All Chapters of Menikah dengan CEO Dingin: Chapter 21 - Chapter 30
228 Chapters
Jangan menjadi Benalu
Justin mengangguk. “Ya. Kamu tenang saja. Saya bukan laki-laki pengkhianat, yang akan merebut milik orang. Terlebih, kamu adalah milik sahabatku sendiri. Tidak akan terjadi, Jasmine.”Padahal, di hatinya ia sangat menyesal karena baru kenal dengan Jasmine, setelah Kevin mempersuntingnya.“Saya antar kamu pulang, mau? Kamu dan Kevin marahan karena apa?” Dan Justin baru bertanya mengenai Jasmine yang menangis sendirian di sana.Jasmine menggeleng pelan. “Hanya sedikit kecewa. Karena Mas Kevin belum seratus persen melupakan mantan istrinya itu.”Justin manggut-manggut. “Ya sudah. Nanti juga cinta seratus persen sama kamu. Ini hanya sebuah cobaan yang harus kamu hadapi. Harus bisa kamu hadapi. Ayo, pulang! Jangan buat Kevin cemas.”Jasmine mengangguk dan menuruti titah Justin. Pulang bersama dengan Justin. Jasmine mengira jika Kevin masih di rumah sakit. Dan Jasmine juga tidak membawa ponsel maupun dompet.“Pak. Terima kasih sudah menghampiri saya. Saya lupa, kalau saya tidak membawa apa
Read more
Permintaan Jasmine
Andrian memperingati Justin agar berhenti mendekati Jasmine. Sebab ia tak ingin bosnya itu kembali terluka akibat ulah sahabatnya sendiri.‘Kamu tidak pernah melihat Diandra yang selalu mencintai dan menunggumu. Adikku yang sejak lama mencintai kamu, tidak pernah kamu lirik sekali pun.‘Sedangkan Jasmine, yang baru kamu lihat … langsung menaruh perasaannya kepada perempuan itu. Jangan mengganggu Jasmine. Jasmine sudah milik Pak Kevin.’Andrian hanya bisa berucap dalam hati. Ia tak akan memberi tahu Justin perihal perasaan Diandra padanya. Biarkan Justin sendiri yang peka dan tahu dengan sendirinya.“Kamu tenang saja. Aku bukan laki-laki brengsek yang akan merebut istri dari sahabatku sendiri. Aku hanya akan datang ketika Jasmine terluka oleh Kevin,” ucap Justin dengan lugas.Andrian tersenyum pasi. ‘Bukan itu yang kumaksud, Justin. Seharusnya kamu melihat orang yang selalu ada di samping kamu. Diandra. Dia menunggumu, selalu menunggumu.’Andrian yang menyayangi adik satu-satunya selal
Read more
Saya tidak Menuduhmu!
Kevin mengangguk. “Boleh. Tapi, kalau masakan kamu tidak seenak yang Bibi buat, jangan pernah buat lagi.”Glek!Jasmine menelan salivanya kembali. “Gi-gitu ya, Mas.” Jasmine mengusapi lehernya.Kevin menatap dengan lekat wajah Jasmine. “Kamu tidak perlu berusaha untuk memasak kesukaan saya. Sudah ada Bibi. Itu tugas Bibi. Tugas kamu cukup mencintai saya saja.”Semakin meleleh lah hati Jasmine kala mendengar ucapan Kevin. Perempuan itu mudah terbuai oleh ucapan manis yang diucapkan oleh Kevin. Hanya berlaku jika Kevin yang bicara. Yang lainnya lewat.“Jangan bikin saya terbang, Mas,” kata Jasmine malu-malu.Kevin terkekeh. Kemudian melanjutkan acara makannya. Yang masih tersisa banyak. Ia tak biasa bicara saat makan. Oleh sebab itu, ruangan makan itu kembali hening. Keduanya sama-sama fokus menyantap makanan yang sudah disiapkan oleh ART.“Jasmine. Saya punya sesuatu untuk kamu. Semoga kamu suka,” kata Kevin setelah menyelesaikan acara makan malamnya.“Sesuatu? Apa itu?” tanya Jasmine
Read more
Sakitnya tidak Ada Obatnya
