All Chapters of Mommy untuk Daddy: Chapter 111 - Chapter 120
145 Chapters
Bab 111
Bugh! Arisha menghantam Alfian dengan siku. "Akh! Sialan! Kau berani main kasar sekarang, Arisha!" Alfian meringis. Hantaman siku Arisha bersarang tepat di ulu hatinya. Arisha berbalik. Jika dia tak bisa membuka pintu, maka dia harus berhadapan dengan Alfian. Mungkin memang sudah saatnya dia mempraktikkan ilmu bela diri yang diajarkan oleh Rasyad. Alfian tegak lurus setelah nyerinya agak berkurang. Ia menyeringai. "Rupanya kau memiliki banyak kemajuan setelah tinggal di kota, Arisha. Aku suka itu. Ayo bersenang-senang!" "Pecundang! Beraninya melawan wanita," ejek Arisha seraya meludah ke lantai. "Aku semakin membencimu, Alfian!" "Ssst! Jangan bilang benci, Arisha! Aku tidak suka itu. Sampai kapan pun, kau hanya boleh mencintaiku." Alfian merentangkan tangan. "Kemarilah! Aku sangat merindukan pelukanmu." Arisha memasang kuda-kuda. Sepertinya otak Alfian tak lagi bekerja dengan baik. "Kau tak mau?" Alfian meneleng. "Ah, kau mungkin malu. Baiklah, biar aku yang mendatangimu." A
Read more
Bab 112
"Apa kamu masih belum ingin bercerita?" Dareen mendongak setelah ruam merah yang melingkari pergelangan kaki Arisha mulai terlihat memudar. Arisha tetap bungkam. Dia tidak mungkin menceritakan bahwa dirinya nyaris menjadi korban kebiadaban Alfian. Belum tentu Dareen akan percaya pada ceritanya. Bisa jadi juga lelaki itu akan berpikiran buruk tentang dirinya. "Baiklah. Aku tidak akan memaksa." Dareen menyerah. "Mulai sekarang, belajarlah untuk lebih hati-hati dan menjaga diri dengan baik!" Dareen memberi waktu kepada Arisha untuk menenangkan diri. Dia sungguh tak menyangka bahwa dia akan melakukan hal konyol karena seorang gadis. Ingatannya menapak tilas kejadian di mall. "Silla? Kenapa dia sama sopir?" Dareen urung membuka pintu mobilnya kala melihat sosok Silla berdiri menatap pintu masuk mall, hanya ditemani oleh sang sopir. Dareen mendekat. "Sayang, kok belum pulang?" "Daddy! Daddy juga di sini?" Wajah Silla berbinar cerah melihat kemunculan Dareen. "Iya. Kebetulan daddy ada
Read more
Bab 113
"Tidak ada kebaikan yang dibawanya setiap kali wanita ular itu datang. Dareen, sebaiknya kau waspada. Oma tidak mau kejadian yang menimpa ayahmu juga terjadi padamu. "Wanita itu gila. Dia bisa melakukan apa saja untuk menyingkirkan Arisha dari rumah ini, seperti dia menyingkirkan ibumu." Perasaan Nyonya Hart terhadap Arisha benar-benar telah berubah. Semakin lama bergaul dengan Arisha, kasih sayangnya pada gadis itu kian tumbuh subur. Arisha sosok yang santun dan keibuan. Terbukti Silla sangat dekat dengannya. Nyonya Hart ingin menebus kesalahannya di masa lalu pada mendiang ibu Silla melalui Arisha. Dareen memperhatikan Nyonya Hart menikmati secangkir teh hijau dengan pikiran yang tak jauh berbeda. Ruang tengah itu hening untuk sesaat. Nyonya Hart menaruh cangkir tehnya ke atas meja. "Apa … rencanamu ke depan bersama Arisha?" "Bukankah Oma tak menyukainya? Sama seperti ibu Silla dulu?" Dareen berkata datar. "Jadi, masa depan seperti apa yang Oma harapkan antara aku dan Arisha?
