All Chapters of Dihamili CEO Koma: Chapter 31 - Chapter 40
455 Chapters
Bab 31
Zayden melipat kedua tangannya di depan dada sambil mendengar penjelasan dari Audrey. Namun, senyuman menyindir di bibirnya tidak memudar sedikit pun. Ketika dilihat dari tampangnya, Audrey mengerti bahwa apa pun yang dia katakan saat ini tidak akan berguna.Audrey pun menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan pikirannya yang sedang kacau. Kemudian, dia lanjut berkata, "Maaf, aku tahu kalau mau membuat Tuan Zayden percaya padaku lagi, itu adalah hal yang mustahil. Tapi, beri aku sedikit waktu. Aku akan mengurus hal ini dengan baik dan memberikanmu jawaban yang memuaskan.""Menurutmu, apa aku masih akan membiarkan wanita licik sepertimu tinggal di Kediaman Moore?" tanya Zayden.Raut wajah Audrey menjadi kelam. Faktanya, Audrey bukan tidak ingin meninggalkan Kediaman Moore, tetapi dia butuh sedikit waktu untuk mengurus masalah ibunya. Setidaknya, dia masih belum bisa diusir saat ini. Jika tidak, dengan sifat Michael yang pendendam, Michael pasti akan memperhitungkan masalah hari ini k
Read more
Bab 32
"Dokter, tapi aku benar-benar nggak bisa mempertahankan anak ini. Aku harus melakukan aborsi," kata Audrey sambil memohon kepada dokter seusai menenangkan dirinya.Melihat ekspresi memohon yang tulus di mata Audrey, dokter tersebut pun merasa iba. Wanita ini sepertinya juga seseorang yang malang. Akhirnya, dia memilih berkompromi dan berkata, "Kalau kamu bersikeras melakukan operasi, minimal kamu harus merawat tubuhmu dengan baik. Kira-kira butuh setengah bulan."Setengah bulan? Begitu mendengar waktu yang diberikan, keputusasaan dalam hati Audrey menjadi semakin berat. Zayden hanya memberikannya tiga hari dan itu adalah waktu yang diperjuangkan Audrey dengan susah payah. Audrey sama sekali tidak berani membayangkan apa yang akan pria itu lakukan padanya jika dia belum menggugurkan anak ini tiga hari kemudian.Audrey pun hanya bisa memohon kepada dokter untuk segera mengatur operasi, tetapi sikap dokter itu sangat tegas. Apa pun yang terjadi, dia tidak bersedia mempertaruhkan keselama
Read more
Bab 33
Setelah duduk di taman untuk waktu yang lama, Audrey pun bangkit. Matanya dipenuhi oleh keteguhan untuk mempertahankan anaknya. Audrey tidak ingin mempertaruhkan nyawa demi keberhasilan operasi, juga tidak ingin kehilangan hak untuk menjadi seorang ibu. Seusai mengambil keputusan, Audrey pun kembali ke Kediaman Moore.Begitu sampai di kamar, Audrey melihat Zayden sedang duduk di sofa sambil menatapnya dengan tatapan yang dingin. Tatapan mereka saling bertemu sejenak, lalu Audrey yang merasa panik segera mengalihkan pandangannya.Tatapan Zayden terlalu mengerikan, seolah-olah dia bisa melihat isi hati Audrey. Jika Zayden tahu hal sesungguhnya yang dipikirkan oleh Audrey, dia pasti akan murka. Audrey yang merasa sedikit gelisah bergegas melangkah pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya dan menenangkan diri."Berhenti," ucap Zayden dengan suara yang berat.Audrey menghentikan langkah kakinya, lalu keringat dingin seketika mengalir di punggungnya."Sudah beres?" tanya Zayden sambil me
Read more
Bab 34
