Semua Bab Perfect Partner : Bab 151 - Bab 160
165 Bab
Bab 151 Rencana Reuni
“Sepertinya Kak Bian benar-benar mencintai Kak Fla.” Ethan menghampiri kakaknya dan menemani kakaknya yang sedang memasak. “Iya, dia benar-benar mencintai aku.” Flavia juga merasa jika Bian memang begitu mencintainya. Walaupun awal perjalanan cinta mereka terasa sulit sekali. “Aku senang akhirnya Kak Fla menemukan orang yang tepat. Aku jauh lebih tenang sekarang.” Selama ini ada perasaan takut jika kakaknya tidak akan bahagia. Namun, semua sirna ketika melihat kakaknya begitu bahagia. Apalagi ada keluarga yang begitu baiknya. “Belajarlah yang benar. Jangan khawatirkan aku.” Flavia tersenyum. Dia ingin adiknya lulus dengan nilai terbaik. Agar kelak bisa mendapatkan kehidupan yang layak. “Tentu aku akan belajar dengan benar.” Ethan sadar jika pastinya kakaknya khawatir dengannya. Untuk sementara ini, dia tidak mengatakan jika nanti dia akan bekerja paruh waktu. Karena menurutnya, itu akan membebani pikiran kakaknya. Yang terpenting, kuliahnya bisa terlaksana dengan baik, dan lulus t
Baca selengkapnya
Bab 152 Mau Membunuh Aku?
Bian memerhatikan Flavia yang sedang memoles wajahnya di depan cermin. Hari ini Flavia akan ada acara reuni. Walaupun reuninya akan diadakan siang, tetapi dia harus berangkat pagi untuk melakukan persiapan dan memastikan jika semuanya akan aman selama acara berlangsung. “Apa Nevan juga datang pagi?” tanya Bian menatap sang istri yang sedang berdandan. Sejujurnya, dia merasa begitu kecewa sekali karena tidak bisa ikut dengan Flavia. Juga tidak bisa mengawasi sang istri di sana. “Dia bukan panitia. Jadi tentu dia tidak datang pagi-pagi. Dia akan datang siang seperti yang lain.” Sambil memoles wajahnya, Flavia mencoba menjelaskan. Bian mengangguk-anggukkan kepalanya. Walaupun mengerti apa yang dikatakan sang istri, tetap saja dia merasa takut. Wajah cemasnya itu tidak bisa dibohongi dari wajah Bian. Flavia melihat wajah Bian dari pantulan cermin. Dilihatnya sang suami menekuk bibirnya. Seolah tampak kesal sekali. “Apa kamu tidak percaya denganku?” Flavia menatap sang suami dari pant
Baca selengkapnya
Bab 153 Sesak Napas
Sayangnya, saat obat diminum, tidak ada reaksi apa-apa. Sesak yang dirasakan Bian semakin bertambah. Wajah Bian sudah merah-merah. Bibirnya pun sudah bengkak karena makan bubur kepiting itu. “Bi.” Daddy Bryan mulai panik. Reaksi tubuh Bian jauh lebih parah dibanding dirinya. “Dad, a-aku ti-dak bi-sa na-pas.” Bian mencoba menjelaskan pada daddy-nya. “Bry, sepertinya reaksinya lebih parah dibanding kamu.” Papa Felix melihat Bian yang benar-benar sudah sangat kesakitan, meskipun sudah minum obat. “Lalu kita harus apa?” Daddy Bryan menatap Papa Felix.“Kita harus bawa dia ke rumah sakit. Bisa-bisa dia tidak bernapas jika dibiarkan.” Papa Felix jelas takut jika terjadi apa-apa dengan Bian. “Baiklah, ayo kita bawa ke rumah sakit.” Daddy Bryan setuju. “Bi, ayo kita ke rumah sakit.” Daddy Bryan mengangkat tubuh Bian. Memapah ke mobil. Papa Felix segera mengambil kunci mobil temanya yang berada di nakas. Dengan segera dia keluar untuk membuka pintu mobil. Daddy Bryan segera memasukkan Bi
Baca selengkapnya
Bab 154 Minta Maaf
