All Chapters of Mempelai Wanita yang Tertukar: Chapter 21 - Chapter 30
49 Chapters
Halusinasi
Aji masuk ke dalam mobilnya. Rapat dengan Zainal membuat dirinya lelah. Ia harus kembali ke sekolah. Untung saja saat dia pergi ke rumah dinas tak ada jam mengajar. Hanya tinggal pulang. Makanya ia dapat pergi dengan santai.Sepulang sekolah ternyata hari sudah malam. Aji langsung saja mandi. Tubuhnya sudah kegerahan karena banyak beraktivitas hari ini. Setelah mandi, Aji menuju ke ruang penyimpanan kopi sehabis mandi. Istrinya ternyata tak ada di rumah. Ia sedang pergi makan malam bersama Raya. Perempuan memang terkadang asyik quality time sendiri.Aji kemudian membawa cangkir kopinya ke ruang kerjanya. Ponselnya tiba-tiba bergetar. Aji menengoknya. Satu panggilan masuk dari Ariani ternyata."Halo, Sayang, gimana kabarnya?" Aji menjawab panggilan telepon itu."Huh, kamu ini gimana enggak ngabarin aku hari ini? Kamu udah nyaman sama istri kamu itu ya?" Ariani bertanya dengan menggebu-gebu.Aji menaikkan letak kaca matanya. Nampaknya kekasihnya itu sedang merindukannya. Ia lalu tertaw
Read more
Pingsan
Aji turun ke dapur dengan perlahan. Ia tak mau membangunkan siapa pun malam ini. Rasanya tidak enak hati mengganggu orang yang sudah tidur.Saat sudah tiba, Aji mengambil mie instan goreng dari dalam lemari. Air kemudian didihkan. Masak mie instan lebih cepat ketimbang masak lainnya.Ia pun duduk di kursi sambil menunggu mienya matang. Aji merasa kepalanya mulai pusing. Asam lambungnya mungkin sudah naik. Jika tidak segera makan bisa-bisa dia pingsan di tempatnya.Agak memusingkan memang memiliki sakit sepertinya. Hal itu diakibatkan dia jarang makan tepat waktu dan kurang istirahat. Mau istirahat bagaimana, mimpi buruk itu selalu datang.Aji berniat mengambil piring. Namun, piring dalam genggamannya hampir terjatuh. Ia berusaha untuk tetap pada posisinya. Meskipun tangannya bergetar. Ia sudah sangat terlambat untuk makan.Aji mencium aroma mie di hadapannya malah ingin muntah. Perutnya terasa sangat mual saat ini. Namun, ia tak bisa untuk muntah. Sungguh perasaannya campur aduk.Ingi
Read more
Mulai Sakit
Perlahan Aji membuka kedua matanya. Rasanya masih pengar sekali. Aji lalu menyadari bahwa tubuhnya terjatuh dari atas sofa saat pingsan.Ia lalu bangun dari posisinya. Dibenarkannya letak kaca matanya. Aji masih merasa perutnya sedikit mual, tapi sudah tidak terlalu ingin muntah seperti semalam.Ia melirik sedikit ke arah Natasha. Istrinya masih belum bangun. Ia bersyukur. Aji kemudian melihat ke arah jam weker yang bertengger di atas meja nakas. "Sudah mau pagi rupanya," ujarnya saat melihat jam sudah berada di angka 04.00.Aji pun bersiap untuk pergi ke ruang kerjanya lagi. Ia harus menyelesaikan beberapa dokumen dan juga kegiatan untuk agustusan nanti.Ia pun berjalan sambil menahan berat tubuhnya. Masih terasa pusing juga karena asam lambungnya naik. Tenggorokannya kini terasa kering.Setidaknya dia harus minum sedikit air dan minum obatnya lagi. Dia tak mungkin sakit, padahal kegiatan masih belum selesai dikerjakan. Baru saja akan di mulai malahan.Sesampainya di ruang kerjanya,
Read more
Menjadi Calon Pemimpin
