Semua Bab DENDAM SANG PANGLIMA: Bab 41 - Bab 50
143 Bab
Pembunuhan Di AR Hospital
Brakk!Adam menendang pintu hingga terbuka lebar.Sontak Mr. Big dan Mondy tersentak mendengar suara dobrakan pintu yang begitu bising memecah keheningan.Adam menatap tajam ke arah Mr. Big yang tengah meringkuk di sisi ruangan."Tindakanmu tak bisa dimaafkan!" seru Adam, seketika megepalkan kedua tangan dan menghampirinya.Mr. Big memandangi Adam dengan terheran-heran.Dan saat berada tepat di hadapannya, Tiba-tiba Adam menggenggam kerah bajunya lalu menariknya hingga memaksa tubuhnya ikut terangkat."Kau harus bertanggung jawab atas perbuatan pasukanmu yang telah mengacaukan ketentraman kota!" seru Adam, memelototi Mr. Big."Apa maksudmu?! Kenapa tiba-tiba menyalahkanku?!" tanya Mr. Big, mengerutkan keningnya."Jangan berpura-pura bodoh! Diam-diam kau mengerahkan pasukanmu untuk mengacaukan kota!""Mana ponsel yang kau sembunyikan itu?!" seru Adam, memintanya dengan tegas.Mr. Big seketika menjawab, "Aku tak menyimpan apapun. Pasukanmu yang telah merampas ponselku. Jika tak percaya,
Baca selengkapnya
Seseorang Mengancam
Tubuh Mr. Big seketika jatuh bersimbah darah."Tiarap!" Teriak Adam.Dan para pasukan langsung menjatuhkan tubuhnya ke tanah. Beberapa bersembunyi di balik beton rumah sakit.Adam masuk ke dalam mobil. Dan mengambil sepucuk senjata lalu terus memperhatikan sekitar.Tiba-tiba suara ponsel kembali berdering. nomor tak dikenal itu kembali menghubunginya.Adam langsung mengangkatnya dan berkata. "Siapa kau sebenarnya! Keluarlah kau pengecut!"Seseorang itu pun menjawab, "Aku melihat jelas kau dan pasukanmu dari sini. Aku akan menghabisi pasukanmu dulu. Setelah itu kau akan tau siapa diriku," ucapnya.Lalu sambungan telepon itu diakhiri begitu saja.Adam semakin meradang. Ia langsung keluar dari mobil dan berseru kepada seluruh anak buahnya."Waspadalah, seseorang tengah bersembunyi untuk mengincar kalian! Jangan sampai kalian lengah sedikitpun!" seru Adam kepada seluruh pasukannya."Siap Pak!" jawab pasukannya.Penembak itu mengetahui kekuatan dalam diri Adam. Maka dari itu ia menyasarkan
Baca selengkapnya
Menghajar Pentolan Mafia
Adam melangkah dengan berani mendekati pasukan bersenjata di depan gerbang rumahnya. Seakan tak pernah tercipta rasa takut dalam dirinya."Ayah jangan ke sana! Mereka penjahat yah!" seru Paul, yang tampak mengkhawatirkan ayahnya.Adam menengok ke arah anak itu. "Paul, kamu jangan memikirkan ayah, Cepat masuk ke rumah!" seru Adam. Paul langsung ditarik oleh Lusiana ke dalam rumah."Adam, lebih baik kamu masuk ke sini. Apa kamu tidak memikirkan kita yang mengkhawatirkan kamu?!" ucap Lusiana, cemas."Mengertilah Lusiana. Aku harus melakukan ini. Kamu dan Paul teteplah di dalam rumah dan jangan keluar dulu," ucap Adam."Ya sudah kalau itu mau kamu. Kamu tetap berhati-hatilah menghadapi mereka," ucap Lusiana.Tiba-tiba, suara tembakan kembali terdengar. Suara riuh di depan gerbang semakin bising seiring suara guyuran hujan yang terus berjatuhan.Bentrokan antara pasukan Mafia dan pasukan Adam tak dapat terelakkan lagi."Lusiana! aku harus kesana dulu!" ucap Adam. Lusiana dengan rasa keb
Baca selengkapnya
Penyerahan Mondy ke Kepolisian
