Semua Bab Jerat Pesona Wanita Panggilan: Bab 41 - Bab 50
58 Bab
Jangan Paksa Aku Untuk Mencintainya
Sayangnya justru Rinai yang tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Rinai yang tidak lagi bisa mendustai hatinya. Entah karena melihat Kala bersama Lisa atau karena harus melepaskan Rakha untuk Jennie.'Memangnya kamu itu siapanya Rakha? Kenapa harus merasa nggak rela,' gumam Rinai dalam hati saat Rakha kembali menciptakan suasana hening di dalam mobil ini.Mobil mewah milik Rakha telah sampai di pelataran lobi apartemen milik Jennie. Dengan bantuan lelaki itu, Rinai pun membawa sahabatnya turun."Biar aku bantu antar sampai unitnya," ucap Rakha tidak tega saat melihat Rinai sedikit tertatih membopong Jennie yang sudah benar-benar tidak sadarkan diri. "Ini anak minum berapa sloki, sih?" gerutunya sebelum menarik Jennie ke dalam gendongannya, membawa wanita itu dari hadapan Rinai yang justru tertegun di tempatnya.Lamunan Rinai terhenti lantaran Rakha memanggil namanya untuk bertanya di mana kartus akses Jennie. Buru-buru Rinai menghampiri mereka dan membuka pintu menggunakan akses yang
Baca selengkapnya
Boleh Keluar Tapi di Dalam
Di tengah-tengah pagutan bibir yang mulai memanas tersebut, Rinai berhasil menarik kembali kesadarannya. Kedua tangannya berusaha untuk memukul-mukul dada bidang Rakha, namun gerakan itu tak berlangsung lama—lumatan bibir Rakha kembali melumpuhkan penolakan yang ingin Rinai tunjukkan.Sebab hati dan tubuhnya memberi reaksi lain, pikirannya ingin menolak tapi lidahnya justru bergerak lembut untuk membalas ciuman itu sama panas dan bergairahnya.Rinai langsung luluh, tak sanggup menahan dan menolak sentuhan Rakha, bahkan saat kini Rakha mendorong tubuhnya ke sofa, Rinai hanya bisa pasrah dan memeluk tubuh kekar itu untuk menjaga keseimbangan tubuhnya."Aku sudah lama menahan semua ini, tapi semakin kutahan justru semakin menyiksa…" Rakha mengatakannya dengan suara serak, karena saat ini pikirannya benar-benar telah dipenuhi gairah yang membakar akal sehatnya.Rakha tak lagi peduli jika Rinai akan marah dan menjauhinya setelah hari ini. Akan tetapi, rasa takut kehilangan Rinai dan juga h
Baca selengkapnya
Jangan Menyesali yang Telah Terjadi
Rakha menggeliat dan merentangkan tangannya saat sinar matahari mulai mengintipnya dari balik tirai berwarna abu-abu di kamarnya. Membuat matanya memicing sesaat, lalu mengusap wajahnya seraya berdecak pelan.Lelaki itu mulai mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar dan alangkah terkejutnya Rakha saat tatapan matanya terhenti pada punggung mulut dan putih milik—Rinai. Refleks, Rakha duduk dan mendapati dirinya dan Rinai sama-sama dalam kondisi telanjang, hanya selimut yang menutupi tubuh bagian bawahnya.Seketika, ingatan tentang pergulatan panas mereka semalan direka ulang oleh ingatannya. Bagaimana mengerang dan bagaimana Rinai mendesah di telinganya—juga ingatan saat Rinai memintanya untuk meledakkan hasrat di dalam tubuh Rinai dan itu tanpa pengaman."Apa yang telah kamu lakukan, Rakhayasaaaa..." Lelaki itu tampak menggusar wajahnya dengan frustrasi. Ia tatap punggung polos Rinai dengan raut sedih dan merasa bersalah. "Hanya pria brengsek yang meniduri istri orang lain," umpatnya
Baca selengkapnya
Jadi Istriku Ya, Nai?