Rapat di mulai dengan aman terkendali. Aji yang ditunjuk lagi menjadi ketua pelaksananya tampil percaya diri. Ia memperkenalkan semua konsep-konsep yang sudah dibuat semalaman. Dan sudah dikonsultasikan dengan walikota.Rasanya sedikit deg-degan juga saat presentasi. Mengingat semua pesertanya bukan orang sembarangan. Beberapa kepala sekolah, guru-guru, hingga orang-orang yang berada di dinas pendidikan ikut hadir.Meskipun ia sering mengisi kegiatan-kegiatan serupa, rasanya tetap tak berubah. Aji berusaha berbicara seformal dan sopan mungkin. Penjelasanya dibuat agar semua peserta yang hadir mengerti.Rencana-rencana kegiatan itu sudah sering dilakukan selama hampir tiga tahun ini. Aji tidak pernah mengubah konsepnya. Ia hanya menambahkan sedikit kegiatan lain sebagai variasinya. Menurutnya kegiatan yang sama setiap tahun akan nampak monoton dan membosankan. Apalagi untuk kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak muda. Pasti pesertanya akan sedikit jika monoton. Makanya Aji berusaha me
Read more
Kencan
Ariani dan Aji pun makan terlebih dahulu di tempat langganan mereka di mall itu. Dengan menggelendot manja di lengan Aji, keduanya menyusuri mall mencari tempat makan itu. Setelahnya kedua berjalan bergandengan menyusuri tiap lantai mall."Mau nonton film nggak, Yang?" Ariani bertanya kepada sang kekasih."Boleh. Terserah kamu," jawab Aji pendek. Ia merasa mulai lelah dengan perjalanan tambahannya itu. Namun, ia juga merasa senang dengan apa yang dilakukan.Ariani pun mengangguk. Ia lalu menggeret Aji menuju loket biskop. Matanya sibuk menerawang untuk mencari film bagus. Ada banyak film romantis ternyata di minggu ini. Selain itu juga film horor yang mulai naik daun berjejer di sana."Nonton film horor ya?" Ariani bertanya. Aji mengangguk.Setelah Aji membayar, keduanya langsung masuk ke teater. Aji hanya mengiyakan permintaan Ariani. Padahal kekasihnya itu ketakutan jika melihat film horor.Benar saja, sepanjang film diputar Ariani hanya bersembunyi di balik dada bidang Aji. Ia keta
Read more
Ketahuan
Aji masuk ke halaman apartemen"Mau mampir dulu nggak, Ji?" Ariani bertanya sambil menatap kekasihnya itu lama.Aji menggeleng. Ia merasa tubuhnya tidak sanggup lagi apabila harus bermain lagi dengan Ariani. Dia pasti bisa pingsan setelahnya."Lain kali aja, Sayang," ujar Aji dengan halus. Ia berusaha untuk menilak keinginan Ariani dengan halus. Agar kekasihnya itu tidak marah padanya.Ariani mengangguk paham. Ia dapat melihat wajah Aji yang sedikit pucat. "Apa kamu yakin bisa pulang sendiri?" Ariani bertanya nampak khawatir.Aji pun mengangguk. Kepalanya terasa pusing sebelah. Dan rasa mualnya sudah sedikit reda. "Nggak papa, Rin. Lagian rumahku juga udah deket kok," kata Aji sambil membenahi letak kaca matanya.Ariani mengangguk. Ia tak mungkin mencegah kekasihnya yang kelewat keras kepala itu. Akhirnya ia membiarkan Aji menyetir sendiri menuju rumahnya.Sementara, Aji melamun di perjalanan pulang. Ia tak mengerti dengan perasaannya kini. Ada rasa yang berbeda saat dekat dengan Aria
Read more
Tidak Cemburu
"Anjir pundaknya kenapa itu? Kok warnanya merah gitu? Ya ampun ngapain aja mereka berdua tadi?" Natasha menatap tubuh Aji yang tidak ditutupi oleh handuk.Ia tak sengaja terbangun saat Aji sedang mengambil bajunya di depan meja rias. Dan pemandangan pertama yang dia lihat ada tubuh suaminya yang penuh dengan kissmark. Ingin rasanya ia tertawa dengan apa yang sudah dilihatnya."Loh, Mas Aji udah pulang?" Natasha pun bertanya saat melihat suaminya di depan meja rias.Aji tidak mengatakan apapun. Ia hanya tersenyum sebagai jawabannya. Aji sudah membawa pakaiannya dan bersiap ke kamar mandi berganti baju. Ia lupa membawa bajunya sebelum mandi.Natasha pun terlihat bangun. Merenggangkan otot-ototnya. Ia kemudian duduk di atas ranjangnya sambil menatap apa yang dilakukan suaminya.Aji hanya diam saat kedua mata istrinya mengawasinya tanpa berkedip. Natasha seolah menunggu ucapan dari mulutnya. Namun, ia seolah hanya membisu. Ia tak tahu apa yang harus dikatakannya karena tatapan sang istri