Adam tak menampik rasa bersalahnya. Paul yang lugu tak sepantasnya melihat sisi gelap kehidupan saat ini. Adam yang dulu penuh kelembutan, namun kini berubah seakan menjadi sosok menakutkan di mata Paul."Ayah, turunkan aku. Aku ingin dengan ibu saja."Adam tak bisa memaksa, lantas ia menurunkan Paul dari gendongannya."Kamu kenapa seperti itu dengan ayahmu nak?" tanya Lusiana."Aku takut Bu. Sekarang ayah menyeramkan," ucap Paul, dengan lugunya.Lusiana menoleh ke arah Adam. " kamu harus bersabar ya. Nanti dia pasti akan mengerti pada saatnya," ucap Lusiana, tersenyum.Adam menganggukkan kepala dan berkata, "Ya, aku tau itu. Ya sudah, kamu ajak Paul makan. Aku akan ke lantai atas untuk menemui Mondy," ucap Adam. Lusiana seketika menatap Adam dengan tajam. "Mau berbuat apa lagi kamu? Mau memukuli si Mondy lagi?!""Sudahlah, kamu tak perlu ikut campur dalam masalah ini. Sebenarnya, aku juga menginginkan kedamaian seperti orang pada umumnya. Tapi sekarang, tanggung jawab besar menuntut
Baca selengkapnya
Pertemuan Adam Dengan Frank
"Kau telah menjebloskan Mondy. Itu sama saja kau memangilku ke sini! Dia adalah Kakakku!" seru seseorang yang berjas hitam itu."Aku tak perduli, siapapun yang tidak suka. Maka berhadapan denganku," ucap Adam, ia seketika merasa tertantang.Tanpa pikir panjang, seseorang berjas hitam itu mencengkram leher Adam. Pria itu harus mengarahkan tangannya ke atas karena tinggi Adam yang jauh melebihinya.Namun seketika penjaga rumah Adam melerai mereka."Sudah Pak, jangan bertengkar di sini. Ini rumah kediaman Pak Adam. Kau harus hargai dia sebagai tuan rumah!""Awas kau, jangan menghalangiku!" Tiba-tiba seorang berambut panjang itu mendorong penjaga rumah hingga hampir terjatuh.Tangannya kirinya masih menggenggam leher Adam. Lantas Adam langsung memelintir seseorang itu hingga tubuhnya memutar dan terbanting ke kiri."Sekarang ku minta, kau pergi dari sini! Kalau kau mau menyelesaikan masalah Kakakmu, silahkan datang ke Kantor Polisi!"Seseorang itu langsung bangkit kembali dan membusungkan
Baca selengkapnya
Kerasnya Hati Any
"Dia itu hanya seorang gembel. Buat apa kamu membela dia!" ucap Any, seraya melirik Adam dengan tatapan sinis. "Ibu Any, tidak pantas ibu berbicara seperti itu. Walaupun seseorang itu gembel sekalipun.""Kita tak boleh merendahkan dan meremehkan siapapun!""Setiap manusia berhak untuk dihargai!""Apa anda tidak tau kalau Bapak Adam ini pemilik Perusahaan AR Hospital?!" Frank tampak meradang.Sontak Any terkejut mendengarnya. Namun ia tak percaya begitu saja dengan ucapan Frank."Tidak mungkin! Dia itu dari desa yang nekat mau menikahi anak saya. Sebenarnya saya tidak suka dengan dia. Kalau bukan karena suamiku sudah saya usir dia dari dulu!" seru Any.Lalu Lusiana menyaut perkataan Any, "Mama apa tidak ingat apa yang Papa katakan? Papa pernah bilang kalau Adam itu bukanlah orang biasa. Tapi Mama selalu saja memandang dia sebelah mata.""Ah! tak percaya! Mana buktinya kalau memang dia seorang konglomerat?!" Any tetap saja menganggap rendah Adam hingga menantangnya.Frank membuka layar
Baca selengkapnya
Rencana Penyerangan
"Ibu Any kenapa diam saja? Sodorkan tangan ibu kepada Bapak Adam!" seru Frank, mendesaknya.Namun kesombongan dalam jiwanya sudah sangat mengakar dan sulit untuk dilepaskan. Tiba-tiba wanita paruh baya itu berbalik badan dan melangkah pergi begitu saja dari hadapan Adam. Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.Sikap Any tersebut seketika memunculkan kemarahan para sanak saudara Lusiana. Mereka dengan menatap sinis terus mencaci maki Any dan Jhony."Sudah salah tetap saja keras kepala. Dasar tidak tau diri!""Pergi sana nenek sihir! Kau pikir kau itu siapa! Sudah bau tanah masih tidak sadar juga!"Seketika Para tamu melemparkan botol bekas dan segala macam sampah yang ada di rumah itu kepada Any dan Jhony.Any dengan paniknya berjalan tergopoh-gopoh menuju ke mobilnya."Ayo cepat Jhony, mereka akan menghajar kita habis-habisan!""Semua ini karena Si Adam! Kita jadi bulan–bulanan keluarga sendiri. Lihat saja nanti. Aku akan cari cara untuk menjatuhkannya!" Jhony menatap kesal ke arah Ada
