All Chapters of On CEO's Bed: Chapter 111 - Chapter 120
147 Chapters
111. Cinta dan Bagian Hidup
Ada banyak cara mendefinisikan perasaan Alyssa saat ini, salah satunya adalah dengan membuatkan sarapan untuk Assa. Wanita yang sedang berbadan dua itu yakin bahwa makanan yang dibuatnya mampu menyampaikan perasaan cinta pada Assa. Alyssa membuat sarapan sambil bersenandung riang. Kegiatan yang dilakukan Alyssa mengundang perhatian para asisten rumah tangganya. Sejak kehadiran wanita itu, rumah tempat mereka bekerja terasa lebih berwarna. Selain untuk Assa, Alyssa juga menyiapkan sarapan untuk ayahnya yang hari ini akan kembali ke rumah lamanya. “Apakah ada yang bisa kami bantu?” tanya Diana.“Tidak, kau bisa mengerjakan pekerjaan yang lain Diana.”“Baiklah kalau begitu,” kata Diana kemudian berlalu dari dapur bersama Bertha. Sedangkan Helga pagi-pagi sekali pergi ke kediaman Lucy setelah Assa semalam memberitahunya bahwa pria itu akan menikahi Alyssa dengan segera dan meminta Helga yang mengurus semua itu. Helga menghubungi Lucy memberitahu kabar baik tersebut, keduanya sepakat be
Read more
112. Gaun Pengantin Impian
Assa datang lima menit setelah dirinya dibicarakan. Hal tersebut membuat Lusi merasa sangat jengkel sekali dengan Assa. Wanita itu tanpa segan mengomeli Assa yang baru saja datang. “Kau benar-benar terlambat Assa, Alyssa sudah selesai mengukur pakaiannya. Sekarang giliranmu. Ayo cepat! Ibu sudah sangat lapar dan ingin segera makan bersama Alyssa.”“Kalau Ibu sudah lapar, maka Ibu bisa pergi dulu untuk makan siang. Alyssa akan ikut bersamaku kami akan menyusulmu bagaimana itu lebih adil bukan?”“Ibu dan Alyssa berencana akan menjenguk Jeff ke rumah sakit, bagaimanapun pria itu sudah sangat dekat dengan keluarga kita.”Assa mendengung sebal dengan penuturan Lucy. "Ibu tidak perlu repot-repot melakukan hal itu. Aku baru saja mengunjunginya dan dia terlihat baik-baik saja, jadi tidak perlu dikunjungi siapapun lagi.”“Benar-benar kamu ini, dia itu temanmu juga. Keluarga ibu juga,” kata Lucy yang kesal benar dengan Assa. “Sudah sana, sekarang kamu harus mengukur pakaianmu.”“Apa Alyssa suda
Read more
113. Tak Pernah Menyesal
Assa membuka matanya yang terasa berat. Pusing masih menderanya. Sejenak Assa terdiam menatap langit-langit kamar yang bukan miliknya. Dia melirik Lena yang lelap dalam dekapannya. Sadar bahwa semalam dirinya telah bercinta dengan Lena, hingga kemudian helaan nafas berat terdengar. Assa mengusap wajahnya dengan tangan. Perlahan dia menyingkirkan Lena yang menindih tangannya. Lena terusik. Dia membuka matanya. “Kau sudah bangun?” tanyanya kemudian. “Lena, kau tahu aku mabuk. Kenapa tidak mencegahku?”“Aku ingin Assa. Anggap saja ini sebagai hadiah terakhir darimu untukku. Aku janji setelah tidak akan memberitahu siapapun atas apa yang kita lewati semalam.”“Aku harap kau bisa menjaga ucapanmu,” Assa turun dari tempat tidur. Dia menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Sedangkan Lena di termenung di tempat tidurnya. Semalam dia merasa sangat bahagia karena Assa mendesahkan namanya, namun pagi ini dia harus kembali dihadapkan pada kenyataannya bahwa Assa sudah kembali menjadi mi
Read more
114. Kisah dan Kenang
