Semua Bab Pernikahan Kedua dengan sang Mantan: Bab 81 - Bab 90
101 Bab
Bab 81. Perasaan Sofi yang Tertipu
Di tengah canda tawa yang masih berlangsung di meja keduanya, tiba-tiba sosok Pak Lutfi muncul dan menyapa. "Eh, sore juga, Pak. Kok ada di sini? Saya 'kan enggak minta jemput?" Audi menatap sang supir heran. "Iya, Bu. Tapi, saya diminta Pak Darren untuk menjemput Ibu dan mengantar Ibu untuk ketemu Bapak."Audi menengok Surya yang juga melihat ke arahnya sambil tersenyum. "Antar kemana? Kantor maksudnya?""Bukan, Bu. Saya diminta untuk antar Ibu ke restoran.""Oh. Restoran!" seru Audi. "Sekarang?""Setelah Ibu selesai saja kata bapak. Saya akan menunggu di parkiran kalau Ibu belum selesai dengan Pak Surya."Surya tersenyum ketika Pak Lutfi menengok padanya. "Ya sudah. Saya akan menyusul Pak Lutfi sebentar lagi. Bapak bisa duluan aja.""Baik, Bu."Lelaki paruh baya itu pun segera beranjak pergi. Pesan dari sang tuan sudah tersampaikan, sekarang tugas mengantar sang nyonya menuju satu tempat yang harus terjeda sebab obrolan yang mungkin belum selesai. "Kayanya suami kamu ngakak mak
Baca selengkapnya
Bab 82. Kemarahan Sofi
'Audi,' gumam Sofi yang mendadak emosi. Ia tiba-tiba marah sebab kemunculan wanita itu di depannya. Dua pasang mata yang sama-sama menatap tajam juga terkejut, menjadi pemandangan baru di ruangan tersebut. Sofi kemudian berpaling menatap Darren yang juga melihat ke arah pintu. Namun bedanya, laki-laki itu menatap penuh damba pada wanita yang telah kembali menjadi istrinya itu. 'Apa maksudnya ini? Apakah sebetulnya yang tengah Darren rencanakan?' batin Sofi geram seraya pandangan matanya yang terus menatap ke arah Audi. Mantan sahabat yang kini berjalan perlahan menuju sang suami, yang selalu ingin ia hancurkan karena hubungannya dengan Darren, yang sesekali mencuri pandangan ke arahnya. "Hai, Honey. Apakah ada masalah di jalan? Mengapa lama sekali sampai?" sapa Darren yang kemudian menarik tubuh Audi ke atas pangkuannya.Sungguh tak tahu malu, begitu ucapan Audi ketika suaminya tanpa sungkan membawa tubuhnya ke atas pangkuan. Bahkan, dengan keberadaan Sofi di depan mereka seolah bu
Baca selengkapnya
Bab 83. Usaha Audi
Rencana pembangunan bisnis kue dan roti yang sudah lama Audi impikan saat ini sudah berdiri sembilan puluh persen. Sisa sedikit lagi yakni finishing demi memantapkan apapun yang kurang demi kelancaran usahanya. Bahkan, Audi harus rela lembur sampai sore hari setelah ia selesai merekrut beberapa pegawai untuk membantunya menjalankan usaha. Sore itu ia tak sengaja ditemani Surya yang datang karena ingin pamit ke luar negeri untuk urusan bisnis hotel keluarganya. "Jadi, kamu tidak bisa menghadiri acara peresmian bisnisku ini?" tanya Audi tampak sekali kecewa. "Sorry, Di. Sungguh aku ingin sekali, tapi masalah hotel jauh lebih membutuhkan aku sekarang. Aku tidak bisa membiarkan papa mengurusnya sendirian di sana."Ya, mau tidak mau Audi harus rela melakukan grand opening bisnisnya tanpa Surya. Lelaki itu memang harus berada di tempat di mana ia dibutuhkan. Jelas Audi tak boleh egois. Setelah beberapa bulan Surya membantu, sudah cukup baginya untuk berjalan sendiri tanpa temannya itu.
