Semua Bab Jerat Pesona Wanita Panggilan: Bab 31 - Bab 40
58 Bab
Pria Paling Brengsek!
"Jangan takut, Nai… kita bahkan sudah pernah melakukannya—kamu juga bukan wanita lugu dan polos setelah kejadian itu," ucap Angkasa saat melihat bulir bening yang turun di sudut mata Rinai yang masih terpicing. "Udah banyak pria hidung belang yang kamu layani, kenapa harus menolak saya sih, Rinai?" protesnya tak terima dengan gerak tubuh Rinai saat ini, seolah menolak sentuhannya.Angkasa menarik kedua tangan Rinai ke atas kepala perempuan itu, menahan dengan satu tangannya. Selagi Angkasa membuka resleting celananya sendiri. Tekad Angkasa sudah sangat bulat untuk mengulang kembali kenikmatan yang pernah ia rasakan saat bersama Rinai beberapa tahun silam.Mencabik keperawanan Rinai adalah sebuah kebanggaan—juga kenikmatan yang selalu Angkasa dambakan."Terserah mau berapa orang pria yang pernah kamu puaskan di atas ranjang, tapi tetap saya pemenangnya. Iya kan, Nai?" tanya Angkasa lagi dengan jemawa. "Saya yang merasakan dinding sempit itu untuk kali pertama… dan saya yang merasakan d
Baca selengkapnya
Penata Hati untuk Rinai
Rinai dan Rakha membiarkan tuas shower dalam kondisi menyala. Dengan ragu, pria itu meraih wajah Rinai sebelum mencium bibir lembut perempuan itu perlahan—tapi cukup seksi."Aku akan menghapus jejak Angkasa di tubuhmu, agar kamu tidak lagi menyalahkan diri sendiri. Aku tahu, air dan bahkan sabun ini nggak akan bisa membuatmu melupakan apa yang telah terjadi. Aku akan—"Tak lagi Rinai berikan kesempatan lebih lama pada Rakha untuk memperpanjang kalimatnya. Buru-buru Rinai tarik tengkuk lelaki itu dan melumat bibirnya dengan liar. Persetan dengan gengsi. Yang ada di dalam benak Rinai hanyalah—menghapus semua jejak bibir si Brengsek Angkasa itu dari setiap inci kulitnya.Apalagi Rinai yakin, pria tua bangka itu pasti meninggalkan jejak merah di tubuhnya. Entah di leher, tulang selangka, atau mungkin dadanya. Dan Rinai jijik jika harus melihat dan mengetahui di mana posisinya jejak merah itu ditinggalkan."Kha," panggil Rinai dengan suara serak setelah menyudahi pagutan bibir yang membuat
Baca selengkapnya
Rahasiakan Perceraianmu dari Rakha
"Aku merasa sebagian dari diriku hancur, tapi aku nggak tahu harus memperbaiki bagian mana dulu—hatiku, mentalku, jiwaku, atau fisikku."Rinai menatap layar ponselnya dengan tatapan sendu, ia tengah terhubung melalui panggilan video dengan satu-satunya sahabat yang diamiliki dan tidak meninggalkannya saat skandal di ruang kokpit itu membunuh nama baiknya. Jennie selalu mendukung Rinai dan dia pernah ribut dengan beberapa kru yang terus menyudutkan sahabatnya itu.Bahkan, Jennie memutuskan untuk pindah ke maskapai lain saat perusahaan terus menyudutkan Rinai, dan juga Jennie enggan untuk sekedar bertemu dengan pria paling brengsek yang telah merenggut kebahagiaan sahabat baiknya.Juga Jennie-lah orang yang paling marah dan kecewa selain ibunya saat tahu Rinai memilih jalan sebagai wanita panggilan, terlepas dari apa alasan perempuan itu menjual tubuhnya kepada para pria hidung belang yang menghamburkan uang demi—kepuasan semalam.Hampir tiga puluh detik lamanya Jennie mengamati Rinai
Baca selengkapnya
Rinai Tidak Boleh Egois