Samuel membereskan rumah lamanya. Banyak debu-debu yang menempel pada furnitur rumah. Sudah lama sekali rasanya dia meninggalkan rumah yang dibelinya bersama mendiang istrinya itu. Rumah sederhana dengan dua kamar tidur. Ada banyak kilasan memori di setiap Samuel melihat sekeliling rumahnya. Pria itu menatap pada potret keluarga yang masih terpajang di dinding. Alyssa masih kecil saat foto itu diambil, namun sekarang Samuel harus segera melepaskan Alyssa untuk hidup bersama Assa.Satu ketukan pintu membuat Samuel berhenti memandangi foto itu. Dia membukakan pintu untuk tamunya yang dia sendiri tidak tahu siapa. Ketika pintu terbuka, Samuel kaget melihat Jane yang datang memperlihatkan kotak makanan cepat saji dari restoran ternama.“Aku mendengar kau ada di sini dari Alyssa. Jadi aku datang,” katanya memberi penjelasan pada Samuel tanpa diminta.“Masuklah,” Samuel membuka lebar pintu rumahnya. “Maaf tempatnya masih sangat berantakan.”“Tidak masalah,” balas Jane dia meletakan makanan
Read more
115. Lebih Dari Indah
Sepulang dari acara makan malam bersama keluarga Mark, Assa membawa Alyssa ke rooftop rumahnya yang disulap menjadi yang sangat indah dengan nuansa romantis yang kental. Di atas kolam renang yang beku taburan kelopak mawar disusun membentuk kalimat Marry Me.Ada meja dengan lilin-lilin menyala. Tak lupa juga bunga-bunga lainnya yang menghiasi tempat tersebut. Alyssa memandang takjub dengan apa-apa yang Assa siapkan untuknya.“Kejutan yang terlambat, seharusnya aku memberikan semua ini ketika memberikan cincin.”“Tidak masalah, aku tetap menyukainya.”Assa menggulung lengan kemejanya. Dia kemudian berkata. “Aku harap ruang di perutmu masih kosong, karena aku akan membuatkan daging panggang untukmu.”“Aku akan rasa porsi makanku menjadi lebih banyak sejak aku hamil,” jelas Alyssa yang berarti dirinya juga memberitahu Assa bahwa dia masih lapar. Bahan makanan daging dan juga aneka saos sudah siap tersaji di meja dekat kolam renang. Bertha dan Diana sudah menyiapkan semua itu sebelumnya
Read more
116. Kekesalan Hanna
Lain Alyssa, lain pula kisah Hanna. Wanita itu menghela napas lelah, dengan kesal dia keluar dari mobilnya. Melangkah menuju rumah sakit tempat pria brengsek yang sangat menyebalkan itu dirawat. Wajah wanita itu tampak muram sepanjang jalan menuju ruangan tempat pria itu berada. Gerutuan pun tidak lepas dari mulutnya. Kalau saja bukan karena paksaan dari ibunya, dia tidak akan sudi lagi mengunjungi lelaki tidak tahu malu itu. Hanna akan lebih memilih berdiam diri di rumah. Menikmati waktu santainya yang berharga. Entah apa yang sebenarnya ibunya itu pikirkan sampai memaksa Hanna untuk ke sini lagi. Padahal sedari kemarin Hanna sudah berada di sini. Menemani dan merawat lelaki yang tidak disukainya itu. Jika dipikir-pikir Hanna melakukan tindakan yang cukup bodoh, dan ia semakin bodoh karena mau saja kembali kemari hanya karena paksaan dari ibu tercintanya. Anggap saja aku sedang berbaik hati karena merasa kasihan pada Si Sialan itu. gerutu Hanna dalam hati. Tak memakan waktu lama
Read more
117. Masih Tentang Hanna dan Jeff
Tidak tahan lagi dengan apa yang ibu dan Jeff lakukan, Hanna mendekat pada ibunya. Ia menarik paksa tangannya. Membawanya ke arah pintu. Margaret yang terkejut tentu saja tidak terima dengan kelakuan anaknya itu. Dia tetap mencoba bertahan di sana. Masih ingin mengobrol dengan Jeff. Ingin mengetahui lebih banyak tentang lelaki yang menjadi pacar anaknya. “Hanna, apa yang kau lakukan. Ibu sedang berbicara dengan Jeff!” sentak Margaret kesal. Hanna tersenyum terpaksa. Ia menahan amarah dan rasa jengkelnya agar tidak dilampiaskan pada ibunya. Tarikannya benar-benar kuat sampai Margaret kesulitan untuk melepaskannya. “Ibu, Jeff sudah waktunya untuk beristirahat. Jika Ibu mengajaknya berbincang, dia tidak akan bisa beristirahat,” kata Hanna penuh tekanan. Jeff yang juga mendengar perkataannya menimpali. “Aku tidak masalah dengan itu, aku masih bisa berbincang dengan Ibu.” Hanna langsung memberikan Jeff tatapan super tajamnya. Aura permusuhan yang begitu kental. Membuat Jeff langsung m