"Maaf jika kata-kataku barusan melukai hatimu, tapi kenyataannya apa yang kamu lakukan itu memang sangat bejat, Nai…"Rinai mengerutkan keningnya dengan tatapan terkejut, ini kali pertama Rakha berkata kasar seperti ini kepadanya. Apalagi terlihat keseriusan dari mimik wajah pria itu saat mengatakannya. Namun anehnya, Rinai tidak bisa melayangkan kalimat protesnya barang sepatah kata pun.Yang bisa Rinai lakukan hanyalah menghembuskan napas dengan kasar sembari memutar kedua bola matanya dengan kesal. Rinai melengos dan berniat untuk meninggalkan Rakha di kamar itu, bertepatan dengan pintu yang diketuk pelan dari arah luar.Seketika itu Rini mulai panik, dia harus mengatakan apa jika yang mengetuk adalah pekerja di rumah Rakha, atau bagaimana jika pengetuk di luar sana ternyata Hanim Samudera Biru, ibunya Rakha.Ah, tidak. Hanim sudah berangkat ke Paris dan…"Papi…," teriak bocah berusia lima tahun lebih beberapa bulan tersebut saat pintu kamar dibuka oleh Rakha selagi Rinai masih ter
Baca selengkapnya
Tawaran yang Membingungkan
"Nggak mau ah," balas Rinai dengan cuek seraya memutar kedua bola matanya.Rakha pun hanya bisa melongos dan pasrah akan penolakan Rinai padanya. Mereka bertiga pun mulai makan bersama, layaknya keluarga utuh dan sempurna, seperti yang selalu diimpikan oleh Waradan dan Rakha.Sesekali, Rinai akan menyuapi Waradana yang duduk di sampingnya. Dan Rakha pun ikut membuka mulut agar Rinai juga menyuapinya, membuat Rinai tersenyum geli melihat tingkah CEO dingin yang berubah jadi hangat jika bersama dirinya dan juga Waradana.Percakapan mereka pun mengalir begitu saja, sampai akhirnya suara dering telepon Rinai menginterupsi mereka."Halo, Jen…"Rakha menatap Rinai, sebelum perempuan itu bergegas meninggalkan meja makan dan memilih untuk mengobrol dengan Jennie di ruangan lain.Hampir lima menit berlalu, Rinai tak kunjung kembali ke ruang makan. Rakha pun berinisiatif untuk menghampirinya, meminta Waradana untuk menunggu di kamar ditemani oleh pengasuh yang memang selalu menemani di mana pun
Baca selengkapnya
Refleksi Diriku di Masa Kecil
"Tidur bareng, kan?" Alih-alih marah, Rinai justru terkekeh dan mengibaskan rambutnya di hadapan Rakha yang langsung menatapnya dengan heran.Rakha pun mengangguk samar."Yang kamu ajak tidur bareng itu mantan pelacur, bukan mantan ustadzah," celetuk Rinai masih menyunggingkan senyum, tapi entah kenapa senyum itu justru berhasil mencabik hati Rakha yang langsung sedih karenanya. Selagi Rakha masih diam, Rinai pun langsung melanjutkan, "Deal ya… kamu makan malam bareng Jennie… pulangnya aku tunggu di kamar. Kamu maunya aku pakai dalaman warna apa?""Nai…," lirih Rakha merasa bersalah."That's okay, aku terima tawaranmu. Aku ini pelacur, Kha!" Rinai tersengih. "Tidur dengan pria asing demi uang aja aku bisa—apalagi hanya tidur bareng temanku sendiri demi sahabat terbaikku."Sontak kedua tangan Rakha terangkat untuk menarik bahu Rinai dan memeluk perempuan itu dengan sangat erat. Sejujurnya, bukan jawaban seperti ini yang ingin dia dengar. Rakha berharap kalau Rinai menolak semua ini dan
Baca selengkapnya
Rahasia Tentang Waradana Semesta
"Antara percaya dan nggak percaya kalau malam ini duduk berdua sama kamu di tempat seromantis ini."Rakha hanya melongos seraya meraih gelas berisi minuman miliknya, meminumnya dengan tenang dan kembali menikmati sisa makanannya di atas meja. Tak peduli dengan apapun yang dikatakan oleh Jennie sejak setengah jam yang lalu kepadanya.Hening, itulah yang Rakha lakukan."Kamu nggak suka tempatnya, Kha?"Rakha mengedikkan bahu dengan tak acuh. Masih terlihat enggan untuk menanggapi sekedar menanggapinya. Toh juga alasan Rakha berada di sini hanya demi Rinai, bukan karena dia benar-benar menginginkannya.Melihat sikap dingin Rakha kepadanya, Jennie nyaris saja kehilangan kesabarannya—apapun yang ia katakan, Rakha hanya menanggapinya dengan sikap konyol yang membuat emosinya meledak.Perempuan itu menggerutu seraya memutar kedua bola matanya dengan kesal. Lantas Jennie mengatakan sesuatu yang ia yakini, Rakha akan tertarik jika dia mengungkapkannya.Dia pun berdehem singkat. "Hm… Kha, menur
