Semua Bab JANGAN AJARI AKU KATA SABAR!: Bab 31 - Bab 40
55 Bab
Bab 31
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (31)PoV AYARAAneh, seperti dulu saat masih sekolah dan pertama kali menyukai seorang lelaki, aku semangat berangkat ke kantor. Jika dulu kala SMA aku dilanda demam sebab akan bertemu pujaan hati, kini, aku benar-benar diserang badai. Tentu saja, dulu, cintaku hanya cinta monyet, yang sekedar suka lalu dengan mudahnya lenyap ketika ada hal yang membuat kecewa. Tapi, cinta yang tumbuh kini adalah cinta orang dewasa. Cinta yang sebenarnya.Aku mematut setelan blazer hitam putih yang kupakai di depan cermin. Ini adalah warna favoritku. Dua warna yang tak lekang oleh waktu dan juga tak pernah ketinggalan zaman. Selalu pantas dipakai ke acara mana saja. Setelah memastikan pakaian itu melekat sempurna, kupasangkan juga jilbab segi empat berwarna hitam, yang membuat wajahku semakin cerah.Oh, apakah wajah cerah ini karena aku yang sedang berbunga-bunga? Apakah seharusnya aku memakai lipstik merah saja dari pada nude seperti ini? Apakah …Astaga. Berhenti Ayara!
Baca selengkapnya
Bab 32
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (32)"Banyu, Lucia bukan anak kandungku, bahkan, dia juga bukan anak kandung Ivan."Sesaat, matanya melebar, menatapku tak berkedip. Banyu menarik tanganku dan kami duduk berdampingan di dalam ruanganku. "Jadi, Lucia anak siapa?"Haruskah aku berkata jujur padanya? Saat ini, meski dia mengaku mencintaiku, kami belum terikat hubungan apapun. Apakah kejujuranku nantinya justru akan menjadi bumerang?Tapi, sejak dulu, aku orang yang paling memegang teguh sebuah kebenaran, meski itu amat menyakitkan."Ayara, dengarkan aku baik-baik. Aku tidak peduli meski kau benar-benar tak bisa mengandung seorang anakpun. Karena aku mencintaimu, Aya. Kita akan pergi berobat, kita akan berusaha sekuat tenaga. Tapi, jika Tuhan menakdirkan kita tak bisa menjadi orang tua, maka ada banyak bayi di luar sana yang butuh kasih sayang. Aku tak keberatan mengadopsi anak, asal bisa bersamamu."Dia mengatakan hal itu, sambil menggenggam kedua tanganku, menatap ke kedalaman mataku. Sun
Baca selengkapnya
Bab 33
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (33)"Kamu bicara dengan siapa?"Gadis itu terkejut."Ibu, em … ini. Adik saya di kampung."Aku menatapnya dengan seksama, lalu tersadar, bahwa dandanannya terlalu sempurna untuk seorang office girl yang mengaku baru datang dari kampung. Pipi dan keseluruhan wajahnya mulus sekali, dihiasi setitik tahi lalat hitam pekat di sebelum kiri. Bola matanya berwarna kecoklatan. Alisnya rapi, berbentuk tajam dan sedikit mencuat, khas wanita yang sudah pandai berdandan. Dia memakai lipstik warna merah yang terlalu mencolok dan leher yang menyembul dari balik kerah bajunya amat putih dan mulus.Aku meletakkan gelas yang masih penuh di atas wastafel dan beranjak mendekatinya."Siapa kamu?""Eh, apa?"Dia terkejut."Kamu tidak mirip seorang gadis yang baru datang dari kampung. Kamu pandai berdandan, dan langkahmu luwes serta gemulai.""Saya dulu di kampung pernah kerja di salon, Bu. Jadi saya memang bisa dandan. Maaf, saya tidak tahu kalau disini cleaning servis tidak
Baca selengkapnya
Bab 34
