All Chapters of Istri Sah Presdir Yang Terbuang: Chapter 111 - Chapter 120
129 Chapters
Bab 111. Monitor Jantung
"Sangat konyol. Penyakitku sudah hilang saat cucuku datang, kenapa harus ke rumah sakit? Antarkan aku pada Sean sekarang!" ucap Evan di depan ruang dokter."Mari, Om." Blade tersenyum kaku sambil menatap koridor arah jalan ke ruang perawatan Sean.Evan melangkah mengikuti Blade. Semakin lama dia mengayun kaki perasaannya semakin tidak karuan. Dia mengepal tangan kuat di bawah berusaha untuk tidak bertanya. Blade menghentikan langkah dan menatap datar Evan."Ada seseorang yang sangat ingin bertemu dengan Om sebelum kita pergi dari rumah sakit ini. Tolong luangkan waktu untuk hal ini." Blade berkata ambigu."Siapa? Apa sangat penting sehingga harus menunda waktuku?""Ya, dia salah satu pasien di sini dan butuh semangat dari Om. Kondisinya tidak bisa saya jelaskan." Blade menatap harap.Evan mengangguk dengan desahan berat. "Baiklah, antarkan aku ke sana!"Hingga tiba di sebuah ruang ICU. Evan dan Blade memakai pakaian warna hijau untuk masuk. Kini, mereka tiba di depan pintu ruang rawa
Read more
Bab 112. Marah Karena Rindu
Samar-samar Emily mendengar pekikan tangis. Namun, apa benar yang dia dengar? Hatinya semakin dibuat gundah."Opa, kenapa diam lagi? Mana papa? Berikan telepon ini sama pria yang membuatku sangat marah itu! Menyebalkan! Awas, kalau sampai dia nggak kangen sama aku!" Axel melupakan kekesalannya."Pa, apa yang terjadi di sana? Katakan saja padaku meski itu hal buruk. Aku masih menjadi orang yang berhak mengetahui keadaannya." Emily sengaja berkata ambigu. Ada siratan makna menggiring Evan mengatakan sesuatu. Namun, apa itu berhasil?Terdengar helaan nafas berat. "Opa baik-baik saja. Baru saja bertemu dengan papamu, Axel. Tapi, dia sudah pergi lagi. Papamu harus bertemu dengan orang penting dan tidak boleh terlewatkan."Emily tersenyum kaku dengan mata berkaca. Seharusnya dia senang mendengar hal itu, berarti Sean baik-baik saja. Namun, entah kenapa kegelisahannya tidak berkurang. Malah semakin kuat. Ketakutan semakin meremas dadanya.Emily berpikir, jika respon Evan di awal seperti itu.
Read more
Bab 113. Felisha Di Rumah Sakit
[Hay, semuanya .... Aku lagi menyusul kekasih tercinta. Seperti biasa, kita mau liburan bareng atas nama kesibukan kerja. Well, bukan rahasia lagi 'kan kalau kita kasih support secara langsung orang tercinta yang lagi lelah kerja. Kita harus buat capeknya hilang seketika. Gimana ya .... Emang begini resiko jadi wanita bukan cinta rahasia lagi. Jadi wanita yang benar-benar dicintai dan diinginkan, bukan cuma dimanfaatkan. My love bilang nggak bisa jauh-jauh dalam durasi sekian hari. Baru berapa hari, eh udah uring-uringan nyuruh nyusul. Ha ha ha ha. So sweet banget my love-S.] Wajah Felisha tanpa binar dan sangat bahagia.S, pastinya jelas menyebut Sean. Dan rangkaian kata-kata sangat jelas untuk menyerang psikologis Emily.Nyeri .... Bilah sembilu kembali merobek luka lama. Meski ambigu, tapi telah berhasil menyambung luka."Emily!" Dayana melepas ponsel dan memegang bahu Emily.Emily memegang dadanya. Sesak! Nyeri! "Aku tidak apa-apa." Emily hampir tersungkur. Dia mengatur nafasnya
