Semua Bab Ditalak 3 Lewat Telepon: Bab 71 - Bab 80
188 Bab
71. Tinggal Esok Hari
“Apa Om?” tanya Zafran mengulangi pertanyaannya. “Hahahahahaha... “ tawa pak Syamsul terbahak-bahak. Zafran pun mengeraskan rahangnya karena tak terima dipermainkan oleh pamannya sendiri. “Sudah ah, Om masih banyak urusan. Sana!” kekehnya yang membuat Zafran menyerah. Seberapa kesal pun ia dengan seseorang, ia bukan tipe orang yang mudah terprovokasi. Apalagi, yang membercandainya merupakan orang-orang tersayang baginya, termasuk pak Syamsul. “Kalau bukan Om sendiri, udah aku cincang!” kesal Zafran sambil tertawa. “Ya, mana ada kamu cincang Om. Keluarga kita bukan keluarga yang ringan tangan, tapi ringan hati,” tunjuk pak Syamsul ke arah dada Zafran. “Iya dah, serah Om! Pokoknya aku enggak mau tahu, Om harus bilang apa rahasia tentang istriku! Kalau enggak, sampe jamuran juga aku diem di sini!” ucap Zafran lagi.“Ya udah, besok Om yang kawinin tuh si artis,” tawanya lagi sambil mengerlingkan matanya. “Aku bilangin tante Rena, baru tahu rasa!” ancam Zafran sambil mengeluar
Baca selengkapnya
72.
“Zafran, Tira! Huhuhuhuhu... “ tangis pilu terdengar dari sambungan telepon. “Kenapa sama Zafran, Mah?” seru Atira sambil bangun dan berlari menuju kamar bu Asih. “Bu!” teriak Atira histeris. Ia sangat khawatir dengan apa yang telah menimpa Zafran. Bahkan, ia menyesal karena telah mengabaikan panggilannya. “Ada apa, Tira?” tanya bu Asih yang tiba-tiba dipeluk Atira dengan tangisan. Bahkan bu Retno pun kini ikut hadir di sana. “Ada apa, Tira?” tanya bu Retno ikutan menangis. Tangannya terus mengelus-elus punggung Atira yang sedang tersedu di pelukan bu Asih. “Tira, tenang!” ucap bu Asih. Bu Retno segera berlalu, ia berniat untuk menghubungi Zafran dan menanyakan langsung apa yang terjadi. Saat ia melihat layar ponsel, ia menemukan panggilan Zafran sebanyak tujuh kali. Tanpa pikir panjang, bu Retno segera menghubungi balik nomor Zafran. Tanpa menunggu satu kali bunyi tut, panggilan itu pun segera diangkat oleh Zafran. “Hallo Bu. Atira beneran nangis ya?” ucap Zafran de
Baca selengkapnya
73. Lelah
Tak berselang lama, ponsel Atira pun kembali berdering. Padahal, tadi pun Atira tidak pernah merasa memutuskan sambungannya. Saat melihat siapa yang menghubungi, Atira langsung mengangkat sambungan telepon tersebut. “Hallo, Mamah! Gimana sekarang Zafran? Mamah! Hallo!” Atira langsung memberondong dengan pertanyaan yang berputar-putar. “Hallo sayang!” jawab Zafran merasa bersalah. “Zafran, ini betulan kamu? Hah? Ini asli? Not just a prank? Sayang!” ucap Atira dengan berurai air mata. “Iya sayang, ini aku. Maafin aku, udah bohongin kamu tadi!” ucap Zafran lagi. “Maksud kamu?” tanya Atira terdengar tidak terima. “Tadi aku kesal karena kamu enggak angkat telepon aku. Jadi... jadi aku inisiatif mau bikin sesuatu yang bikin kamu perhatiin aku. Pas banget mamah lewat, jadi muncullah niatan iseng buat ngerjain kamu. Maafin aku yang enggak pernah mengira kalau kamu akan sekhawatir itu sama aku. Jadinya, aku ngerasa dicintai. Maafin aku ya!” ucap Zafran dengan penuh keseriusan. Tiba-tiba
Baca selengkapnya
74. Resepsi Mencekam