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (34)"Gita?""Baguslah kalau kau masih mengenaliku, Aya."Aku mundur selangkah, tanpa melepaskan tatapan darinya."Dan apa yang kau lakukan disini? Kita tak pernah terlibat masalah secara pribadi.""Memang tidak."Gita menghela napas panjang."Aya, sudah kukatakan padamu untuk hati-hati. Ivan masih hidup."Aku tertegun sejenak. Segala kecurigaanku selama ini, perasaan seolah-olah ada seseorang yang mengawasiku, akhirnya terjawab sudah. "Apa maksud kamu?""Ivan masih hidup, Aya. Dia menemuiku, hanya saja keadaannya sudah tak sempurna lagi. Seseorang membuatnya celaka dan nyaris mati.""Siapa seseorang itu? Dan bagaimana dia menemuimu.""Seseorang itu jelas bukan aku dan melihat kau terkejut seperti itu, aku asumsikan kalau bukan kau juga. Dia sendiri sampai saat ini masih menyelidikinya. Dan tentang bagaimana caranya menemuiku, sebaiknya kau tak perlu tahu."Aku menatap perempuan ini. Perempuan yang pernah kupergoki tidur dalam selimut yang sama dengan sua
Baca selengkapnya
Bab 35
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (35)PoV AYARA"Jangan takut, Aya. Ivan sekarang cacat. Dia nggak akan bisa ngapa-ngapain kamu makanya dia minta aku membantunya. Sembunyi saja, pukul dia sampai pingsan. Aku akan panggil polisi."Di tengah-tengah rasa sakit akibat terjatuh dan terjerembab dengan kepala terbentur di lantai, Kata-kata Gita kembali terngiang. Ivan memang cacat, wajahnya pun terlihat mengerikan. Tapi, dia tidak lemah. Dia masih bisa menjegalku dan melarikan diri. Atau mungkin aku yang terlalu lemah. Shock dan setengah tak percaya karena mendapati Ivan belum mati, membuatku sedikit gemetar dan kurang waspada. Dan oh, kenapa pula polisi datang dengan membunyikan sirine? Apa yang dilaporkan oleh Gita?Suara sirine mobil polisi nyaris tiba di halaman kantor. Pintu depan menjeblak terbuka dan ternyata yang masuk lebih dulu adalah sosok seseorang yang tak pernah kuduga."Ayara? Ya Allah, ada apa ini?"Banyu langsung memelukku yang baru saja berhasil berdiri. Dia membantuku duduk se
Baca selengkapnya
Bab 36
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (36)Kali ini, aku benar-benar menyaksikan jenazahnya. Wajah mantan suamiku yang baru kemarin kabur dari kejaran polisi. Dia mengalami kecelakaan dalam usahanya melarikan diri. Mobil yang dia kendarai, menabrak pagar pembatas dan berguling-guling beberapa kali sebelum berhenti dalam keadaan terbalik di tengah jalan. Kamera cctv merekam semua itu dengan jelas. Di jam tiga dini hari yang sepi dan dingin, Ivan Wiguna akhirnya meregang nyawa. Dia terlambat mendapatkan pertolongan hingga nyawanya akhirnya benar-benar melayang.Di kamar jenazah Rumah Sakit Umum Daerah, tempat mayatnya disemayamkan, aku melihatnya. Ditemani Banyu yang tak melepaskan genggaman tangannya sedikitpun, aku menatap wajah itu untuk terakhir kali, setelah kesempatan pertama diberikan pada Mama, yang seperti dulu, keluar dalam keadaan pingsan. Diska masih sama, keluar dari ruangan itu dengan mata basah, sama sekali tak mau menatapku. Dan kali ini aku tak mau kecolongan lagi. Aku langsung
Baca selengkapnya
Bab 37
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (37)Di rumah, ternyata Om Reynand dan Riko sudah menunggu kami. Aku bahkan sampai tak tahu bahwa Om Reynand pulang hari ini. "Ajak keluargamu ke rumah Ayara, Banyu. Ada beberapa hal yang perlu kami jelaskan."Kata-kata Om Reynand membuatku dan Banyu saling pandang. Sementara Ayah dan Ibu hanya tersenyum, seolah-olah sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku terdiam, mengamati suasana yang entah mengapa terasa berbeda. Tak sabar rasanya menunggu malam tiba."Ayara, aku pulang dulu. Bersiaplah bertemu calon mertuamu."Aku menatap Banyu, menahan senyum atas godaannya."Menurutmu, apa yang sebenarnya direncanakan oleh para orang tua ini?"Banyu menggedikkan bahu. "Aku tidak tahu, Aya. Aku hanya meyakini satu hal, bahwa tak ada orang tua yang menginginkan hal buruk untuk anaknya."Benar. Bahkan Mama mertuaku, tetap membela dan melindungi sang anak meskipun salah. Aku naik ke kamar atas, dan menemukan Riko tengah asyik menggambar bersama Cia. Begitu meliha
