All Chapters of Istri Pelampiasan CEO: Chapter 11 - Chapter 20
250 Chapters
Bab 11 : Apa Kamu Puas?
Cloud masih tak percaya bahwa wanita selingkuhan suaminya berani datang ke rumah orangtuanya. Apalagi mendekati dan bicara ke sang putra dengan sangat lembut seperti itu. Cloud berpikir, apakah benar kata orang kalau wanita perebut laki orang itu tak butuh cantik yang penting tak tahu malu? Tapi apa jadinya kalau pelakor itu berwujud seperti Amara? Cantik, wanita karir sukses dengan segudang prestasi, juga salah satu reporter berita ternama di negara ini.Cloud yang dipandang orang lain penuh percaya diri pun bisa sedikit rendah diri melihat Amara.Setelah bicara ke Kala, Wanita berumur tiga puluh dua tahun itu menyapa ramah Skala dan Bianca. Tentu saja wajahnya tak asing bagi mereka. Bianca bahkan mempersilahkan Amara masuk dengan senyuman lebar.Amara tersenyum ke Cloud dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan. Cloud bergumam di dalam hati, jika sampai Amara membongkar perselingkuhannya dan Nic, maka dia juga tak segan untuk meluapkan segala emosi yang sudah dia pendam beberapa tahun
Read more
Bab 12 : Kecerdasan Di Atas Rata-rata
Nic bangkit dari atas tubuh Cloud. Ia meraih pakaiannya yang tercecer di lantai lalu masuk ke dalam kamar mandi tanpa mengucapkan satu kata pun. Sedangkan Cloud masih terbaring di ranjang, buliran kristal bening tak terasa menetes dari sudut mata dan buru-buru dia hapus.Dengan tubuh limbung Cloud memungut pakaian dalam miliknya, kemudian berjalan menuju kamar Kala. Ia mendekat ke ranjang dan berbaring di samping sang putra. Air mata Cloud menetes lebih deras, hingga dia harus membungkam mulut dengan kedua tangan agar tidak mengganggu tidur Kala.Hati Cloud sakit, dan dengan memandang wajah Kala dia bisa menjadi kuat lagi. Cloud benar-benar merasa sangat buruk, dia bahkan belum memberi tahu Nic soal laporan guru Kala tentang kondisi psikologis anaknya. Cloud malas berdebat, dia yakin Nic pasti akan mengira dirinya mengada-ada dan berujung menyalahkan.“Saat diminta menggambar keluarga, Kala menggambar empat orang, dia bilang papa dan Kala, lalu Kala dan mama. Saya tidak akan membahas
Read more
Bab 13 : Suka Atau Tidak
Nic sengaja tak memberitahu Cloud tentang perbincangannya dan Kala pagi tadi. Namun, entah kenapa dia menjadi tak fokus bekerja sampai beberapa kali salah membubuhkan tanda tangan di berkas yang cukup penting.Nic berdiri dari kursi empuknya. Ia berjalan ke arah jendela kaca lebar di belakang meja kerja, lalu mematung memandang ke luar dengan satu tangan dia jejalkan ke saku celana. Nic sedang berpikir, apa benar dia begitu hebat sampai lima tahun ini Skala tidak mencium gelagat buruknya. Ia sudah berhasil mengacaukan beberapa perusahaan sang mertua, salah satunya membuat produk dari PG Factory milik Skala tak bisa diekspor ke luar negeri.Kelicikan Nic itu hanya salah satu dari beberapa hal yang sudah dia lakukan untuk membuat Skala dan Rain — kakak iparnya panik. Menjatuhkan nilai saham PG group adalah tujuan Nic. Dia berencana membeli banyak saham hingga menjadi pemegang saham terbesar. Jika hal itu sampai terjadi, maka menghancurkan Skala Prawira akan jauh lebih mudah.Nic tersada
Read more
Bab 14 : Apa Tidak Cukup?