Saat pagi berikutnya kembali menyapa Rinai, perempuan itu tampak menggeliat di atas ranjangnya. Merasa enggan untuk sekedar beranjak dari tempat yang hampir seminggu ini membuatnya nyaman. Rinai meraih ponsel yang berada di sampingnya, menatap jam yang tertera di sana dengan terkejut."Shit! Aku kesiangan lagi," gumamnya berbisik seiring tubuhnya yang bergerak cepat untuk duduk. "Hari ini aku harus berhasil ketemu Rakha," katanya lagi saat berlari ke arah pintu.Sudah seminggu tinggal di rumah lelaki itu, tapi justru sudah tiga hari mereka tidak bertemu. Setiap Rinai bangun, Rakha sudah berangkat ke kantor. Dan saat pria itu pulang, Rinai sudah tertidur pulas. Entah Rakha sengaja pulang larut atau memang dirinya tengah dikejar kesibukan di kantor. Rinai pun tidak tahu pasti akan hal itu.Langkah tergesa-gesa Rinai terlihat memburu ruang makan—kosong. Ia pun mengedarkan pandangannya ke sekeliling, tapi tak menemukan sosok yang ia cari."Yah, telat lagi." Rinai menekuk kepalanya dengan
Baca selengkapnya
Rakha Belum Mengetahuinya
"Kamu tahu Rinai ada di mana?"Pertanyaan yang baru saja terdengar olehnya, berhasil menyita perhatian Rakha yang baru saja turun dari mobilnya. Dia pun mengangkat wajah untuk memastikan bahwa pria yang bertanya padanya memanglah Kalantara.Rakha pun terdiam sejenak sebelum akhirnya memilih untuk mengabaikan pertanyaan itu. Pinggulnya bergerak untuk mendorong pintu, sebelum menekan remot yang ada di tangan kirinya."Rakha!" bentak Kala tak terima saat diabaikan begitu saja oleh pria ini. "Aku tanya baik-baik, kamu tahu di mana Rinai saat ini?"Langkah Rakha pun terpaksa berhenti saat Kala meninggikan suaranya. Tanpa menoleh ke belakang, Rakha pun balas bertanya, "Kamu tanya keberadaan istrimu sendiri ke pria lain, kamu masih waras, kan?"Kala pun mengernyit saat mendengar pertanyaan itu. 'Istri? Rakha belum tahu kalau aku sudah menceraikan Rinai? Bagus…,' bisiknya dalam hati.Karena tidak ada respons dari Kala, Rakha pun berbalik agar bisa melihat bagaimana reaksi lelaki itu di belaka
Baca selengkapnya
Masa Laluku Terlalu Kelam
Pagi ini, Rinai kedatangan tamu di kediaman Rakha yang ia tempati sudah hampir seminggu lamanya. Binar bahagia terpancar jelas dari manik coklat milik anak berusia tiga tahun tersebut kala Rinai menyambutnya di ambang pintu. Tangan mungil itu pun berusaha memeluk Rinai, sebisa jangkauan tangannya. "Salim dulu sama mami," titah sang nenek yang hari ini sengaja mendatangi Rinai karena ada sesuatu yang ingin ia bicarakan pada perempuan itu. "Good boy," puji Hanim saat Waradana mencium punggung tangan Rinai dengan penuh antusias. "Nai, maaf ya kalau mama mendadak hubungi kamu dan malah mau repotin kamu juga, " lanjutnya saat beralih ke arah Rinai. Rinai tersenyum. "Nggak apa-apa kok, Ma."Mereka pun berpelukan sekilas, sebelum beranjak ke ruang keluarga sambil bergandengan, Rinai-Waradana-Hanim. Perempuan paruh baya tersebut tampak mengedarkan pandangan ke setiap sudut rumah pribadi milik putra bungsunya, rumah yang biasanya hanya dikunjungi sebulan sekali itu pun tampak lebih 'hidup'
Baca selengkapnya
Jangan Mencintai Pria yang Sama
Rinai meninggalkan Waradana dan Hanim di rumah itu saat Jennie mengajaknya untuk bertemu. Lagi pula, Waradana mengantuk dan neneknya itu berniat untuk menemaninya tidur sebelum ia berangkat ke Paris untuk waktu hampir dua minggu lamanya.Rinai bercerita panjang lebar pada sahabatnya, mulai kejadian Kala yang membela Lisa, sampai akhirnya pria itu menjatuhkan talak satu untuknya. Juga tentang Angkasa yang kembali mengejarnya dan itu membuat Rinai selalu ketakutan di mana ia berada.Akan tetapi, tentang Rinai yang kini tinggak bersama Rakha—ini akan tetap jadi rahasianya. Jennie tidak perlu tahu tentang hal tersebut. Rinai tidak ingin membuat Jennie cemburu dan salah paham kepadanya. Ya, meskipun Rinai tahu kalau Jennie dan Rakha tidak ada hubungan yang spesial. Tapi tetap saja, Rinai merasa punya tanggungjawab untuk menjaga perasaan sahabat terbaiknya ini."Kamu cantik. Kamu menarik. Dan kamu punya pesona yang luar biasa. Jadi wajar, kalau banyak pria yang akhirnya tergila-gila sama ka
