All Chapters of Suami Kaya Pilihan Bapak: Chapter 21 - Chapter 30
52 Chapters
21. See you
Pagi-pagi sekali rumah Arjuna sudah berisik. Suara keran menyala, langkah kaki yang berlari-lari dan suara benda jatuh yang berasal dari dapur. Namira memang sedikit sibuk. Hari ini ia akan melakukan perjalanan ke luar kota untuk melaksanakan tugas pertama bersama beberapa rekannya seperti yang telah disampaikan Regi kemarin. Dan untuk beberapa hari ke depan atau mungkin beberapa Minggu ke depan, Namira tidak akan berada di rumah. Bisa dikatakan, hari ini adalah hari terakhir ia menyiapkan sarapan untuk Juna. Hari terakhir bersama suami tercintanya.Subuh-subuh Namira usai membersihkan tubuhnya. Baju kantor juga sudah terpasang rapi, membalut badan. Barang-barang serta baju-baju yang akan dibawa juga sudah tersusun dengan baik di dalam koper. Tidak ada yang perlu Namira khawatirkan perihal perjalanannya. Yang ia khawatirkan adalah Juna yang hingga saat ini masih belum juga bangun. Semalam pria itu bermain game hingga jam tiga pagi. Makanya pagi ini sulit dibangunkan. Untuk ke sekian
Read more
22. Gara-gara Teh
"Tugas kamu tidak sulit. Buat Juna melakukan hal yang mengharuskan dia untuk bertanggung jawab. Entah apa itu, pikirkan saja olehmu." Gamandi menurunkan kakinya yang semula bertengger di atas meja. Tatapannya tertuju pada perempuan paruh baya yang berdiri di hadapannya. "Saya tidak ingin mendengar kabar baik. Bagaimanapun caranya, rumah tangga Juna harus hancur.""Ba--baik, Tuan.""Kalau bisa, Juna harus menjadikan anak berpenyakitan itu istri keduanya," sambung Gamandi.Perempuan itu mengepalkan tangannya di sisi tubuh. Ucapan itu menyakitkan, tapi dia tidak punya kekuatan untuk membalas ucapan itu selain menganggukkan kepala. "Baik, Tuan.""Oke, kamu boleh pergi."Kenapa dengan Gamandi? Jelas aneh bukan? Pria yang telah menjodohkan Juna dengan Namira malah menginginkan rumah tangga putranya hancur. Ayah yang jahat, mertua yang aneh. Alasan Gamandi menikahkan Juna dengan Namira memang tidak jelas. Bukan karena ingin menolong Basri yang kala itu sedang berada pada titik terendahnya, j
Read more
23. Hari Pertama Tanpa Namira
"Kamu liat, Mir. Baru juga ditinggal beberapa jam, udah luka aja suami kamu," omel Juna menatap pantulan dirinya di cermin yang ada di kamar tersebut. Kemejanya yang kotor sudah ia lepas, menyisakan tubuh bagian atas yang kini tak ditutupi apapun.Teh yang mengenai dada Juna tidak terlalu panas, tapi tetap meninggalkan luka seperti luka bakar berwarna merah dan terasa sedikit pedih. Juna menyentuhnya, lalu meringis pelan. Luka tersebut terasa sakit jika ditekan. Kalau sudah begini, obatnya adalah sentuhan tangan Namira. Mengingat perempuan itu, Juna jadi ingin mengabari Namira perihal suaminya yang terluka.Lantas, Juna meraih ponselnya. Menekan beberapa angka yang mana adalah nomor Namira. Panggilan tersambung, tapi tak kunjung diangkat. Ia coba sekali lagi, tapi hasilnya tetap sama. Juna mengakhiri, mencoba berfikir positif. Mungkin Namira masih dalam perjalanan dan sedang tertidur. Jalan lain yang Juna pilih adalah dengan memfoto dirinya yang tak pakai baju, lalu mengirimkannya pad
Read more
24. Kedatangan Gamandi