"Jangan macam-macam Cloud! Apa kamu tidak takut dengan apa yang akan terjadi kali ini?""Hidupku berubah menjadi mimpi buruk setelah bertemu denganmu, jadi tidak ada lagi ketakutan yang tersisa dariku," jawab Cloud dengan tatapan nyalang."Lalu bagaimana kalau Kala lagi yang akan menjadi korban?" Nic menarik lengan Cloud hingga wanita itu mendekat ke dirinya. "Apa itu juga salahku? Tidakkah kamu berkaca? Kalau kamu berpikir akan ada seorang anak tak berdosa menjadi korban, kenapa kamu memperkosaku malam itu?" Cloud berbicara lantang dan histeris. Ia memukuli dada Nic bertubi dengan sebelah tangan lalu merosot karena sang suami melepaskan cekalan. Cloud terduduk di lantai. Ia tak peduli seberapa menyedihkan dirinya saat ini, karena Nic juga sudah melihatnya berkali-kali."Kala bukan anak hasil perkosaan, aku menikahimu secara sah sebelum melakukannya," balas Nic. Ia menurunkan pandangan melihat Cloud yang sedang menunduk."Tidak cukupkah lima tahun ini untuk melampiaskan dendammu? A
Read more
Bab 15 : Perhatian Palsu
Nic menggulung lengan kemejanya mendengar ucapan Kala. Bocah itu berhasil menyulut rasa kesal yang dia sangkal sebagai rasa cemburu. "Kala, kapan Om Arkan bilang gitu?" Tanya Cloud.Meski seharusnya Cloud senang karena Kala seolah menunjukkan ada pria lain yang peduli padanya di depan Nic, tapi tetap saja dia merasa tak enak hati. Cloud juga tidak tahu kenapa bisa begini, ada rasa sungkan di hatinya ke Nic. Apalagi pria itu langsung memasang muka masam. "Tidak usah panggil om Arkan, Papa akan merawat mama," jawab Nic. Kala dan Cloud sama-sama terbengong. Terlebih Cloud, dia dibuat heran karena Nic membuka lemari bajunya lalu mengambil handuk kecil dari laci di samping baju dalam. Cloud tak percaya Nic bisa tahu di mana dia menyimpan kain kecil itu.Cloud dan Kala memandangi Nic yang berjalan masuk ke kamar mandi. Pria itu menghidupkan kran air, karena mereka bisa mendengar suara gemericik.Tak lama Nic keluar kembali dengan handuk kecil basah di tangan. Ia tanpa bicara duduk di samp
Read more
Bab 16 : Mendatangi Undangan
[ Malam ini Kala tidur di rumah orangtuaku ]Tanpa kata pengantar dan basa-basi Cloud mengirimkan pesan itu ke Nic. Ia tidak berharap mendapat jawaban, sehingga langsung memasukkan ponselnya ke saku blazer. Cloud bergegas menuju studio khusus yang ada di perusahaannya untuk melihat pemotretan produk baru Niel Fashion.Saat Cloud sampai, semua orang langsung menunduk bersamaan memberi hormat. Sang model bahkan menghentikan pose hanya untuk melakukan hal yang sama. Cloud membuat gerakan tangan untuk menolak perlakuan orang-orang, dia lantas berdiri di samping fotografer dan melipat tangan ke depan dada."Lanjutkan! Aku hanya ingin melihat sebentar sebelum pulang," ucap Cloud."Tumben! Apa kamu ada acara?" Tanya sang fotografer - yang sudah lebih dari tujuh tahun bekerja untuk perusahaan itu."Hem ... anggap saja begitu," jawab Cloud dengan senyuman menawan. Ia mengalihkan tatapan dari wajah sang fotografer ke model. Paras Cloud penuh semangat seolah menggambarkan apa yang sedang dia ras
Read more
Bab 17 : Cemburu
“Aku tidak akan meninggalkan Amara sendirian, hanya untuk dikenalkan ke ayah dari teman baikmu itu,” ketus Nic. Betapa teganya dia sampai membela wanita lain di depan istrinya sendiri.Amara merasa menang karena dibela, sedangkan Cloud hanya diam tak membalas, sampai dia sadar putranya berlari kecil mendekat ke arah mereka.“Jaga bicaramu di depan Kala!” ucap Cloud tanpa menoleh sang putra.Orangtua dan kakaknya juga mendekat, tapi Nic masih saja menatapnya penuh kebencian. Hingga Skala menyapa dan seketika raut muka Nic berubah, dia menyambut Kala dan menggendongnya seperti biasa.“Kala mengagetkan Papa saja, Papa pikir Kala menginap di rumah mabibi dan opa,” kata Nic.“Iya, tapi ‘kan mau ikut pesta dulu,” jawab Kala dengan muka polos.Nic pun menyapa sang mertua, dia tanpa ragu berkata mengajak Amara datang bersama. Cloud sendiri bersikap tak peduli, dia mencoba bersikap mesra ke Nic dengan membenarkan bagian jas yang ada di pinggang pria itu, lalu mengusap lengan. Sesuatu yang lag