Read more
Bab 114
Semilir angin malam berhenti berputar. Binatang malam pun tak lagi bernyanyi. Menyisakan kehampaan yang sunyi dan mencekam, dengan kegelapan tanpa pendar rembulan.Dareen menumpukan tangan pada pagar pembatas balkon. Kepalanya tertunduk, seakan terasa sangat berat, dipenuhi beban pikiran.Paak!Tiba-tiba ia memukul pagar pembatas itu dengan penuh emosi."Ini tidak bisa dibiarkan!"Dareen mengangkat wajah, melempar pandang pada kegelapan yang kian kelam. Tatapan tajamnya menembus pekatnya malam dengan kobaran api dendam.Penggalan obrolannya dengan Nyonya Hart menjadi minyak yang membuat nyala api itu kian membesar."Dareen, oma merasakan firasat yang tidak baik tentang Arisha. Gadis itu … mungkin dalam bahaya. Lindungi dia!"Oma gagal melindungi ibu dan adikmu, dan oma sangat menyesal. Oma harap kau tidak melakukan kesalahan yang sama seperti oma."Setiap kata yang diucapkan oleh sang nenek terus terngiang-ngiang di telinga Dareen.'Aku juga pernah gagal menyelamatkan kedua orang tua
Read more
Bab 115
"Tante, kapan aku tinggal di rumah, Kak Dareen? Masa aku nginap di hotel terus? Lama-lama habis nanti tabunganku?" Davina cemberut, kesal melihat isi rekeningnya mulai menipis."Sabar, Davina! Dareen itu keras kepala, sama seperti ibunya. Kita harus bisa bermain cantik. Kalau kamu berhasil menggaetnya, semua uangmu yang hilang ini akan balik berkali-kali lipat," bujuk Nyonya Rosalind.Davina adalah ujung tombaknya untuk mencapai tujuannya. Jika gadis itu menyerah, rencana yang telah disusunnya selama bertahun-tahun akan terancam gagal."Lagian nih ya … kenapa Tante nggak tendang langsung saja Kak Dareen dari perusahaannya, terus ambil alih. Kenapa harus nunggu aku nikah dulu dengannya? Aku capek diabaikan terus, Tante …."Davina memang jatuh cinta pada Dareen, makanya ia setuju untuk bekerja sama dengan Nyonya Rosalind. Akan tetapi, jika perasaan cinta itu hanya bertepuk sebelah tangan, sungguh sangat menyiksa. Terbelenggu dalam penantian panjang dengan tanpa kepastian sangat melelahk
Read more
Bab 116
"Enak ya, sebentar masuk sebentar cuti. Kayak perusahaan ini milik sendiri!"Sindiran bernada pedas menusuk gendang telinga Arisha begitu kembali ke kantin, setelah dua hari tak masuk kerja."Kita yang repot, dia enak-enakan makan gaji buta!"Arisha mengabaikan bisik-bisik berhawa panas itu dan langsung fokus pada pekerjaan.Kesal lantaran merasa diabaikan, salah satu dari tiga koki yang sejak awal memang tak menyukai Arisha segera mendekat."Heh, kamu budek ya?" Perempuan itu menarik kasar sebelah pundak Arisha. "Kamu cuma numpang di kantin ini, jangan bersikap sok berkuasa, seolah-olah kamulah pemiliknya."Kalau memang restoran tempat kamu bekerja tidak mampu menyediakan tempat, putuskan saja kerja samanya! Jangan kami yang dijadikan budak!"Arisha diam saja. Menyimak curahan hati sang koki yang merasa tersaingi. Walau ia juga jengkel dengan sikap tidak bersahabat karyawan Dareen, Arisha cukup sadar diri untuk terus memeluk sabar agar tak lepas kontrol."Sudahlah, Mbak! Percuma bica
Read more
Bab 117
"Aaaah, Chef Tyas!" Koki wanita yang baru tiba tersebut melesat dan langsung menubruk Arisha, mendekapnya dengan sangat erat. "Akhirnya saya menemukan Anda, Chef. Saya senang sekali!" Arisha megap-megap. Pasokan oksigen di dadanya semakin menipis karena tergencet dekapan wanita itu. "L–lepas! A–aku tidak bisa bernapas." Arisha menepuk-nepuk lengan koki yang memagutnya. "Aduh! Maaf, maaf! Saya terlalu bersemangat." Koki wanita itu melepaskan pelukannya dan menapak mundur. "Apa sekarang Anda baik-baik saja?" Wanita itu merasa bersalah. Arisha menghela napas dalam-dalam. Memasok ulang persediaan oksigen ke dalam paru-parunya. Setelah merasa lebih baik, Arisha bertanya, "Apa kita … pernah bertemu sebelumnya?" Arisha tak menemukan arsip wajah wanita itu dalam memori otaknya. Entah mereka memang belum pernah bertemu atau ingatannya yang terlalu buruk. Air muka wanita itu berubah keruh. "Ah, saya bukan siapa-siapa. Tentu saja Anda tidak akan pernah mengingat orang seperti saya." Ari