Zafran langsung mengeraskan rahangnya saat ia melihat wajah Helen tanpa dosa datang ke gelaran resepsi mereka. Wanita licik ini bahkan tampil anggun dengan balutan gaun mewah, bahkan melebihi kemewahan gaun sang pengantin wanita. Untung saja Atira lebih cantik dan bersinar di acara pernikahannya, sehingga kemewahan gaun yang digunakan Helen hanya menjadi gunjingan saja. “Siapa yang mengundangmu, hah?” tanya Zafran dengan suara yang hanya bisa didengar oleh Helen dan kedua mempelai. Plakkk... “Ahahahahahahaha, rupanya suamiku sudah benar-benar dibutakan oleh pelakor.” teriak Helen secara tiba-tiba, bahkan dengan berurai air mata setelah ia memukul pipinya sendiri. Mendengar ada keributan di atas pelaminan, pengiring musik dan penyanyi jebolan ajang pencarian bakat yang menghibur para tamu undangan pun menghentikan lagunya sejenak. Bu Asih, pak Suwardi dan bu Haliza yang sedang menikmati santap siang pun segera kembali ke atas panggung tempat pelaminan berdiri gagah. Para tamu undan
Baca selengkapnya
75. Pura-pura Tuli
“Apa kamu yakin, honey?” tanya Helen dengan bergelayut manja di pundak seorang lelaki. “Yakin dong, demi kamu apapun bisa ku lakukan termasuk mengenyahkan artis pendatang baru itu. Mantan suamimu yang bodoh itu pasti akan semakin gila karenanya.” Seringai licik pun terdengar dari kedua orang berbeda generasi itu. “Aahhh, aku jadi semakin cinta deh.” Helen mengecup singkat pipi lelaki tua berkepala plontos yang wajahnya terus saja di blur. “Lagian, lelaki tua itu akan semakin kehilangan jejak anak kandungnya sendiri.”“I love you!” ucap Helen yang kembali mengecup pipi lelaki berkepala plontos itu. “Eiittt, semua itu enggak gratis. Kamu harus ada setiap aku mau kamu, setiap aku butuh. Istriku yang cantik itu payah, setelah melahirkan dia jadi mirip dengan babu, tak bisa berdandan. Padahal saya modalin besar, dianya aja yang katro. Masa pergi kondangan pake kain jarik, baju alakadarnya. Malu-maluin aja!” keluh lelaki itu lagi. “Namanya juga masih bocah ingusan, orang kampun
Baca selengkapnya
76. CCTV
“Aaagghhhh...!” teriak lelaki itu dengan sangat keras. Danu cukup kaget, namun otaknya bekerja dengan sangat cepat. Ia ingat betul bahwa dirinya mengaku tuli sehingga bisa langsung mengontrol ekspresinya. Danu berpura-pura tak mendengar apapun yang memekakan telinga. Ia hanya tersenyum saat lelaki tua itu membuka mulutnya saat berteriak. Ia sadar jika lelaki di hadapannya hanya sedang mengetes pendengaran Danu. “Bagaimana, Pak?” tanya Danu, tentunya dengan bahasa isyarat. Lelaki itu tak memahami pertanyaan Danu sehingga masih terdiam, ia seperti meyakinkan dirinya bahwa Danu mampu memasang CCTV nya. “Ada apa sih, sayang?” tanya seorang wanita yang kini menghampiri mereka. Wanita itu menggunakan bathrobe putih dengan rambut cukup acak-acakan. Yang lebih membuatnya kaget, wanita itu persis dengan seseorang. Namun, ia tak mengingat siapa. “Enggak, ini si Arul pesenin tukang CCTV yang tuli dan gagu.” Lelaki itu berlalu pergi begitu saja, tanpa memberikan keputusan apapun kep
Baca selengkapnya
77. Salah Lawan
“Maafin aku ya, gara-gara pekerjaan, kita jadi harus tunda dulu bulan madu,” ucap Atira sambil memandangi muka Zafran yang masih terlelap. Sedangkan dirinya, ia sudah cantik dan wangi. Atira pun mendekatkan wajahnya ke wajah suaminya. Ia berniat mencuri morning kiss tanpa sepengetahuan Zafran. Perasaannya dagdigdug tak karuan. Ini seperti pertama kalinya lagi bagi Atira mencium wajah lelaki. Terakhir ia melakukannya kepada Bayu bertahun-tahun lalu, saat Bayu akan berangkat ke Jepang. Cup... Atira berhasil mengecup pipi Zafran. Ia pun berlama-lama sambil berdo’a di dalam hatinya. “Ya Allah, panjangkanlah jodoh kami di dunia dan akhirat dalam keadaan sakinah, mawaddah, rahmah dan berkah. Bukakan hatinya untuk menyayangi Davin dan Daffa, juga beri kami keturunan yang soleh solehah. Amin.”Atira menjauhkan wajahnya dari Zafran. Namun, betapa kagetnya Atira karena ia mendapati Zafran sedang memandangnya sambil tersenyum culas. “Lagi!” pinta Zafran dengan suara manja. “Ih, engga