“Dad, bagaimana keadaan Bian?” Ghea langsung melemparkan pertanyaan itu. “Sayang, Bian kenapa?” Mommy Shea menarik lengan Daddy Bryan. Daddy Bryan bingung harus menjawab apa. “Bian sesak napas karena alerginya kambuh.” Daddy Bryan memberitahu istrinya. “Bagaimana bisa alerginya kambuh? Apa dia makan udang, kepiting, atau kerang?” Mommy Shea melempar pertanyaan bertubi-tubi. Daddy Bryan panik. Dia memilah kata yang tepat untuk diberikan pada istrinya. Tak mau sampai sang istri marah. “She, sebaiknya kamu masuk dulu untuk melihat keadaan Bian.” Papa Felix mengalihkan perhatian Mommy Shea. Dia tahu jika temannya tidak bisa menjawab pertanyaan sang istri. “Felix benar, She. Cek dulu Bian.” Mama Chika membenarkan apa yang dikatakan oleh suaminya. Mommy Shea mengangguk. Dia segera berlalu masuk ke ruang perawatan. Disusul oleh Ghea, Freya, Mama Chika, Mommy Selly, Mama Lyra, Shera, dan Dearra. Mereka semua masuk ke ruang perawatan.Daddy Bryan lega karena akhirnya dia terselamatkan s
Baca selengkapnya
Bab 155 Jangan Diulang
Flavia sadar jika Nevan tadi datang lebih awal karena dirinya. Namun, tadi saat hendak ke rumah sakit, dia benar-benar sangat panik. “Aku tahu aku salah karena ke rumah sakit dengannya, tetapi aku tidak berniat memberikan dia peluang untuk mendekati aku. Yang aku pikirkan tadi hanya bagaimana caranya untuk sampai di rumah sakit dengan segera.” Flavia menangis. Dia memang tidak terpikir apa pun. Dia hanya begitu khawatir dengan suaminya. “Jika kamu sampai melakukan hal ini, aku tidak akan pernah memaksa untuk berangkat.” Flavia begitu sedih sekali karena suaminya melakukan semua itu karena dirinya. Bian yang tadinya kesal, seketika luluh ketika melihat istrinya menangis. Dia menarik tangan Flavia dan memintanya untuk memeluknya. Flavia langsung memeluk sang suami. “Maafkan aku membuatmu bertindak nekat.” Flavia merasa semua berawal dari dirinya. “Tidak, Sayang. Semua ini salahku. Aku terlalu takut kamu dekat pria lain. Sampai-sampai aku meragukanmu dan melakukan hal nekat itu.” Fl
Baca selengkapnya
Bab 156 Mual
Bian dan Flavia sudah kembali lagi bekerja. Bian sudah sehat paska kejadian makan bubur kepiting ituSiang ini Bian ada janji dengan seseorang. Karena itu dia meminta sang istri untuk makan siang bersama dengan teman-temannya. “Maaf membuat Pak Bian menunggu.” Nevan segera menarik kursinya dan mendudukkan tubuhnya di atas kursi. “Tidak apa-apa.” Bian sengaja mengajak Nevan untuk bicara. Dia sadar jika segala hal memang harus diselesaikan dengan baik. Mereka segera memesan makanan dan menikmati makanan bersama. Nevan tahu untuk apa Bian mengajaknya untuk makan bersama. Apalagi jika bukan tentang Flavia. “Pasti kamu tahu untuk apa aku memintamu untuk ke sini.” Bian menatap Nevan. “Jika boleh saya menebak Pak Bian ingin bicara tentang Flavia.” Nevan menebak tujuan Bian. Bian tersenyum. Ternyata Nevan cukup pintar untuk menebak. “Iya, aku ingin membicarakan tentang istriku.” Bian membenarkan tebakan Nevan. “Aku tahu jika kalian dulu pernah dekat. Dengan istriku. Aku hanya ingin memb
Baca selengkapnya
Bab 157 Periksa Kandungan
Bian duduk di kursi belakang bersama dengan Flavia. Menemani sang istri. Wajah Flavia begitu pucat sekali. Hal itu membuat Bian begitu panik sekali. Bian menyesali keputusannya yang setuju dengan sang istri mengunjungi proyek. Jika seperti ini, dia akan memilih untuk di rumah saja. Akhirnya, mobil sampai di rumah sakit. Mereka sampai di ruang unit gawat darurat. Perawat langsung menyambut Flavia dan Bian. Perawat meminta Bian untuk memindahkan ke brankar, tetapi Bian menolak. Dia memilih menggendong tubuh sang istri masuk ke ruang perawatan. Perawat segera mengecek keadaan Flavia. Mereka segera memasang infus, karena Flavia tidak sadarkan diri. Dokter jaga segera mengecek keadaan Flavia. “Apa yang dirasakan pasien?” Dokter bertanya pada Bian.“Tadi pagi istri saya mual, pusing, dan siang ini tiba-tiba pingsan.” Bian menjelaskan pada dokter. “Bu, apa dengar suara saya.” Dokter memanggil Flavia. Flavia membuka matanya ketika samar-samar mendengar suara. Dilihatnya langit-langit ber