Baca selengkapnya
Bab 84. Persetujuan Darren
Pada akhirnya justru Audi yang harus mengibarkan bendera putih. Darren tak pernah bisa ia kalahkan, bahkan meski ia sudah membuat lelaki itu kepayahan saat dirinya mencoba menstimulasi miliknya yang perkasa. "Jadi, apa yang kamu inginkan sebenarnya?" tanya Darren setelah ia mendapat pelepasan yang pertama dan ketiga bagi Audi. Perempuan itu masih bersembunyi di balik selimut setelah napas yang dihirupnya seolah menipis. Darren betul-betul menyiksanya, dan bukan ia yang melakukan sesuai rencana. Menarik sedikit selimut ke bawah dagu, Audi menatap wajah Darren yang tersenyum menatap padanya. "Aku takut kamu menolak dan tidak izinkan. Terlebih setelah lagi-lagi kamu memenangkan permainan malam ini."Mau tertawa, tetapi sikap itu hanya akan membuat istrinya terus bungkam. Untuk itulah Darren memilih diam dan tidak bereaksi atas pujian yang sang istri berikan. "Katakan saja dulu, aku ingin tahu apa yang sudah membuatmu bersikap agresif di awal tadi."Ragu Audi menarik semua selimut hi
Baca selengkapnya
Bab 85. Perpisahan Surya
Suasana bandara tampak sudah ramai meski waktu masih tergolong pagi. Jam setengah tujuh Audi telah sampai dengan ditemani Darren. Di sana ia bertemu dengan Surya yang rupanya sudah tiba lebih dulu sebab khawatir akan ketinggalan pesawat. "Maaf sudah merepotkan kamu datang kemari," ucap Surya tulus. Ia tak segan bicara santai kepada Darren meski sejatinya hubungan mereka tidaklah akrab. "Bukan masalah. Aku terlalu mencintai istriku sampai tidak rela melepasnya sendiri ke sini dan menemani kamu." Darren tetaplah Darren. Sikap ketusnya justru membuat Surya tersenyum. Surya lantas menatap Audi yang sepertinya kesal atas sikap dingin dan sinis Darren kepadanya. Tapi, respon lelaki itu yang sama sekali tidak marah atau pun tersinggung, membuat Audi sedikit lega. "Kamu seharusnya tidak perlu ke sini. Aku sudah cukup mengerti ketika kamu mengatakan hal itu semalam. Lagipula, aku tidak pernah menyuruhmu kemari bukan?" Surya seperti ingin meminta pertanggung jawaban Audi atas kemunculan san
Baca selengkapnya
Bab 86. Aksi Penculikan
"Kamu langsung pulang saja dengan Pak Lutfi. Aku tunggu Zain."Pasangan suami istri itu sudah berada di pelataran bandara. Pak Lutfi, supir pribadi mereka sudah menunggu dengan berdiri di sisi pintu mobil. "Ok!""Wah, semangat sekali. Apakah kamu begitu senang aku suruh pulang?" Darren pura-pura kesal. "Terus aku harus bagaimana dan kemana?" Audi menatap suaminya bingung. "Kamu 'kan memang harus ke kantor. Sedangkan aku, ehm ... apalagi selain diam di rumah dan menunggu kamu pulang."Dua orang itu masih saja terlibat dalam pembicaraan yang tak penting. Beberapa orang yang lewat di sekitar mereka, sempat menengok sebab aura Darren yang tidak bisa dianggap remeh. "Apakah kamu masih mau berdebat hal sepele seperti ini, Darren? Atau kamu memang sengaja ingin berlama-lama supaya orang-orang menatap kamu saking terpesonanya?" Audi berkata kesal. Sontak saja Darren tersenyum senang. Sang istri terlihat sekali cemburu karena pesona dirinya yang tak pernah bisa dibantah. "Aku 'kan sedang
Baca selengkapnya
Bab 87. Bersiap
Darren sudah sampai kantor satu jam yang lalu ketika Pak Lutfi menghubunginya. "Iya, Pak. Sudah sampai rumah?" tanya Darren yang sedikit heran sebab bukan istrinya yang menelepon, tetapi malah sang supir itu pun lebih lama dari yang ia bayangkan. 'Maaf, Tuan. Bu Audi ....'"Ada apa dengan Audi?" tanya Darren seketika cemas saat mendengar suara Pak Lutfi yang terdengar panik juga ketakutan. 'Itu Tuan. Ibu Audi diculik.'"Apa?"Zain yang sejak tadi berada di dekat Darren, sudah melihat gelagat tak baik saat sang tuan berbicara dengan nada khawatir. Lalu sekarang, pekikan Darren mampu membuat ruangan kantor tersebut bergetar saking kerasnya. "Jangan becanda, Pak. Ini bukan hal yang bisa Bapak buat candaan."Darren masih berusaha menampik jika yang supir pribadinya itu katakan adalah sebuah lelucon. Meski ia sadar, tak ada satu pun orang yang berani berbohong padanya, apapun situasinya. 'Saya tidak berani, Tuan.'Darren terlihat geram. Kesal, marah, sudah pasti. Tapi, ia tak bisa ser