Baca selengkapnya
Pesona Gairah Rakha
"Makan malamnya lancar, kan?" todong Rinai setelah membukakan pintu untuk Rakha yang baru saja pulang dengan tampang lelahnya.Rakha hanya tersenyum dingin ke arah Rinai yang tampak penasaran menunggu jawaban darinya. Lantas malah bertanya, "Wara udah tidur, Nai?""Wara udah tidur," sahut Rinai mengerutkan keningnya. "Kamu nggak berantem sama Jennie lagi kan, Kha?"Rinai mengiringi langkah Rakha yang bergegas masuk ke kamarnya. Seakan pria itu enggan sekali untuk sekedar bertukar cerita dengannya, juga terkesan menghindari Rinai entah karena alasan apa.Tidak bisa memendam rasa penasarannya lebih lama lagi, Rinai pun akhirnya menodong Rakha dengan pertanyaan-pertanyaan yang makin enggan untuk dijawab."Kamu ribut sama Jennie? Terus Jennie-nya nggak apa-apa, kan? Jennie-nya pulang bareng siapa?"Bukannya menjawab, Rakha malah mendengus kesal karenanya. Pria itu benar-benar tidak tertarik tentang hal yang berhubungan dengan Jennie—terserah tentang apa pun itu."Jangan bahas dia lagi bis
Baca selengkapnya
Rakha Lebih Mapan
"Oh, jadi kamu tinggal bareng sama Rakha?"Langkah Rinai terhenti saat mendengar suara yang sangat tidak asing di telinganya. Menghindar pun rasanya sudah tidak bisa lagi, sebab ia yakin jarak antara dirinya dan lelaki itu cukup dekat."Aku capek-capek mikirin kamu di mana, ternyata malah enak-enakan tinggal bareng Rakha."Mau tidak mau, Rinai membalikkan badan hingga tatapan matanya bertemu dengan manik tajam milik mantan suaminya—Kalantara. Ia pun memutar kedua bola matanya, mencoba untuk terlihat biasa saja, di balik debaran jantung yang berusaha ia sembunyikan.Kala mengangkat tangannya untuk menangkup kedua pipi Rinai, namun buru-buru ditepis oleh perempuan itu."Sementara waktu ini, aku akan tinggal di sana," sahut Rinai untuk pertanyaan yang telah terabaikan beberapa menit lamanya. "Lagian bukan urusanmu, aku mau tinggal di mana dan bareng siapa. Aku harap… kamu nggak lupa kalau antara kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi setelah hari itu.""Ada," sahut Kala cepat. "Aku ka
Baca selengkapnya
Dia Bukan Anakku
"Ya nggaklah!" bantah Rinai tak habis pikir, kenapa Kala menanyakan hal seperti itu kepadanya. "Dari sekian banyak pertanyaan yang bisa kamu tanyakan, kenapa justru memilih hal konyol ini. Aku sama Rakha memang pernah dekat dan bahkan…" Ia menghembuskan napasnya perlahan sebelum melanjutkan, "Kami pernah FWB-an, tapi bukan berarti aku pernah hamil anak Rakha dan menyerahkan anak itu kepadanya."Kala mendengarkan penjelasan Rinai dengan saksama, akan tetapi hati kecilnya menolak untuk percaya dengan apa yang dikatakan oleh mantan istrinya tersebut. Sudah dua hari Kala menyelidiki hal tersebut, namun hasilnya masih nihil.Itulah alasannya dia memilih untuk bertanya kepada yang bersangkutan, tapi Rinai menyangkal semuanya. Membuat rasa penasaran di hatinya kembali tergelitik dan justru ingin mencari tahu lebih dalam lagi. Sebab, beberapa hari lalu Kala sempat berpapasan dengan ibunya Rakha dan juga ada Waradana di sana—mata Waradana mengingatkan Kala pada Rinai, membuatnya semakin merind
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status