Setibanya di hotel, Namira langsung beristirahat. Dikarenakan Namira sendiri yang perempuan, dia mendapat akses untuk tidur sendirian di satu kamar. Sedangkan enam rekan lainnya tidur di dua kamar, masing-masing berisi tiga dan dua orang. Awalnya Regi menawarkan dirinya untuk menemani Namira. Namun Namira menolak dengan alasan dia tidak apa-apa sendirian. Ya mana mungkin Namira tidur satu kamar dengan lelaki lain sedangkan dirinya sudah punya suami. Terlebih lagi Regi menaruh rasa pada dirinya, membuat Namira takut untuk terlalu dekat dengan laki-laki itu.Usai beberes dan membersihkan diri, Namira keluar dari kamar. Ada agenda makan siang bersama sebelum meeting dan akan diakhiri dengan kunjungan ke salah satu pabrik yang ada di kota tersebut. Mereka juga berencana mengunjungi rumah wali kota untuk membicarakan lahan kosong di pinggiran hutan. Katanya lagi, mereka tidak akan berlama-lama di kota ini. Hanya satu Minggu. Jelas itu berita baik. Dalam waktu dekat dia akan kembali bertemu
Read more
25. Kangen
Ada dua pasien yang akan Juna tangani saat ini. Karena hal itu, Juna meminta Zahira untuk menunggu dirinya di dalam kamar yang terdapat di ruangannya. Gadis itu diminta untuk beristirahat di sana hingga Juna selesai menangani kedua pasiennya. Namun sayangnya, anak itu tidak mau menurut. Zahira malah kabur dan berakhir ngacir ke kantin, main di pos satpam, lalu entah kesurupan apa malah main lari-lari bersama seorang anak kecil di taman. Dari tempatnya Juna masih memperhatikan. Melihat bagaimana lepasnya tawa gadis malang yang katanya tak punya umur panjang itu. Tidak sepenuhnya dapat dipercaya, tapi penyakit gadis itu memang sudah sangat berbahaya."Anak nakal," gumam Juna seraya menggelengkan kepalanya. Nanti sakitnya kumat, Juna juga yang repot. Juna tidak masalah direpotkan, tapi kasian Zahira jika sakitnya semakin menjadi. Tiba-tiba benda di saku Juna bergetar. Laki-laki itu tersentak, sedikit kaget. Lalu meraih ponselnya dan melihat siapa yang menelvon di siang bolong ini. Senyu
Read more
26. Rajuna Coffe
"Kamu ngapain manjat pohon? Nggak ada kerjaan banget," omel Juna yang tengah mengobati luka di lutut Zahira. Tidak parah, hanya saja lutut, siku dan betis gadis itu tergores.Zahira mencebikkan bibirnya. Lalu meringis kala Juna menempelkan kapas beralkohol di lukanya. "Aduh, pelan-pelan pak dokter. Sakit."Juna menghela nafasnya sembari menggelengkan kepalanya tak habis fikir. Benar kan dugaannya, anak bandel ini memang akan merepotkan Juna. "Kalau main tuh nggak usah pakai acara manjat pohon segala. Biar apa kamu begitu?""Ya tadi kan ada kupu-kupu. Cantik. Pengen ngambil, tapi malah kepleset," ujar Zahira dengan nada sedih. Mukanya juga tampak cemberut.Juna tertawa pelan. Setelah mengobati luka di lutut, siku dan betis gadis itu, Juna bangkit dari posisi berlututnya. Sudut bibirnya tertarik bersamaan dengan tangan yang bergerak mengusap surai legam Zahira. "Lain kali nggak usah ngelakuin hal aneh. Cukup duduk aja, nggak usah banyak tingkah."Zahira memajukan bibir bawahnya, kesal d
Read more
27. Es jeruk
Seperti yang telah Juna rencakan, usai menangani pasien terakhir, dia akan segera pulang ke rumah. Dia berencana untuk memasak makanan yang direkomendasikan Namira lalu di dokumentasikan untuk di krim pada perempuan tersebut. Namun tampaknya rencana itu gagal duluan sebab Zahira mengajaknya untuk datang ke acara Kalina. Ya, tadi pagi Zahira juga sempat mengajak. Juna menyanggupi jika ada waktu. Dan ternyata, dia punya banyak waktu luang. Ingin Juna tolak, tapi tak enak.Kini mereka berada di dalam mobil. Sedang melaju menuju rumah Juna. Sebelum ke rumah Kalina, Juna ingin bersih-bersih dan ganti baju. Kenapa harus membawa Zahira? Karena Juna tak mungkin meninggalkan gadis itu di rumah sakit atau mengantarkannya pulang. Akan membuang lebih banyak waktu dan lebih menguras tenaga. Lagipula Zahira tidak masalah jika harus ke rumah Juna lebih dulu.Sekitar dua puluh menit kemudian, mobil Juna berhenti di halaman rumahnya. Tidak ada siapa-siapa. Sepi. Tukang kebunnya tidak datang karena pul