Read more
Bab 18 : Menorehkan Luka
"Cemburu? Padamu? Apa kamu berpikir aku memiliki perasaan semacam itu ke anak pria yang paling aku benci?" Nic menyeringai, menatap tajam seolah ingin menerkam wanita itu. Ia masih mencengkeram erat lengan Cloud, bahkan tanpa sadar kukunya melukai kulit mulus wanita itu. Cloud sebenarnya merasakan sakit di sana, tapi dia diam karena rasa sakit fisik seperti ini tak seberapa jika dibandingkan dengan luka batin yang Nic berikan."Kamu pikir hanya perasaanmu yang harus dijaga?" Tanya Cloud."Bukankah kamu istri yang baik? Turun kebawah dan buatkan aku makanan karena aku sama sekali tidak selera makan di acara temanmu tadi!"Nic melepaskan tangan, hingga dia melihat bekas merah di lengan sang istri. Cloud diam, dia terus menatap punggung Nic yang pergi dengan langkah lebar. Meski diperlakukan kasar, dia masih bersyukur karena setidaknya Nic pulang dan tidak bermalam dengan Amara. Cloud tak bisa membayangkan entah sudah berapa kali suaminya menjamah tubuh wanita selingkuhannya itu.Clou
Read more
Bab 19 : Menjemput Kala
Pagi itu, Cloud berjalan menuruni anak tangga sedikit tergesa. Kemarin, dia janji akan menjemput Kala sekaligus sarapan di rumah orangtuanya. Namun, karena terlalu lelah dia sampai kesiangan seperti ini. Bianca bahkan menghubungi Cloud beberapa kali tapi tidak dia jawab, dan ternyata tak hanya mengirim dan menelepon ke nomor putrinya, Bianca ternyata juga menghubungi Nic, hingga saat Cloud sampai di bawah dia kaget mendapati suaminya sudah duduk di ruang tamu.Nic menyilangkan kaki memandang ke arah Cloud dengan tatapan meremehkan. Tanpa bicara dia mendekat dan merampas kunci mobil di tangan wanita itu."Bisa tidak kalau membuat janji dengan keluargamu beri tahu aku? Aku tidak ingin terlihat seperti suami yang tak tahu apa-apa," kata Nic."Sejak kapan kamu peduli? Aku hanya ingin menjemput Kala dan sarapan di rumah mama, lagi pula bukannya setiap hari minggu kamu akan pergi bermain golf atau tenis bersama temanmu," balas Cloud. "Aku pikir hari ini pun sama," imbuhnya.Nic tak menjawab
Read more
Bab 20 : Pria Egois
"Kala, Papa lupa kalau siang ini ada janji bertemu teman Papa. Bagaimana kalau Kala ke mallnya bersama Mama saja?"Nic baru memberitahu Kala saat mobil yang dikendarainya sudah berjalan sekitar lima menit. Cloud yang duduk di sampingnya langsung melirik tajam, setelah itu memandang ekspresi putranya dari spion tengah. Kala jelas kecewa, anak itu seketika memasang muka masam. "Nanti kalau aku dicubiti ibu-ibu gimana?" Tanya Kala. Mulai mencari alasan yang masuk akal untuk mencegah Nic membiarkannya pergi ke mall hanya berdua bersama sang mama.Nic tertampar. Bukankah memang dia sendiri yang melarang Kala untuk pergi bermain di mall.Tadi dia mengiyakan karena lupa memiliki janji ke Amara. "Papa mau pergi sama siapa? Om Rio? Atau tante yang kemarin datang sama papa di acara om Aryan?"DEGTak hanya Nic, Cloud juga tertampar dengan ucapan Kala. Wanita itu menoleh dan menggeleng pelan menolak ucapan sang putra barusan. "Kala, tidak baik mencampuri urusan orangtua. Kelak ada waktunya sen
Read more
PREV
123456
...
25
DMCA.com Protection Status