Jasmine mendehem pelan. "Iya, Mas. Tapi, saya akan membuktikan jika saya pasti setia," ucapnya kemudian menerbitkan senyumnya."Ada hal yang ingin saya sampaikan ke kamu, Jasmine," kata Kevin berucap dengan pelan."Apa tuh?" tanya Jasmine sembari memegangi liontin kalung yang diberikan oleh Kevin tadi.Pria itu menghela napas panjang. "Saya cemburu, lihat kamu dekat dengan Justin. Dia memang sahabat saya, tapi dia juga mencintai kamu."Jasmine menahan tawanya kala mendengar ucapan Kevin. "Cinta ... sama saya? Nggak mungkin, Mas. Orang cakep kayak dia mana mungkin suka sama saya.""Lalu, menurut kamu ... saya tidak tampan?""Cakep kok. Tapi, lebih ganteng Pak Justin." Jasmine menerbitkan cengiran pada suaminya itu. "Gantengnya seseorang bukan tolak ukur untuk mencintainya, Mas. Mas Kevin tenang saja. Walaupun dia mencintai saya, saya tidak akan pernah mencintainya," janji Jasmine kepada Kevin.Pria itu mengangguk pelan. "Saya memang percaya sama kamu. Tapi, saya tidak percaya pada Just
Read more
Lagi-Lagi Membahas Masa Lalu
Kevin sudah terlelap dalam tidurnya. Sementara Jasmine masih terjaga. Ia memandang wajah damai Kevin yang tengah terlelap itu. Rasa lelah tak dapat dihindari jika sedang tertidur.‘Mas Kevin … apa lagi yang belum saya ketahui tentang Mas Kevin? Kenapa wajah Mas Kevin terlihat sangat lelah sekali. Beban apa yang membuat Mas Kevin terlihat seperti ini?’Banyak pertanyaan yang melintas di pikiran Jasmine. Terlebih, kini ia tahu kelemahan yang dimiliki Kevin. Terlalu takut gagal kembali, itulah yang dirasakan oleh Kevin.Pernah gagal sekali, selalu membuat Kevin was-was. Seolah Jasmine juga akan pergi meninggalkannya. Hanya karena Justin yang terus mendekati Jasmine.‘Mas Kevin. Seandainya waktu bisa diulang. Saya yang bertemu lebih dulu dengan Mas Kevin. Pasti Mas Kevin tidak akan pernah merasakan sakit yang luar biasa seperti saat ini.‘Mbak Desi … kenapa kamu mengkhianati suami yang baik seperti Mas Kevin. Kamu nggak kuat karena Mas Kevin yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Bagaima
Read more
Kamu Tanya Soal apa?
Jasmine memukul-mukul bibirnya karena selalu saja membahas tentang mantan istrinya Kevin. Ia tak bisa menjaga lisannya. Sampai akhirnya dia kembali membahas mantan istri Kevin.Sementara Kevin hanya menghela napasnya. Ia tak bisa banyak berkata. Memperingati Jasmine pun sudah. Tak tahu lagi harus apa agar istrinya itu tidak membahas tentang Desi di depannya.“Mas Kevin, marahin saja. Nggak apa-apa kok. Karena memang saya yang salah. Maafkan saya, Mas. Mas Kevin mau maki-maki saya juga nggak apa-apa. Saya akan terima,” kata Jasmine yang sudah pasrah jika Kevin akan memarahinya.Kevin menoleh. Kemudian tersenyum kepada istrinya itu. “Harus dengan cara apa, saya bisa memarahi kamu agar kamu berhenti membahas dia?”Jasmine menunduk malu. Suara Kevin yang penuh dengan penekanan itu berhasil membuat Jasmine ketakutan.Namun, pria itu tidak memarahinya. Hanya geleng-geleng kepala sambil membalikan daging di atas panggangan.
Read more
Sudah Siap dihantam
Jasmine menggaruk rambut yang tak gatal. “Eeum … kan, Mas Kevin udah lama nggak anu.”“Terus?” Kevin semakin penasaran.“Duh! Gimana ngomongnya, yaa. Jadi takut saya, Mas.”Kevin menghela napasnya dengan panjang. “Mungkin, malam ini saya tidak akan menyentuhmu dulu. Karena saya masih mengumpulkan keberanian.”“Keberanian? Sama, saya juga.”Kevin terkekeh pelan. “Yang dikatakan oleh Andrian, apa?”“Oh, iyaa. Tapi, jangan sampai teringat masa lalu Mas Kevin, yaa?”Kevin mengangguk. “Kamu orang baru, bukan orang lama. Sudah pasti beda rasanya. Dan juga, kamu masih gadis.”“Memangnya dulu, Mbak Desi udah bukan gadis?”Kevin tertawa mendengar pertanyaan polos istrinya itu. “Jelas masih gadis lah, Jasmine. Saya penasaran, apa yang dikatakan oleh Andrian ke kamu. Kenapa kamu seperti ketakutan begitu.”
