak sempat menyahut karena Robert sudah lebih dulu mendorongkan tinjunya ke arah wajah Juna.Tapp!Juna dengan mudahnya menangkap tinju Robert tanpa kesulitan seakan dia sedang menangkap donat.“Hrkh?” Robert kaget dengan tindakan cepat Juna yang menangkap tinjunya.Tak ingin terlihat payah di depan pujaan hatinya, kali ini Robert menggunakan kakinya untuk memberikan tendangan.Dakk!Sayang sekali, rencana Robert berantakan karena tendangannya dipatahkan Juna dengan kaki pula.‘Sebenarnya bisa saja aku meremukkan tulangmu. Tapi apakah akan jadi masalah panjang kalau aku melukai anak mami seperti d
Read more
222 - Ayo Kita Bermain dan Bercanda!
Juna tentu saja mendengar seruan itu.Tratt traatt traattt!Segera saja rentetan bunyi senapan otomatis membombandir pintu mobil bagiannya. Bunyinya mengerikan.Wuunngg!Di sebelahnya, sosok astral Nyai Wungu baru saja memberikan perisai gaibnya ke tubuh Juna sehingga dia tidak terkena rentetan peluru tajam yang dimuntahkan secara brutal ke dia.“Sialan kalian!” teriak Juna sambil dia menabrakkan mobilnya ke mobil penembak di sebelah kanannya. “Cari gara-gara denganku, hah?” serunya ke mereka.Dhuaakk!Bunyi benturan dua mobil terdengar di jalanan sepi itu. Setelahnya, terdengar bunyi keras mobil menabrak pembatas jalan, berputar di tempat sebentar sebelum berhenti.“Sekarang kalian!” teriak Juna sambil melihat dua mobil di belakangnya melalui kaca spion.Juna menginjak kopling tanpa mengurangi kecepatan, lalu menarik rem tangan kuat-kuat sambil membelokkan mobil ke kiri, kemudian menginjak pedal rem kuat-kuat sehingga itu menghentikan mobilnya setelah drifting sebentar sebelum berhen
Read more
223 - Dibawa ke Kantor Polisi
Menghadapi pertanyaan polisi, Juna tidak kebingungan.“Oh, kebetulan saat ditembaki, aku melandaikan jokku sampai rebah. Atau bisa jadi karena material dalam mobilku memang luar biasa sampai tidak tembus ke diriku.” Juna berkelit dengan alasan.Nyai Wungu paham tanpa disuruh. Dia langsung membenarkan sisi dalam pintu mobil Juna yang tadinya berlubang menjadi normal seperti sedia kala, seakan di sana ada lapisan tahan peluru.Ketika polisi memeriksa sisi dalam pintu pengemudi, memang tak ada yang berlubang di sana. “Wah, benar-benar material mobil ini bagus!”Polisi satunya menimpali, “Aku tak menyangka mobil ini dilengkapi fasilitas tahan peluru juga! Aku harus membelinya bulan depan!”Kemudian, kedua polisi tadi juga menemukan dua mobil lainnya yang semua penumpangnya telah berguling-guling kesakitan di aspal, memegangi bagian tubuh dengan tulang yang tadi dipatahkan Juna.“Pak Polisi! Akhirnya kalian datang!” Salah satu dari mereka berteriak girang ketika melihat kedatangan polisi.