Baca selengkapnya
78. Fakta Baru
“Saya tidak akan membela Helen.”Semua orang menoleh ke arah sumber suara. Betapa kagetnya mereka, suara itu berasal dari seorang lelaki paruh baya yang masih nampak gagah, wajahnya blasteran Indonesia – Turki, janggutnya pun masih berjejer rapi di kiri dan kanan pipinya. “Pak Syahid?” pak Ramon sangat kaget mendengar ucapan itu keluar dari mulut pak Syahid yang merupakan ayah dari Helen. “Selamat malam, pak Ramon!” ucap pak Syahid dengan senyum semanis mungkin. “Apa kabar pak?” tanya pak Syahid sambil menjabat tangan pak Suwardi. “Baik.” Bu Haliza yang berada di samping suaminya pun tersenyum dan menangkupkan tangannya ke arah pak Syahid. Atira menahan semburan tawa yang ingin segera meledak dari mulutnya setelah melihat mimik muka pak Ramon. Namun, ia berusaha tenang agar tak menimbulkan kekacauan. Hanya saja, pengacara yang sering menangani kasus kontroversial itu melihat gelagat Atira. “Kenapa kamu ketawa? Mentang-mentang sudah merasa paling tenar sekarang? Anak kemar
Baca selengkapnya
79. Gara-gara Nude
“Siapa anaknya, Om?” tanya Zafran yang tak mampu menahan diri untuk mendengar jawaban dari pak Syamsul. “Kau, datanglah ke rumah sakit kota dengan membawa satu hal yang Om minta. Maaf Zafran Om harus melibatkanmu karena Om pikir kamu bisa membantu Om,” ucap pak Syamsul. “Om akan tulis di chat apa yang harus kau bawa besok, agar tak ada kesalahpahaman. Ingat, jangan dulu beritahu siapapun tentang masalah ini sampai semuanya terang!” titah pak Syamsul dan disanggupi oleh Zafran. “Baiklah, Om akan kirimkan apa yang harus kamu bawa.”“Oke, saya tunggu!” ucap Zafran menutup obrolan mereka. Tak berselang lama, ia pun membuka sebuah pesan dari pak Syamsul yang baru saja masuk. Zafran membulatkan matanya saat melihat apa yang tertulis di sana. Ia merasa tak percaya dengan apa yang ia baca dari chat pak Syamsul. “Enggak mungkin.”*** Atira bangun dari tidur dan tak mendapati Zafran di sampingnya. “Tumben,” ucapnya sambil melirik ke tempat tidur Zafran yang biasanya masih bisa menja
Baca selengkapnya
80. Selalu Membawa Derita
“Atira!” Atira menoleh ke arah sumber suara. Nampak siluet tubuh seseorang yang pernah mengisi hari-harinya sedang berjalan ke arahnya. “Atira!” panggil Bayu lagi saat ia sudah berada tepat di depan Atira. “Ya,” jawab Atira datar. “Emmmhhh, bagaimana kabar...?” Bayu terdiam meragu. “Ibu baik, Mas juga tahu nomor ponselnya bukan? Anak-anak juga baik, jauh lebih baik. Kalau enggak ada hal lain, saya permisi!” ucap Atira sambil berlalu pergi. “Tunggu!” panggil Bayu sambil menarik tangan Atira sampai wanita itu berbalik lagi kepadanya. “Lepas! Enggak perlu pegang-pegang,” bentak Atira yang merasa tak nyaman dengan perilaku Bayu. “Maaf!” lirih Bayu sambil tertunduk, nampak dari matanya ada rasa bersalah. “Bisakah kita bicara sebentar?” tanya Bayu berbicara tergesa. Lelaki itu takut jika Atira segera pergi menjauh. “Ada hal penting apa? Kalau masalah anak-anak, Mas Bayu bisa bicara sama Ibu. Saya enggak akan pernah melarang anak-
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
19
DMCA.com Protection Status