Read more
Bab 114. Kamar Mayat
"Nggak mungkin jika dia nggak ada di rumah sakit ini. Informasi itu akurat!" Felisha menebar pandangan sambil melangkah di sepanjang koridor kamar rawat VVIP, tapi nihil."ICU. Mungkin masih ada di ruangan itu. Sean 'kan sekarat." Felisha tersenyum miring dan melanjutkan langkah ke ruang ICU.Tiba di ruang ICU, tak ada penjaga di depan ruang mana pun. Aneh, karena tidak mungkin seorang Sean tanpa penjagaan. Felisha masih belum mau menyerah, dia mencari di ruangan yang ada kemungkinan besar Sean di rawat.Di dalam ruangan dekat Felisha berdiri. Blade membuka sedikit pintunya."Sekarang!" ucap Blade lirih berat menekan. Senyum culas dengan wajah merah tampak menakutkan. Sorot mata elang membidik tajam pada Felisha.Di belakang Blade, tangan kanannya menghubungi ketua anak buah Sean. Permainan dimulai!Dua perawat melangkah mendekati posisi Felisha. Mereka bertugas menyulut rasa penasaran. Dua perawat bicara dalam bahasa negara itu."Pasien kecelakaan dari Indonesia akhirnya ada di kamar
Read more
Bab 115. Dario Menangis
Mata Emily membulat lebar saat membaca pesan dari Erlan. Dia membaca berulang kali dan satu pertanyaan awal pada dirinya sendiri. Dari mana Erlan tahu? "Pesan dari siapa, Emily, sampai seperti itu membacanya?" Dayana mendekat ikut membaca. Matanya langsung melebar dengan wajah kesal. "Erlan, dia ada di luar sekarang. Apa David yang bilang kalau Sean nggak ada kabar? Karena nggak banyak yang tahu soal ini. Atau mungkin ada anak buah Sean yang berkhianat?" Emily mengernyit.Dayana menggeleng. "Pacarku sangat setia. Dia juga tahu kalau harus mode waspada pada Erlan sekarang. Sudah kubilang kemarin lupakan apa yang terjadi dulu. karena banyak kesalahpahaman. Dan sekarang juga nggak seperti dulu. David pro Sean meski dia teman Erlan.""Lantas?""Aku akan panggil David. Biar dia yang temui Erlan." Dayana hendak melangkah keluar."Tapi Erlan bilang ada informasi soal Sean. Mungkin itu bisa dipertimbangkan. Jangan usir dia."Dayana mengurungkan langkahnya, dia memutar arah dan menaikkan dua
Read more
Bab 116. Sean Merayap
Dalam ruang gelap tanpa sekat. Sean berdiri menebar pandangan mencari arah dan cahaya. Awan gelap terus melayang seolah menyerangnya agar tak bisa menatap depan. Ada sorot temaram di kejauhan. Sekelebat Sean melihat cahaya itu, meski hilang lagi dari pandangan."Argh!" Kaki Sean seolah terpaku saat ingin digerakkan. Pria itu sampai menggunakan dua tangan untuk mengangkat kakinya, tapi Nihil![Emily akan dibawa pergi pria lain. Emily akan meninggalmu, Sean! Dia tidak mau lagi menunggumu!] Terdengar suara menggelegar."Blade? Blade! Emily? Argh! Tidak!"Sean kembali mencari jalan keluar. Dia terus menatap setiap arah. Tak ada sekat, tak ada petunjuk apa pun yang dia lihat. Semua sama .... Hanya gelap.[Axel akan memanggil pria lain dengan sebutan papa. Dan kamu akan tersingkirkan. Papa! Papa! Papa! Pada pria lain. Kamu akan sendiri di tempat ini jika tidak bisa mencari jalan keluar. Kamu akan kehilangan mereka, Sean! Emily! Emily! Emily! Dia akan jadi milik pria lain! Axel bukan anakmu
Read more
Bab 117. Aku Tidak Akan Menunggu Papa!