Baca selengkapnya
Bba 158 Perhatian
“Sebaiknya kamu istirahat saja.” Bian menarik selimut untuk menutupi tubuh Flavia.Bian dan Flavia memutuskan untuk segera pulang setelah makan siang bersama para ibu Mengingat Flavia kelelahan setelah perjalanan dari proyek, tentu saja Bian tidak akan membiarkan.Flavia mengangguk. Dia memang cukup kelelahan, padahal di dalam perjalanan pulang tadi pagi, dia juga sempat tertidur. Namun, tubuhnya seolah tetap saja kelelahan.“Aku akan rapikan barang-barang kita dulu.” Bian mendaratkan kecupan di dahi sang istri.Tidak ada asisten rumah tangga di apartemen Bian. Karena itu Bian mengerjakan sendiri. Dia akan me-laundry semua pakaiannya. Bian terbiasa tinggal sendiri sewaktu di luar negeri. Jadi tentu saja itu membuatnya tidak kesulitan dalam mengerjakan pekerjaan rumah.Suara bel yang terdengar di tengah-tengah Bian yang sedang asyik merapikan semua pekerjaanya, membuatnya segera beralih ke pintu apartemennya melihat siapa gerangan yang datang.“Mommy.” Bian melihat sang mommy datang ke
Baca selengkapnya
Bab 159 Mual Parah
“Aku sudah mencari informasi dari internet, dan sepertinya tidak boleh.” Flavia tadi sempat mencari informasi apa saja yang tidak boleh dilakukan saat hamil muda. Dan dia menemukan hal itu. Apalagi jika bukan larangan untuk berhubungan suami istri. Bian mengembuskan napasnya. “Aku akan coba tanya Kak Dean saja. Agar lebih percaya.” Dia masih tidak percaya. Karena itu dia memilih untuk menghubungi kakak sepupunya itu. Bian segera bangun dari posisi tidurnya. Hal yang pertama dilakukannya adalah mengambil ponselnya. Kemudian, menghubungi Dean. “Halo, Bi.” Suara Dean dari seberang sana terdengar. “Kak, aku mau tanya?” “Tanya apa?” Dean di seberang sana bertanya. “Apa saat hamil muda tidak boleh melakukan hal intim?” Bian tanpa basa-basi bertanya. “Tentu saja tidak disarankan ketika hamil muda. Karena itu berisiko untuk kehamilan.” Dean berada di sana menjelaskan. Bian harus kecewa. Karena ternyata tidak boleh. “Baiklah. Terima kasih, Kak.” “Sama-sama, Bi.” Sambungan telepon ter
Baca selengkapnya
Bab 160 Keadaan Janin
Mama Lyra segera melakukan tindakan untuk menolong Flavia. Beruntung pendarahan dapat diatasi. Setelah pendarahan dapat diatasi, Mama Lyra meminta perawat untuk membawa ke ruangan USG. Dia ingin memastikan keadaan kandungan Flavia. Bian senantiasa menemani Flavia.Mama Lyra memeriksa kandungan Flavia lewat layar USG. Tubuh Flavia yang lemas hanya pasrah saja ketika Mama Lyra melakukan pemeriksaan.Mama Lyra membulatkan matanya ketika melihat kandungan Flavia. Hal itu membuat Bian begitu panik.“Ma, ada apa?” tanya Bian. “Apa anakku kenapa-kenapa?” Bian benar-benar khawatir sekali.“Ada tiga janin di dalam kandungan Flavia.” Mama Lyra menatap Bian. Kemarin dia tidak melihat. Jadi kali ini dia cukup terkejut.Bian membulatkan matanya. Anaknya tidak lagi kembar dua saja, seperti kakaknya, tetapi tiga. Tentu saja itu membuatnya begitu terkejut.“Sayang, anak kita ada tiga.” Bian meraih tangan Flavia. Memberitahu sang istri. Kebetulan saat dibawa ke ruang USG Flavia tersadar.Flavia tidak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status