Baca selengkapnya
Bab 88. Dalam Ruangan Kosong
Audi terlihat ingin menangis ketika akhirnya kain hitam yang menutupi kedua matanya dibuka. Tampak sebuah ruangan kosong tanpa ada barang apapun yang ada di dalamnya, hanya sebuah ranjang tanpa kasur yang saat ini ia duduk di atasnya. Lampu berwarna kuning yang bertengger di atas atap, memancarkan warna remang di seluruh ruangan. Redup seolah tanpa ada semangat hidup. 'Ya Tuhan! Di mana aku sekarang?' gumam Audi bertanya pada dirinya sendiri. Suasana tampak hening, hanya suara desing angin malam yang bisa Audi dengar di telinganya saat ini. Selebihnya, ia tidak mendengar apapun meski sudah mencoba memaksimalkan pendengarannya. Setelah Audi sempat pingsan beberapa waktu lalu sebab pukulan keras di tengkuknya oleh para lelaki yang menghadangnya di jalanan tadi, kini ia berusaha mencerna apa yang sebetulnya tengah terjadi. Sembari mulutnya terus bergerak merapalkan doa apapun yang ia bisa. 'Aku tahu saat ini aku diculik. Tapi, siapa orang di balik penculikan ini? Adakah seseorang ya
Baca selengkapnya
Bab 89. Kemunculan Sang Pahlawan
Tiba-tiba laki-laki yang tadi memaksa melepas baju Audi, terpental jatuh ke lantai dengan suara debam yang sangat keras. Seseorang telah memukulnya dari arah belakang, yang membuat dua orang lainnya siaga dan berbalik mencari sumber masalah. Audi bisa melihat dengan jelas, seseorang yang telah membuat orang suruhan Sofi terjatuh adalah Darren, suaminya. Laki-laki itu terlihat marah. Kedua matanya merah dengan tatapan yang sangat mengerikan. Gemeretak giginya terdengar jelas ketika ia melihat kondisi yang menimpa istrinya. "Bawa Audi keluar, Zain! Biar aku yang akan menghabisi orang-orang sialan ini!"Segera Zain memberikan jas yang dipakainya untuk menutupi tubuh Audi yang sudah setengah telanjang. Setelahnya ia membawa istri tuannya itu untuk keluar dari ruangan tersebut sesuai perintah Darren. Zain tahu saat ini bukan gilirannya untuk maju. Darren sangat sakit hati atas apa yang sudah dilakukan gerombolan lelaki itu atas Audi. Sudah bisa dipastikan, sang tuan ingin turun langsung
Baca selengkapnya
Bab 90. Pembalasan Darren
Tampang angkuh masih terlihat pada wajah Sofi meski saat ini wanita itu berada dalam sekapan Darren. Ia seperti tak peduli dengan apa yang pengusaha itu tengah lakukan padanya sebagai aksi balas dendam atas penculikan yang menimpa sang istri. Sofi memang dalang di balik penculikan Audi, bahkan hampir dilecehkannya perempuan itu setelah mendapat perintah darinya. Satu yang Sofi sesali adalah gagalnya aksi para anak buahnya sebab kemunculan Darren yang sangat cepat dan tidak diduga. Sekarang wanita itu sudah berada dalam ruangan yang sama seperti yang terjadi pada Audi. Ruangan yang sengaja Darren gunakan untuk membalaskan dendamnya atas kejadian yang menimpa sang istri. "Apakah kau sedang melakukan aksi balasan dendam apa yang anak buahku lakukan pada istrimu itu?" Sofi tertawa sinis. Ia yang duduk di atas satu buah kursi kayu dengan tangan terikat, tampak tidak takut meski saat ini ia dikelilingi banyak laki-laki berbaju hitam dan berwajah sangar. Sofi seperti sudah biasa menghadap
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status