"Jangan angkat!" Dario membelalak. Dia berusaha duduk sekuat tenaga."Aku angkat, kamu yang bicara!" Blade tersenyum miring."Gila!" "Aku memang gila dari dulu. Ayo keluar, kita angkat panggilan ini!" "Aku tidak mau keluar dari ruangan ini!" Dario menolak jauh dari Sean."Kondisimu sudah sangat cukup untuk pindah ruang. Aku akan mengaturnya segera!""Jangan lakukan! Atau aku akan menghajar dan membuangmu ke laut!""Hajar saja! Jangan lupa pakai senjata yang banyak!"Ponsel Sean kini dalam mode silent agar perawat tidak menegur."Kita keluar sekarang. Malas berdebat dengan perawat lagi. Aku sudah nekat bawa ponsel ke ruangan ini dengan mengancam dan menggertak. Sekarang ayo kita pergi!""Tidak bisa! Pasien tidak bisa sembarangan keluar dari ruangan ini tanpa izin dokter. Dasar bodoh!"Blade keluar ingin mengambil kursi roda. Tidak hanya itu, dia menarik dua perawat agar membawa Dario keluar. Semula perawat menolak, setelah datang dokter yang bertanggung jawab memberi izin pasien atas
Read more
Bab 118. Pilunya Ruang Kerja Sean
"Aku mau bantu papa di kantor. Aku dengar, banyak yang sedang protes karena Sean belum kembali. Dan tanpa kabar."Evan masih sedikit ragu dengan membiarkan Emily masuk dalam kemelut perusahaan. "Kamu pasti mendapat informasi yang salah. Suamimu sangat disegani jadi mereka tidak mungkin banyak bicara sampai Sean kembali."Emily menarik nafas dalam dengan senyuman kaku. "Maaf, Pa. Semakin mereka tak menjawab pertanyaanku semakin aku penasaran. Setiap malam aku diam-diam mendengarkan percakapan bawahan Sean. Mereka silahkan diam, tapi aku tak akan tinggal diam!"Evan tersenyum tipis. Pilihannya benar-benar tidak salah. "Kapan kamu akan mulai bekerja?"Emily tersenyum menatap ayah mertua. "Besok.""Baiklah, tapi apa hasilmu menguping?" Evan terkekeh kecil dengan mata berkaca."Mereka bilang ... jika sudah banyak yang membuat petisi agar Sean mundur. Meski Sean dan Papa adalah pemilik saham dominan, tapi mereka ingin dipimpin oleh orang lain karena masalah malah semakin rumit dan Sean bel
Read more
Bab 119. Papamu Sekarat!
"Felisha ada di rumah sakit ini. Kamu tahu?" Blade menatap Dario serius."Tidak! Dan tidak mau tahu!" Dario tersenyum sinis.Blade mendecih. "Aku ancam dokternya. Dia harus bisa membuat wanita itu stay di atas brankar! Katanya kondisi wanita ular itu memang lemah. Pas sekali dengan rencanaku!" Blade tersenyum tipis dengan tatapan tajam."Rencana apalagi, Blade? Kumohon, level kegilaanmu jangan terus dinaikkan!" Dario mendesis."Dasar bodoh! Kalau dia tidak berkeliaran maka Emily aman. Dia salah satu pion besar Benny untuk menyerang ke sisi Emily. Otak penyokmu tidak akan paham hal seperti ini. Makanya kalau kecelakaan itu dipegang kepalanya, biar nggak jadi gila!" ketus Blade."Blade, bolehkah aku menaikkan kadar kebencianku padamu? Seperti sedang naik ke level eneg dan malas!" kesal Dario."Silahkan. Bencilah aku sampai kamu merindukanku hingga dalam mimpi!" Blade tersenyum miring sambil menaikkan alisnya."Huwekkk!" Dario mencebik kesal.Bunyi notifikasi membuat mata Blade membulat d
Read more
Bab 120. Sean Sadar
'Papa sekarat? Tabrakan?' batin Axel. Dadanya bagai ditusuk-tusuk paku tajam. Dia menggeleng, mengibas bayangan pait. 'Tidak!'"Axel? Om memberi tahumu karena peduli. Tanya saja sama Om David, dia pasti tahu. Sampaikan salam Om Erlan pada mamamu. Om tunggu jamuannya." Kebencian itu tumbuh karena amarah tak terima akan penolakan. Merasa tak dihargai sedikit pun.Anak pintar itu menarik nafas dalam. Dia segera menguasai diri. Tanpa kata Axel menepis cekalan Erlan dan melangkah pergi. Tak lupa, dia mengambil penjepit dasinya.Erlan tersenyum miring saat melihat punggung Axel yang melangkah kaku. 'Aku sudah menawarkan bicara baik-baik, kalian sendiri yang ingin pakai cara begini,' batinnya."Tuan Axel, apa yang terjadi?" cegat bodyguard.Axel menggeleng. "A-aku mm-mau ke mama."Dua pria curiga. Mereka mengantar Axel ke ruangan Emily.Masuk. Axel menatap kosong sambil mengayun kaki. Bahkan rungunya seolah mati tak mendengar tawa Dayana."Axel, dari mana saja kamu?" Emily menarik tangan Axe
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status