Read more
28. Jebakan
Juna tau apa yang terjadi pada tubuhnya. Juna tau apa penyebab tubuhnya menjadi tidak karuan seperti ini. Minuman yang dia minum mengandung zat tertentu. Zat yang membuat Juna bergerak untuk melakukan hal yang berada diluar kendalinya. Juna mengumpat pelan. Pikirannya langsung tertuju pada Kalina. Sejak awal, perempuan itu sudah terlihat mencurigakan. Seharusnya Juna tak mengiyakan ajakan makan malam yang ditawarkan Kalina. Apa motifnya melakukan hal itu? Mereka tak saling kenal, tak akan Kalina punya dendam terhadap dirinya.Dari luar, terdengar suara Zahira dibarengi gedoran pintu. Terdengar panik dan cemas. Mungkin saja gadis itu akan menangis kalau Juna tak menyahuti."Kamu tunggu di sana saja!" teriak Juna. Mengizinkan Zahira masuk sama saja dengan menghancurkan dirinya sendiri. Kini Juna fokus mengendalikan dirinya, mencari cara bagaimana suhu tubuhnya kembali turun. Namun nyatanya tidak semudah itu. Tubuh Juna benar-benar tidak bisa dikendalikan. Bahkan kesadarannya hampir hil
Read more
29. Maksud Tersembunyi
Juna membuka matanya. Hal pertama yang dia lihat adalah langit-langit kamar berwarna putih. Mengedarkan pandangan, Juna melihat dua laki-laki berbincang di dekat pintu kamar yang tertutup. Melihat ke sebelah, Juna tidak menemukan siapapun di sana. Sebelumnya Juna sudah berfikir bahwa disebelahnya ada Zahira. Namun beruntung, di ranjang ini hanya ada dirinya sendiri. Tubuh Juna sudah agak mendingan. Dia sudah tak selemas tadi. Rasa gelisah yang sempat menguasai dirinya juga telah hilang. Tubuh Juna telah kembali normal. Lantas, dia segera bangkit dari posisi tidur. Juna menyadari bahwa tubuhnya tidak ditutupi apapun. Hanya dilindungi selimut yang kini menutupi tubuh bagian bawahnya. Juna menggeram. Gila juga yang orang-orang ini. Bisa-bisa mereka melepas pakaian Juna.Juna melihat ke sekelilingnya. Celana dan kemejanya terletak di lantai, berada tak jauh dari ranjang. Dengan segera Juna meraihnya. Memakai pakaian itu dengan gerakan cepat. Beruntungnya, dua pria itu tak menyadari bahwa
Read more
30. Kacau
Tiga hari telah berlalu sejak kejadian malam itu. Sudah tiga hari pula Juna tidak datang ke rumah sakit dan bertemu Zahira. Dia memberi kabar pada pihak rumah sakit bahwa dirinya sakit dan akan libur selama seminggu ke depan. Padahal nyatanya, Juna baik-baik saja. Dia hanya tidak ingin bertemu dengan Zahira. Entah mengapa, Juna jadi malas berurusan dengan gadis itu. Kejadian malam itu benar-benar membuat Juna marah. Tidak dapat dibayangkan apa yang akan terjadi jika dia betulan melakukan hal buruk itu. Bahkan saat ini Juna sudah tak punya muka untuk bertemu Namira. Dia benar-benar merasa berdosa. Saat ini Juna mengurung dirinya. Dia tidak menerima pesan dari siapapun karena ponselnya sudah tiga hari dibiarkan mati. Juna ingin menenangkan dirinya terlebih dahulu. Juna ingin melupakan kejadian buruk itu."Kapan pulang, Mir? Gue butuh lo," bisik Juna menatap sarapan buatannya yang tak kunjung disentuh. Juna meletakkan kembali sendok garpu di genggamannya di meja. Kemudian dia beranjak
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status