Baca selengkapnya
Rahasia yang Telah Rinai Kubur
'Dia lolos dan saya nggak mau tahu… kamu harus bawa dia lagi ke hadapan saya!'Kata-kata amukan Angkasa terus saja terngiang di telinga Bellarani, berputar bagai kaset rusak yang tidak bisa dihentikan. Sudah seminggu berlalu, tetapi Bellarani masih belum menemukan kembali keberadaan Rinai.Wanita yang berpakaian cukup seksi dengan mini dress berwarna merah menyala tersebut berlenggak lenggok di depan outlet brand favoritnya. Bellarani mengayunkan langkah dengan cepat memasuki pintu kaca tersebut, mengincar tas koleksi terbaru yang telah lama ia idamkan.Senyumnya mengembang dengan sempurna kala menemukan sesuatu yang lebih indah dari sekedar—Celine Conti Bag in Suede Calfskin Brown—di hadapannya. Berlian-nya tengah berdiri tak jauh dari Bellarani saat ini."Akhirnya mami menemukanmu, Rinai…"Bellarani benar-benar terlihat kegirangan saat menemukan Rinai di tempat ini. Ternyata informasi yang dia dapatkan setengah jam yang lalu melalui chat WhatsApp-nya bukanlah informasi palsu seperti
Baca selengkapnya
Bantu Melupakan Pelacur Itu
Suara dentuman musik di sebuah klub mewah di Jakarta Selatan ini memenuhi gendang telinga Kala, klub malam ini sering dikunjungi oleh artis dan penyanyi terkenal di negeri ini.Malam ini, Kala sengaja mencari hiburan di tempat ini. Memikirkan Rinai membuat hari-harinya makin terasa berat dan Kala mulai putus asa—patah hati dengan keputusannya sendiri. Berpikir bahwa Rinai tengah bersenang-senang usai diceraikan olehnya."Wine," ucap Kala pada sang bartender tepat saat seorang perempuan duduk di sampingnya dengan senyum mengambang di wajahnya."Alright, Boss."Kala menyambut wine yang disodorkan kepadanya dengan senang hati, lantas menoleh ke samping untuk menegur perempuan yang sengaja datang untuk menemuinya di sana. "Hai, Baby… kamu datang tepat waktu," ucapnya sebelum menenggak wine miliknya."Lagi galau banget kayaknya," kekeh Lisa mengusap rahang Kala dengan lembut, menatap prihatin pada manik hampa milik lelaki itu. Lalu menggerakkan tangannya ke arah bartender, meminta minuman
Baca selengkapnya
Dilukai Oleh Ekspektasi Sendiri
"Kupikir… hatiku nggak akan sakit melihat semua ini. Kupikir… aku akan biasa saja ketika menyaksikan Kala mencumbu wanita lain persis di depanku, ternyata aku salah. Semua yang aku pikirkan, semua yang kuyakini, bertolak belakang dengan apa yang kurasakan.""Berarti kamu masih mencintai Kala," timpal Jennie mengelus punggung Rinai dengan lembut. "Munafik juga sih kalau kamu memberi statement kalau hatimu nggak pernah mencintai dia. Bagaimana pun, kalian pernah dekat dan pernah saling menyukai satu sama lainnya."Rinai memilih untuk tidak lagi menanggapi ucapan Jennie, ia sibuk dengan pikirannya sendiri juga—kejadian dua jam yang lalu masih terus terbayang olehnya. Apalagi saat pintu kamar terbuka dan Kala tampak begitu bersemangat untuk bercinta dengan Lisa di kamar itu, hati Rinai mendadak ngilu karena mengingatnya.Harusnya Rinai merasa lega, tapi ucapan terakhir Kala sebelum kembali mencumbu Lisa itu terus terulang di benak Rinai bagai kaset rusak—bantu aku melupakan pelacur sialan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status