Read more
224 - Ingin Menjodohkannya dengan Rinjani
Juna berlagak polos. Padahal dia yakin, polisi tidak akan menangkap dia untuk alasan apa pun jika memang Hartono dan Rinjani sudah membuat mereka gentar.“O—oh, tentu saja tidak, Pak Juna!” Kepala polisi langsung yang menjawab pertanyaan Juna.Dari itu saja, anak buahnya paham apa yang harus mereka perbuat.“Kami sudah meminta anggota kami yang di rumah sakit untuk meminta keterangan dari orang-orang yang hendak mencelakai Pak Juna.” Salah satu dari polisi menimpali Juna.Yang lainnya juga mendekat usai dia memeriksa rekaman dashcam yang tadi diberikan Juna.“Dari rekaman dashcam, kami menemukan orang-orang di tiga mobil itu memang mengejar dan hendak melakukan upaya pembunuhan ke Pak Juna.” Polisi tadi berkata ke kepala polisi.Kepala polisi mengerutkan keningnya sambil mengangguk.“Pak Juna, apakah Anda memiliki musuh saat ini?” tanya kepala polisi.Tidak biasanya kepala polisi sudi ikut campur mengurusi tetek-bengek pertanyaan demikian. Namun, jadi berbeda jika ada Hartono dan Rinj
Read more
225 - Penguntit
“Nyai.” Juna menyadari datangnya Nyai Wungu di bahunya sambil dia masih berkendara di atas motornya.“Tuan, saya sudah mengancam mereka untuk tidak mengatakan hal yang tak perlu dikatakan mengenai Tuan.” Nyai Wungu menggunakan suara manusia saat dia berbicara dengan Juna di jalan.Toh, tak akan ada yang menyadari itu. Apalagi wujud Nyai Wungu hanyalah ular kecil seukuran cacing biasa warna hitam yang menyaru seperti warna jaket Juna saat ini.“Hm, bagus. Aku suka pekerjaan rapi Nyai.” Juna mengangguk.Motornya dilajukan lebih kencang lagi karena ingin lekas menemui kekasih jiwanya.“Tuan, sepertinya ada pengendara aneh di belakang Tuan.” Nyai Wungu bicara pelan di sebelah helm full-face Juna.“Oh ya?” Juna terkejut.Dia segera mengedarkan penerawangannya ke daerah sekitarnya di radius 200 meter. Kebetulan, ada beberapa motor dan mobil di sekitarnya karena dia masih di jalan raya yang cukup ramai.“Saya perhatikan sejak tadi, pengendara motor warna merah hitam itu selalu mengambil jala
Read more
226 - Menjanjikan Surat Cerai
Jika menilik dari ekspresi pasrah Anika, sepertinya Juna bisa melanjutkan ke bagian paling inti yang sangat dia dambakan. “Iya, Nik, Mas datang, yah!” Juna mulai menyiapkan pusaka jantan yang dia sebut Tuan Jenderal. Dia keluarkan Tuan Jenderal dari sangkar kainnya untuk diarahkan ke liang sempit Anika. ‘Sedikit lagi! Sedikit lagi!’ teriak hati Juna. Jakunnya naik dan turun sambil membayangkan nikmatnya yang akan dia rasakan setelah ini. Sementara itu, Anika terus memandang sayu Juna di atasnya, sikapnya memang pasrah dan siap menerima apa pun dari pujaannya. “Nik, Mas masuk ….” Juna mendorongkan miliknya ke liang Anika. Tok! Tok! Tok! “Eh?” Anika terkesiap mendengar bunyi ketukan di pintunya. Segera saja dia mendorong Juna ke samping dan bergegas bangun dari ranjang dan menyambar mantel kamarnya. “Ya?” Anika menyahut dari dalam kamar tanpa membuka karena belum siap. “Maaf, Bu. Lisda demam tinggi.” Ada suara salah satu pekerja rumah dari balik pintu kamar Anika, mengabarkan
Read more
227 - Takut Melawan yang Lebih Besar
Hartono membelalakkan matanya atas pernyataan Juna.“Jun! Nita sedang sakit!” Nada suara Hartono meninggi.“Iya, aku tahu dia sedang sakit, Pa.” Tapi Juna tidak meladeni dengan nada tinggi dan tetap tenang menjawab ayah mertuanya.“Apa pantas kamu berlaku seperti itu ketika istrimu sedang sakit dan butuh kamu?” Pertanyaan Hartono ini membuat Juna tertawa di hatinya.“Lenita tidak butuh aku untuk kesembuhannya, Pa. Dia butuh pacarnya, Wildan.” Juna mengingatkan Hartono menggunakan jawabannya.Semoga saja ayah mertuanya tersadar bahwa Lenita tidak sesuci itu dan sudah melakukan kesalahan fatal.Hartono terdiam, tidak bisa menemukan kalimat yang tepat untuk membalas Juna.“Aku ke dalam dulu, Pa. Badanku lengket!” Juna pamit.“Jun, Papa belum selesai!” Hartono belum memperbolehkan Juna pergi.“Mas ….” Wenti di sebelah Hartono pun menyentuh lengan suaminya, memberikan sinyal agar sang suami bisa tenang, tak perlu emosi.Juna mau tak mau mengurungkan niat untuk masuk ke dalam rumah.‘Kalau