Read more
Perhatian Darinya
Hari-hari selanjutnya, Aji dan Natasha sudah saling sibuk dengan kegiatan masing-masing. Aji sibuk dengan kegiatan-kegiatan menjelang agustusan. Sementara Natasha membantu peserta didiknya untuk mengirimkan berita agat diikutsertakan dalam lomba cipta berita.Pagi ini, Aji sudah berada di meja makan. Menatap nasi goreng yang baru saja selesai dimasak Natasha. Istrinya itu sekarang menjadi lebih sering masak untuknya. Meskipun tidak setiap hari. Sebab, Natasha juga sibuk dengan kegiatan lain.Aji merasa tubuhnya tidak enak badan pagi ini. Sejak beberapa bulan yang lalu ia memang sering merasa sakit. Pekerjaannya yang menumpuk selain mengajar membuatnya sedikit keteteran. Padahal tahun-tahun sebelumnya, ia merasa baik-baik saja. Namun, tahun ini agaknya berbeda. Ia malah menjadi sering sakit. Ditambah ia menjadi jarang makan dan tidur. "Mas, kok kayaknya lagi sakit ya? Apa kita pergi ke dokter aja setelah absensi?" Natasha bertanya sambil menatap ke arah suaminya. Ia kemudian duduk di
Read more
Suamiku Tumbang
Dokter pribadi yang biasa dipanggil ke rumah sudah pulang beberapa saat lalu. Aji kini sudah tidur dengan tenang. Dokter sudah menyuntik Aji dengan obat tidur. Supaya ia dapat beristirahat.Ia akan beristirahat total dalam beberapa hari. Dan jika kondisinya tidak segera membaik, ia akan dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis.Natasha lalu duduk di sebelah suaminya. Dipandanginya wajah Aji yang pucat. Dahinya masih panas saat Natasha menyentuhnya. Aji benar-benar tumbang.Ia menjadi kasihan dengan suaminya. Banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Sepertinya saat ini adalah deadline untuk kegiatan-kegiatannya. Ditambah Aji yang jarang tidur jika tidak lelah. Membuat kondisinya semakin drop saja.Ditatapnya sang suami yang tengah tidur pulas seperti bayi. Membuat Natasha ingin tertawa dengan polah suaminya itu. Dielusnya pipi Aji dengan perlahan."Loe itu terlalu memforsir diri, Ji. Makanya loe jadi sakit seperti ini. Dasar keras kepala," ucap Natasha di dalam hati.
Read more
Semua Untukmu
Keduanya saling menatap. Aji memainkan anak rambut Natasha dengan perlahan."Apa aku boleh melakukannya?" Aji tiba-tiba langsung bertanya demikian.Natasha hanya mengangguk.Mendapatkan lampu merah Aji langsung mendekatkan wajahnya ke arah Natasha. Keduanya saling dapat merasakan napas masing-masing."Kamu bilang ke aku kalau sakit ya," kata Aji lembut di depan wajah Natasha."Iya, Mas," jawab Natasha.Aji lalu memulainya dengan mengecup perlahan bibir istrinya. Keduanya saling memainkan dengan ritme rendah. Natasha menutup kedua matanya untuk menikmati sentuhan suaminya.Aji pun perlahan menurunkan tangannya. Masuk ke dalam baju Natasha. Ia meremas benda kembar milik Natasha secara bergantian."Engh..." Natasha mengoceh parau. Membuat Aji semakin bersemangat.Aji lalu menaikkan sebelah kaki Natasha di atas pahanya. Menjepit miliknya dan istrinya. Natasha langsung membalasnya.Istrinya membuka celananya sedikit. Sehingga adik kecilnya dapat bernapas dengan leluasa. Aji masih memainkan
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status