Baca selengkapnya
Bab 38
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (38)PoV TIGAPemakaman untuk kedua kalinya jenazah Ivan Wiguna kali ini hanya dihadiri oleh keluarga terdekat. Meski berita telah dirilis oleh kepolisian sebagai bentuk klarifikasi bahwa jenazah yang pertama adalah jenazah seorang tunawisma, dan Ivan Wiguna yang sesungguhnya adalah yang akan dimakamkan saat ini, masyarakat sudah enggan untuk melihat. Terlalu banyak drama yang disuguhkan membuat orang-orang muak dan akhirnya membiarkan saja kasus itu seperti halnya kasus pembunuhan orang tak dikenal lainnya.Dia memang bukan artis, bukan siapa-siapa. Tapi dia adalah segalanya bagi Sang Mama.Dan bagi seorang gadis yang kini berdiri sendirian sambil memegang payung hitam. Pemakaman telah selesai, air matanya telah surut dan sudah saatnya dia menyelesaikan apa yang sudah dimulai.Gadis itu merupakan orang terakhir yang keluar dari area pemakaman. Ibunda Ivan tak bisa hadir karena berada dalam perawatan intensif, juga pengawasan polisi dua puluh empat jam lam
Baca selengkapnya
Bab 39
Jangan Ajari Aku Kata Sabar? (39)PoV TIGAGadis itu, memang Diska, adik kandung Ivan. Bagaimana mungkin ada orang menyangka dia akan diam saja menyaksikan kehancuran keluarganya? Keluarga tempat dia dibesarkan selama ini meski dalam keadaan bobrok.Sejak kecil, Diska sudah tahu kalau dia dan Ivan diperlakukan berbeda. Di keluarganya, lelaki menempati kasta paling tinggi, hingga tak heran jika Mama masih menyambut dengan penuh hormat meski di hari sebelumnya menangis tersedu-sedu akibat berkali-kali dikhianati dan dipukuli hingga meninggalkan jejak memar di tubuh. Ivan yang sejak kecil menyaksikannya hal itu akhirnya berpikiran sama, bahwa tak apa-apa selingkuh dan main perempuan, karena wanita bergelar istri akan selalu menerima dan memberi maaf, tak peduli sesakit apa hatinya.Sementara itu, Diska tumbuh menjadi anak yang pendiam, dingin dan misterius. Dia merasa ikut sakit setiap kali melihat lebam di tubuh Mamanya. Dia ikut menangis ketika Mama menangis."Mama, ayo kita pergi. Ken
Baca selengkapnya
Bab 40
Jangan Ajari Aku Kata Sabar! (40)Gita baru dilaporkan hilang, sementara sebulan yang lalu, saat polisi mencarinya untuk dijadikan saksi, dia tak muncul dan keluarganya tenang-tenang saja. Berarti selama ini, Gita ada bersama mereka, bersembunyi dari polisi. Dan kini, tiba-tiba saja Keluarganya melaporkan kalau dia hilang.Seandainya aku tak mengenalnya, tak pernah terlibat secara emosional dengannya, mungkin aku akan mengabaikan saja berita itu. Berapa banyak hal serupa itu terjadi? Ada banyak gadis dilaporkan hilang, lalu ditemukan bersama kekasih mereka, sengaja kabur dari rumah karena hubungan yang tak disetujui, atau menjadi korban penipuan, dan paling tragis, ditemukan dalam keadaan tak bernyawa. Tapi ini Gita, seseorang yang pernah menjadi penyebab berbeloknya jalan hidupku secara drastis.Baru saja aku memikirkan hal itu, telepon rumah berbunyi. Hanya ada beberapa orang yang tahu telepon rumah jadul yang masih dipertahankan oleh Ayah keberadaannya, yang sekarang telah tergusur
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status