Read more
Bab 118
'Tidak! Tidak mungkin Rasyad tega melakukan hal itu padaku!' Arisha syok. Jika benar apa yang dikatakan Dareen dan James, berarti Rasyad telah menjualnya kepada Dareen. Kenyataan ini lebih menyakiti perasaan Arisha daripada sakitnya luka yang disebabkan oleh pengkhianatan Alfian. Menyusuri koridor sunyi dengan rantang yang tak lagi tersusun rapi, air mata Arisha menitik. Rasa sakitnya sungguh tak terkira kala mengetahui dirinya dijadikan objek jual beli. Memasuki lift, Arisha tampak seperti raga kosong. Ia merenungi semua tingkah lakunya selama ini. 'Ya Allah, apakah dosaku melebihi jumlah buih di lautan hingga Kau uji aku bertubi-tubi?' Baru saja ia merasa damai dalam bekerja karena mendapat rekan kerja baru yang bersikap baik, sekarang ia harus kembali dihantam kecewa dari pahitnya sebuah kenyataan. Sosok yang selama ini ia agung-agungkan sebagai malaikat pelindung ternyata tak ubahnya seperti mucikari. Perbuatan Rasyad mengingatkan Arisha pada Hanna. Arisha tersenyum sinis
Read more
Bab 119
"Astagfirullah!" Arisha terlonjak tegak, menoleh pada sekumpulan orang yang berlari ke satu titik.Ia ingin ikut mendekat, tapi suasananya terlalu ramai. Jadi, ia memilih untuk menonton dari jauh."Ada-ada saja. Kukira ada apa. Ternyata tuh anak cuma digigit kepiting," ujar seorang pemuda kepada rekannya."Iya. Kirain tenggelam. Bikin panik aja tuh anak. Emaknya ke mana lagi? Masa anak sekecil itu dibiarin main di tepi pantai sendirian."Arisha ikut merasa lega setelah mendengar obrolan dua pemuda yang melintas di dekatnya. Ia kembali duduk. Kali ini tak lagi di atas hamparan pasir yang terasa lembap karena pasang mulai naik, melainkan di atas bangku kayu sambil menikmati hamparan biru dengan ditemani es kelapa muda.Di kejauhan, Dareen mengulum senyum melihat Arisha mencicipi minuman yang disuguhkannya lewat tangan orang lain."Sekalian makanannya, Mbak." Gadis yang tadi mengantar minuman kepada Arisha datang lagi dengan membawa sepiring nasi dengan seafood."Ini … benaran gratis, Mb
Read more
Bab 120
"Kalau aku tidak bisa memilikimu dengan kerelaan hatimu, maka aku akan membuatmu menetap di sisiku dengan cara paksa. Aku sungguh tergila-gila padamu, Arisha. Sejak dulu."Alfian melempar kemejanya ke sembarang tempat. Begitu pula dengan celana panjangnya. Yang melekat di tubuh Alfian kini hanya menyisakan celana boxer.Ia duduk di tepi ranjang. Memandangi wajah Arisha lekat-lekat. Perlahan tangannya terulur, membelai kulit wajah Arisha nan mulus dan lembut."Kau tahu, Arisha? Aku sangat tersiksa menahan gejolak rinduku padamu. Kau jahat, Arisha! Teganya kau meninggalkan aku cuma karena kemunculan Nadine yang licik itu."Ekspresi Alfian berubah-ubah dalam sekejap. Sesaat ia terlihat murung. Detik berikutnya ia tampak dikuasai amarah, kemudian tersenyum. Persis seperti seseorang yang mengidap gangguan jiwa."Tapi, sekarang aku lega. Sebentar lagi … kita akan menikah. Kita akan bahagia, Sayang." Alfian menunduk. Bibir ranum Arisha sangat menggoda. Ia sudah tak sabar untuk segera mencici
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status