Read more
Tersebar di Media
“Teruslah bicara, agar rasa sakit itu tidak terlalu terasa,” kata Kevin yang sedang berusaha menyatukan miliknya yang terus melesat.“Mas Kevin lagi ngapain?” tanya Jasmine kemudian.Kevin menghela napasnya. “Saya sedang menembus dinding dara kamu, Jasmine.”“Oooh … udah masuk bel—“ Jasmine meringis sambil meremas pundak Kevin, kala benda asing masuk dengan sempurna di bawah sana.“Ssssttt! Ya ampun, sakit banget, Mas!” rintih Jasmine dengan mata terpejam. Air matanya keluar, tak kuasa menahan sakit di pusat intinya itu.Kevin belum bergerak. Masih mengatur napasnya, dengan sorot mata menatap wajah Jasmine yang tengah merintih.Lalu, mengecup kening Jasmine. Cukup lama ia tempelkan di sana. “Terima kasih, karena sudah menjaga kesucian kamu,” bisik Kevin dengan lembut.“Saya tidak akan bergerak sebelum kamu terbiasa,” ucapnya kembali. Kemud
Read more
Saya Berjanji
Kevin menutup panggilan tersebut. Bersamaan dengan Jasmine memberikan satu piring berisi nasi goreng pada Kevin.“Untuk kamu saja. Saya belum lapar,” kata Kevin kemudian beranjak dari duduknya.Jasmine mengerucutkan bibirnya. “Harusnya dia bicara, curhat. Malah ditinggal. Dasar!” gerutu Jasmine kemudian menyuap nasi goreng yang pada akhirnya ia juga yang memasak.“Ada apa, yaa? Selama sepuluh hari di Jepang, baru kali ini ada masalah. Mbak Desi tahu, kalau Mas Kevin lagi ajak aku bulan madu? Kalau iya, emang kenapa?”Jasmine menggaruk rambutnya sambil mengunyah nasi gorengnya.“Ternyata begini rasanya, menikah dengan duda anak satu. Mana istrinya belum rela kalau suaminya udah nikah lagi. Kayaknya, kalau memang harus nikah sama duda, lebih baik sama duda ditinggal mati.”Jasmine terkekeh sendiri. “Doain Mbak Desi mati dong. Jasmine, Jasmine. Harusnya kamu siap-siap. Mbak Desi masih ngincer Mas Kevin. Bisa jadi, aku yang akan dibunuh oleh Mbak Desi.”Jasmine bergidik ngeri. “Bisa-bisan
Read more
Mendadak Harus Pulang
Jasmine mengulas senyum sambil menepuk bahu Kevin. "Arshi sedang membutuhkan kehadiran Mas Kevin. Saya nggak apa-apa kok, Mas. Jangan merasa bersalah gitu. It's okay. Kita bisa menikmati liburan lagi. Kalau perlu, ajak Arshi juga."Kevin merasa lega saat melihat Jasmine menerbitkan senyum untuknya. Ia pun memeluk sang istri. Menumpukkan kepalanya di bahu perempuan itu."Terima kasih ya, Sayang. Kamu selalu paham kondisi saya."Jasmine mengangguk. "Kenapa nggak? Mas Kevin sudah punya anak. Dan saya nggak boleh egois. Kecuali yang sakit Mbak Desi, terus Mas Kevin panik. Baru ... saya marah."Kevin terkekeh mendengar ucapan Jasmine. Ia melepaskan pelukannya lagi. Mengusap sisian wajah istrinya itu, kemudian mengecup keningnya."Jika dia yang sakit, biar saja suaminya yang urus. Kenapa harus saya? Memangnya dia siapa.""Yaa mantan istrinya Mas Kevin lah. Ibu dari anaknya Mas Kevin." Jasmine memperjelas status Desi kepada Kevin.Pria itu terdiam. Kemudian menghela napasnya dengan panjang.
Read more
PREV
123456
...
23
DMCA.com Protection Status