Baca selengkapnya
Kekejian Dibalas Kekejian
Duukk…"Ampun!"Seorang pemuda desa berbadan kurus tersungkur tak berdaya setelah tubuhnya dihantam sebuah tendangan dari seorang prajurit kekar."Aku tau kau berbohong! Dimana tamahmu itu! Beri tahu atau ku potong kepalamu dengan pedangku ini!" seru seorang Prajurit pemberontak dengan membentangkan pedangnya yang berkilau.Pemuda itu hanya diam tanpa berkata apapun. Walau tangannya tampak bergetar dan tubuhnya mengeluarkan keringat sebesar jagung."Aku tak akan menyerahkan tanah leluhurku walau aku harus mati sekalipun!" pemuda itu bergumam."Heehhmm! Kau mau mati?! Bodoh!" seru seorang berbadan tegap dan kekar itu dengan matanya yang melotot."Ikat dia! Siksa sampai dia memberitahukannya!" ucap sang Kepala prajurit."Siap komandan!" ucap seorang prajurit yang juga berbadan tegap.Pemuda itu pun ditarik rambutnya yang panjang hingga terseret-seret. Lalu badannya yang sudah lemah dan lebam membiru itu diikat sebuah tali yang sangat tebal."Tanah itu adalah satu-satunya peninggalan ay
Baca selengkapnya
Penyamaran Para Simpatisan Pemberontak
"Kami tak bermaksud membakar lahan kalian! kami hanya mencoba melindungi warga desa agar tak terancam oleh keberadaan Para pemberontak itu," ucap Adam yang mengangkat kedua telapak tangannya di hadapan warga untuk menunjukkan permohonan maaf. "Kami tak butuh permintaan maaf! kami tak perduli! ganti semua kerugian kami!," ucap para warga desa, tampak geram terhadap Adam dan pasukannya.Namun di tengah percakapan itu. tiba-tiba terlihat dari kejauhan. Asap tebal menggumpal membumbung tinggi berwarna kelabu.Hal itu mengalihkan perhatian Adam."Ada apa disana!" seru Adam, kepada para warga."Kau merasa tak berdosa? Rumah kami dibakar oleh para pemberontak itu sebelum kalian datang. Itu adalah akibat dari kedatangan kalian" seru seorang warga."Kedatangan kami hanya untuk melindungi kalian dari para prajurit Pemberontak. Tak ada niatan sama sekali untuk menimbulkan kegaduhan," ucap Adam.Namun tampaknya mereka tak perduli dengan segala alasan Adam.Wanita paruh baya yang baru saja ia sel
Baca selengkapnya
Pembalasan Dari Wanita Yang Dilecehkan
"Lepaskan mereka! cepat!" seru Adam, memerintahkan pasukannya.Para pasukan seketika berlarian ke titik lokasi tersebut. Sesampainya di sana, tampak banyaknya anak-anak, wanita dan pria dari segala umur tengah meringkuk dalam sebuah lubang besar. Lantas para Prajurit seketika turun lalu membuka tali yang membelenggu mereka. Salah satu dari mereka yang merupakan pria paruh baya menghampiri Adam lalu berlutut di hadapannya. "Terima kasih kalian sudah menyelamatkan kami. Hampir saja kami mati di sini. Karena para simpatisan itu akan membakar kami hidup-hidup dalam lubang besar ini," ucap salah satu warga itu, seraya menangis tersedu-sedu. Adam mengangkat pundak pria itu. Agar ia tak berlutut kepadanya. "Sudah, tidak perlu seperti itu. Kalian semua tenang saja. Karena semua kerugian kalian akan kami tanggung sepenuhnya!"Sontak warga bersorak sorai mendengar kabar baik itu. "Terima kasih tuan. Kalau tuan-tuan tidak datang ke desa kami. Mungkin kami hanya tinggal abu jenazah. karena
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
15
DMCA.com Protection Status