Saat mendengar Audrey meminta uang sebesar empat miliar, Michael merasa luar biasa emosi.Dasar anak tidak tahu diri ini! Apa dia pikir uang bisa didapatkan dengan mudah?Melihat Michael merasa ragu, Audrey mendengus dingin dan lanjut berkata, "Lagi pula, kamu yang putuskan mau beri atau nggak. Kalau nggak mau, aku akan memberi tahu itu kepada Zayden. Menurutmu, apa yang akan terjadi?"Begitu mendengar ancaman itu, Michael seketika merasa lemas. Dengan sifat Zayden, Zayden telah berbelas kasihan kepadanya dengan hanya memukulinya hingga mengalami cedera serius saat berada di Kediaman Conner kemarin. Jika Zayden sampai turun tangan pada kerja sama Keluarga Moore dan Keluarga Conner ….Saat memikirkan konsekuensi ini, Michael juga tidak berani bersikap angkuh. Meskipun dia tidak terima, dia tetap menyetujui permintaan Audrey dengan enggan.Setelah itu, Audrey segera mengirimkan nomor rekening kepadanya. Tak lama kemudian, Audrey menerima sebuah pesan dari bank yang memberi tahu bahwa dia
Read more
Bab 35
Namun, yang lebih menyakitkan adalah hati Audrey. Pada akhirnya, dia tetap menjadi wanita nakal yang memiliki reputasi buruk di mata semua orang. Sekalipun kenyataannya tidak seperti itu, tetap tidak ada orang yang akan percaya pada dirinya.Meskipun begitu, Audrey tetap menahan kesedihannya dan berkata, "Tuan Zayden, kamu sepertinya sudah terlalu peduli dengan kehidupan pribadiku. Kamu pikirkan baik-baik, hubungan kita hanya sebatas kontrak. Kalau keberadaanku membuatmu nggak puas, aku bersedia menjelaskannya kepada Pak Timothy dan menyerahkan status ini kapan pun."Audrey mengatakan hal ini dengan sangat jujur. Baginya, berada di sisi Zayden sekarang ini bagaikan menaruh sebuah bom waktu di sampingnya. Mungkin saja, itu akan membuatnya mati dengan tragis kapan saja.Namun, perkataan ini malah memiliki makna yang berbeda di telinga Zayden. Saat melihat tampang Audrey yang terlihat tidak peduli, amarah dalam hati Zayden menjadi semakin tidak terbendung tanpa alasan.Audrey adalah wanit
Read more
Bab 36
Zayden mengemudi di jalan raya dengan kecepatan tinggi. Angin yang berembus masuk melalui jendela yang terbuka, tetapi hal itu tidak mengurangi ekspresi suram di wajah Zayden. Saat teringat dengan reaksi penolakan dan juga ekspresi jijik Audrey barusan, Zayden langsung menginjak rem dengan kuat dan menghantam setir kemudi.Setelah berlalu beberapa saat, Zayden mengeluarkan ponselnya dan menelepon teman baiknya, Kenny Spencer. Dia berkata, "Ayo keluar, aku traktir."Kenny sontak terkejut. Zayden memiliki sifat yang dingin dan angkuh, dia sangat jarang mengikuti kegiatan hiburan seperti ini. Bahkan jika Kenny membuat acara dan mengajaknya dulu, Zayden biasanya juga akan menolak.Ada apa dengannya hari ini?Firasat Kenny memberitahunya bahwa pasti telah terjadi sesuatu. Dia pun bergegas mengemas barangnya dan berangkat.…Setibanya di bar, Zayden langsung mencari ruang VIP yang kosong. Kemudian, dia memesan sejumlah bir dan meminumnya sendirian. Zayden memang bukan seseorang yang senang
Read more
Bab 37
Awalnya Zayden hanya sekadar mengobrol dengan Kenny. Namun, ketika mendengar Kenny mendadak mengungkit hal ini, ekspresinya sontak berubah.Jam tangan itu adalah pemberian Timothy kepada dirinya dari sebuah pelelangan sebagai hadiah sambutan. Zayden tidak pernah mencari tahu dengan jelas tentang benda itu. Jika benar ada sistem pelacakan di dalamnya, bukankah dia bisa menemukan keberadaan wanita itu?Begitu teringat dengan hal ini, Zayden pun tidak ingin menghabiskan waktunya lagi di sana. Dia sontak bangkit dan berkata, "Aku masih ada urusan, kamu minum saja pelan-pelan."Seusai berbicara, Zayden pun langsung pergi. Melihat sikap Zayden yang datang dan pergi dengan sesuka hati, Kenny hanya bisa tercengang.Apa yang telah terjadi?Yang membuat Kenny lebih merasa sedih lagi adalah Zayden baru saja pergi, lalu pelayan bar datang untuk meminta tagihan kepadanya. Saat melihat tagihan itu sekilas, Kenny seketika merasa kesal. Dasar Zayden sialan! Apa dia sengaja mengerjainya karena sedang k