Read more
228 - Menemui Pengacara Paling Top
Mendengar pertanyaan Juna, perasaan Hartono menjadi tak nyaman. Dia merasa begitu kecil di mata menantunya.“Jun, bukan begitu.” Hartono belum tahu kalimat apa yang pantas untuk disampaikan.“Nyawaku yang hendak diambil, loh, Pa.” Juna berkata santai meski ada penegasan di tatapan matanya ke ayah mertua.Apakah nyawa harus direlakan jika yang meminta adalah pihak yang lebih besar kuasanya? Logika macam apa itu?‘Bagiku, urusan nyawa adalah siapa yang lebih kuat fisiknya, bukan kuasanya!’ tegas Juna di hatinya.Sebagai panglima di era kuno, dia hanya mengandalkan fisik kuatnya untuk bertahan dari apa pun. Percuma saja memiliki kuasa besar jika fisik tidak mendukung.“Pak Juna, ini tidak sesederhana seperti yang Bapak pikirkan.” Pengacara kepercayaan Hartono berkilah.Dia mencoba meredakan semangat Juna yang menggebu-gebu ingin memenjarakan putra bungsu dari Semesta Group.Namun, mana bisa Juna ditantang jika urusannya adalah nyawa?“Aku sudah membulatkan tekadku, aku akan menangani ini
Read more
229 - Undangan Berani dari Rinjani
Ternyata nama Ferdinand Hutapea memang bukan omong kosong sebagai pengacara pemberani sesuai yang digaungkan. Tak sia-sia Rinjani memujinya setinggi langit di depan Juna.“Nah, berkasnya sudah saya masukkan ke polisi, kita tunggu sehari atau dua hari agar polisi memanggil Robert untuk dimintai keterangan.” Ferdinand mendatangi Juna di kantor.Juna melihat salinan berkas yang dimaksud dan membacanya sekilas.‘Luar biasa! Dia memang pemberani dan bergerak cepat pula! Aku mengapresiasi kinerja dia.’ Juna membatin sambil menatap segan ke Ferdinand.“Terima kasih atas keberanian Pak Ferdinand.” Juna tidak pelit pujian jika memang seseorang pantas menerimanya.Ferdinand terkekeh santai dan menjawab, “Halah! Pak Juna ini! Sudah tugas saya mencarikan keadilan bagi klien yang datang ke saya. Apalagi ini urusannya nyawa! Tidak main-main!”Juna mengangguk dan bisa lebih rileks karena ada Ferdinand. Dia bisa mengurus hal lainnya.“Pak, apakah kita bisa memulai pembangunannya minggu ini?” tanya Sa
Read more
230 - Kegigihan Wanita yang Jatuh Cinta
Dengan cepat, tohokan Juna dipatahkan. Harusnya dia menyadari bahwa tak mungkin Rinjani berani bertingkah begini jika ada Dharma Winata di rumah.“Jun ….” Tangan Rinjani mulai membelai dada Juna sambil merayapkan kedua tangan ke wajah Juna.Sungguh berbahaya, ini sangat berbahaya. Juna memang mencintai Anika, tapi sebagai pria normal, kalau terus digoda begini, bukankah akan membuatnya runtuh?“Rin, kalau tidak jadi makan bersama, aku pulang saja, yah!” Juna menahan dua tangan Rinjani yang merayap ke belakang telinganya.Mata Rinjani bertemu tatapan teguh Juna. Di pandangan Juna, selalu terarah ke wajahnya, sama sekali tidak melirik ke arah tubuhnya.“Apakah aku memang tidak semenarik itu, Jun?” Rinjani menampilkan wajah muram.“Bukannya kamu tidak menarik, Rin, tapi aku sudah memiliki pujaanku sendiri.” Juna berkata.Dia terpaksa menyatakan demikian karena Rinjani sudah semakin ekstrim cara menggodanya.Mata Rinjani membeku sejenak usai mendengar pengakuan Juna. “Kamu … kamu sudah pu
Read more
PREV
1
...
2122232425
...
38
DMCA.com Protection Status