Read more
118. Kesaksian Leonidas
Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Mengenakan gaun formal sederhana berwarna biru tua dengan renda di kerah, Alyssa berdiri di hadapan gedung pengadilan untuk warga sipil London. Gedung bergaya arsitektur barok dengan pilar-pilar kelabu yang diukir itu akan menjadi saksi penyelesaian kasus yang selama ini menghantui Leonidas. Anak malang ini akan mendapatkan keadilan. Alyssa tak datang sendiri. Bersama Mark dan Belinda, ia menemani Leonidas untuk mendapatkan keadilan. Meskipun ia bukan saudara atau orang tua Leonidas, rasa sayangnya pada anak malang tersebut membuatnya rela mengikuti seluruh rangkaian penyelidikan kasus Leonidas. Ia ingin Leonidas mendapatkan haknya. Ingin orang biadab yang sudah membuat Leonidas jadi seperti ini mendapatkan hukuman seberat-beratnya. Leonidas sendiri berdiri di samping Alyssa dengan takut. Tangan kecilnya melingkar di lengan wanita yang tengah mengandung itu untuk menenangkan dirinya. Ada banyak orang berlalu-lalang di sekitarnya. Beberapa di ant
Read more
119. Sidang Yang Kacau
Pengadilan benar-benar ricuh. Seperti kata sang psikolog anak, kekacauan tak hanya di dalam aula utama, tapi juga di koridor bahkan di halaman depan gedungPara penonton sidang kini tak hanya marah pada Elliot, tapi juga pada hakim yang memimpin sidang. Mereka tidak terima sang hakim menunda persidangan itu. Mereka berniat tidak akan pulang sampai sang hakim mau melanjutkan persidangan.Mark sendiri terjebak di dalam aula. Ia tak bisa melewati kerumunan massa yang semakin brutal seiring berjalannya waktu. Ia mendapat kabar dari istrinya terkait Alyssa yang kurang enak badan, tapi tidak bisa segera keluar menjemput mereka.Karena khawatir dengan kondisi Alyssa, Mark pun menelepon Assa untuk menjemput pasangannya yang tengah mengandung itu. “Assa, apa kau sibuk sekarang?” tanyanya begitu telepon tersambung.Jawab Assa dari seberang telepon, “Mark! Tidak. Aku tidak sibuk sekarang. Bagaimana persidangannya? Apa berjalan lancar?”“Benar-benar kacau. Semua orang nyaris menghajar Elliot. Per
Read more
120. Terlalu Lelah
Sidang yang sempat dijeda karena kerusuhan sebelumnya, dan juga dipotong waktu istirahat kini dilanjutkan lagi. Hakim, Jaksa, Pengacara dan juga tersangka kembali duduk di tempat mereka masing-masing. Jaksa penutur sudah siap dengan pertanyaan selanjutnya yang masih melibatkan Leonidas. Anak itu masih bersama Alyssa di ruang tersembunyi.“Sidang dilanjutkan! Jaksa silahkan melanjutkan pertanyaan Anda,” kata hakim ketua majelis mempersilahkan jaksa penuntut melanjutkan.“Terima kasih yang Mulia,” ujar Jaksa. Dia kemudian kembali terhubung dengan kamera dan layar di mana dia bisa melihat Leonidas. “Halo Leonidas! Kau sudah siap untuk pertanyaan selanjutnya?”Leonidas terlihat mengangguk di layar besar itu.“Baiklah, apakah kau tahu wajah paman itu?”Leonidas mengangguk.“Kau bisa menyebutkan ciri-cirinya?”Sejenak Leonidas terdiam, lalu menjawab. “Matanya biru,” katanya, meski hanya sebuah jawaban yang singkat namun itu cukup memberikan kejelasan sebab, warna mata Elliot memang biru. “
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status