Read more
Bab 38
Timothy menatap mobil yang dinaiki Audrey pergi sambil mengangguk dengan puas.Tak lama kemudian, dia teringat akan sesuatu. Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Zayden.Di sisi lain, Zayden sudah tidak pulang semalaman dan berada di kantor. Lantaran minum terlalu banyak alkohol, dia masih merasa sedikit pusing. Begitu mendengar suara dering ponsel, Zayden pun mengernyitkan alisnya dengan kesal. Namun, saat melihat itu adalah panggilan dari Timothy, dia tetap mengangkatnya dan menjawab, "Ayah, ada apa?""Nggak ada apa-apa. Aku hanya mau mengingatkanmu. Jarang-jarang kamu berbulan madu dengan Audrey, jadi ingat untuk bersikap lembut dan perhatian kepadanya. Lakukan hal-hal yang romantis, jangan hanya mengurus pekerjaan sepanjang hari," pesan Timothy yang khawatir Zayden akan melewatkan kesempatan bagus ini.Mendengar hal itu, Zayden mengernyitkan alisnya. Membawa Audrey bulan madu? Sejak kapan dia punya rencana gila seperti itu? Akan tetapi, mendengar Timothy berbicara
Read more
Bab 39
Suara yang akrab terdengar sehingga langsung membuat Audrey terhuyung-huyung ke belakang. Dia mendongak, lalu bertatapan dengan mata Zayden yang hitam dan dingin.Pikiran Audrey tiba-tiba menjadi kosong. Kenapa Zayden bisa menemukannya secepat ini?Audrey berniat untuk melepaskan diri dari cengkraman Zayden, tetapi kekuatannya sama sekali bukan apa-apa jika dibandingkan dengan kekuatan pria.Saat menyadari bahwa dirinya tidak bisa melarikan diri lagi, Audrey memaksa dirinya untuk tetap tenang. Dia pun tersenyum dan berkata, "Tuan Zayden, aku hanya ditugaskan untuk dinas oleh perusahaan. Kenapa Anda datang kemari?"Melihat senyuman palsu Audrey itu, Zayden pun mencibir dan berkata, "Dinas? Pagi tadi kamu bilang pada Ayah mau bulan madu denganku. Sekarang malah menjadi dinas dari kantor. Apa tidak ada sepatah kata pun yang benar dari ucapanmu?"Kebohongan Audrey dibongkar dalam sekejap sehingga membuat wajahnya memerah. Melihat tatapan Zayden yang seperti akan membunuh orang, Audrey mera
Read more
Bab 40
Seusai berbicara, Zayden membuka pintu mobil dari luar. Dia pun memerintah beberapa dokter yang tampak tinggi dan besar itu, "Bawa wanita ini untuk aborsi. Awasi dia dengan baik. Sebelum operasi berakhir, jangan biarkan dia meninggalkan kamar satu langkah pun. Kalau ada kesalahan, kalian harus bertanggung jawab!"Tentu saja, tidak ada yang berani melawan ucapan Zayden.Beberapa orang itu segera maju, lalu menangkap Audrey dan membawanya ke dalam rumah sakit. Audrey terus meronta, tetapi bagaimana mungkin wanita lemah sepertinya bisa melawan beberapa pria yang muda dan kuat?Saat melihat dirinya akan dibawa masuk ke ruang operasi, Audrey sudah sangat putus asa. Dia pun berteriak dengan emosi, "Apa kalian semua masih pantas menjadi dokter? Aku nggak mau aborsi, atas dasar apa kalian berbuat seperti itu?"Namun, teriakan Audrey tidak mendapatkan rasa kasihan atau perasaan iba dari siapa pun. Sebaliknya, dia justru diabaikan. Para dokter ini memiliki keluarga yang harus dibiayai. Tidak ada
Read more
PREV
123456
...
46
DMCA.com Protection Status