All Chapters of Mempelai Wanita yang Tertukar: Chapter 31 - Chapter 40
49 Chapters
Dunia Milik Berdua
Aji lalu berganti meliuk-liukkan tubuhnya saat istrinya itu memainkan adik kecilnya. Sementara kedua tangan istrinya meraba-raba tubuh bagian bawahnya. Natasha kemudian meremas benda milik Aji dengan kedua tangannya."Apa kamu senang, Mas?" Natasha bertanya sambil tersenyum."Makasih ya, Istriku. Kamu membuatku melayang di dunia malam ini," jawab Aji. Natasha lalu tersenyum. "Bagaimana kalau kamu hamil, Sayang?" Aji bertanya dengan hati-hati."Nggak papa, Mas. Jangan terlalu dipikirkan. Kamu masih tetap milik Ariani kok," ujar Natasha menengahi. Entah mengapa hati Aji tiba-tiba menjadi menghangat.Aji pun mengecupi benda kembar di depan dada. Menenggelamkanya sesaat di antara ceruknya. Aji menyukai setiap jengkal tubuh istrinya.Ia lalu menangkup tubuh istrinya. Adik kecilnya pun dipepet dengan benda di bawah milik Natasha. Sementara benda kembar di tubuh atas Natasha menempel di dada bidang Aji. Terasa besar dan kenyal.Diraihnya bibir Natasha lagi. Candunya adalah istrinya. Aji lal
Read more
Dimanja Suamiku
Natasha masih berkutat di cermin. Ia melihat hampir seluruh lehernya dipenuhi bekas kepemilikan suaminya. Ia menghela napasnya.Sementara tanpa merasa berdosa, Aji menyisir rambutnya. Di bagian tubuhnya yang tidak tertutup handuk kissmark yang dibuat Natasha masih terlihat jelas.Aji melirik sedikit ke arah istrinya yang sedang mematut dirinya di depan cermin. Dua benda kembarnya terlihat sangat jelas dengan lilitan handuk.Aji kemudian menyingkap handuknya. Sontak tubuh Natasha terlihat dengan jelas dari cermin. Aji melihat tubuh istrinya penuh dengan kissmark darinya."Sialan! Mau ngapain lagi sih dia? Gila nafsunya gede banget. Tapi enak banget coy miliknya. Penuh. Dan gede lagi," ucap Natasha sambil membelalakkan mata. Otak dan pikiran mulai tak sinkron."Mau apa lagi... Eh," Natasha bertanya namun terpotong. Aji sudah melahap habis benda kembar miliknya. Dikecupnya satu persatu benda kembar miliknya itu. Keduanya dapat melihat apa yang tengah terjadi dari balik cermin.Aji pun b
Read more
Minta Jatah Terus
Natasha terbangun begitu suara ponselnya bergetar. Tangannya meraba-raba letak ponselnya di meja nakas sebelahnya."Halo, Dinda. Ada apa, Nak meneleponku?" Natasha membenahi letak tidurnya.Suaminya itu menumpu tubuhnya dengan satu tangannya. Sementara kepalanya dibenamkan di antara ceruk benda kembar milik Natasha. Makanya Natasha perlahan membenahi letak tubuhnya."Bu, apa boleh saya pergi ke rumah Bu Guru hari ini? Saya merasa kesulitan dalam menulis beritanya. Meskipun Bu Guru sudah menghubungi melalui telepon. Tapi rasanya masih belum mengerti saya," kata Dinda sambil menghembuskan napasnya berat.Natasha nampak berpikir keras. Tidak mungkin ia tak mengiyakan kedatangan muridnya itu. Ia yang bertanggungjawab untuk membimbing Dinda dan Kanya. Kepala sekolah pasti akan kecewa juga. Perlombaan ini sangat penting juga.Tapi tidak mungkin juga ia memperlihatkan diri setelah dihajar habis-habisan oleh suaminya. Ditambah tubuhnya yang terasa perih di mana-mana. Aji sudah seperti kesetan
Read more
Merajuk
"Mas, boleh pinjam laptopnya?" Natasha menghampiri suaminya yang sedang tidur atau lebih tepatnya pura-pura tidur.Aji perlahan membuka kedua matanya. Ia menatap istrinya sesaat sambil berkata, "Boleh," jawabnya singkat. Ia sedikit tersinggung dengan apa yang diucapkan Natasha tadi. Apabila ia menginginkan sesuatu, tidak ada yang boleh melarangnya.Natasha melihat suaminya yang tengah merajuk. Di dalam hati ia merutuki perbuatan sang suami. Sejak pagi sampai menjelang malam begini masih saja minta jatah. Tubuhnya sudah mau rontok karena ulah suaminya yang tak terkendali itu."Boleh tahu di mana kamu menyimpannya, Mas?" Natasha bertanya lagi. Ia tak menghiraukan sikap suaminya yang sedang merengek seperti anak kecil itu.Dibiarkannya saja ulah Aji yang demikian. Sebab jika diiyakan, kedua muridnya yang sudah datang dari tempat yang jauh akan dianggurkan. Padahal empat hari lagi adalah deadline pengumpulannya.Sebagai guru pembimbingnya, Natasha harus bersikap profesional. Dan ia tak bo
Read more
Lomba Jurnalistik
Natasha pun mengajari kedua muridnya untuk melanjutkan menulis berita. Natasha mengajarkan memilah unsur-unsur dalam berita yang terdiri dari 5W+1H. Keduanya merasa kesulitan untuk mencari jawabannya.Menurut keduanya paling sulit adalah menemukan unsur apa dan bagaimana. Sebab menurut keduanya dua unsur itu hampir sama. Natasha membantu keduanya dengan mengatakan bahwa unsur apa itu berisi kejadian apa yang sedang berlangsung, apa yang terjadi? Sedangkan bagaimana adalah runtutan kejadiannya dari awal sampai akhir. Sebagai contoh apa kejadiannya? Gempa bumi. Bagaimana urutannya? Gempa bumi terjadi karena gerakan tanah yang terjadi secara tiba-tiba. Kemudian membuat rumah-rumah bergoyang. Selain itu juga menimbulkan sedikit retak di tanah. Dan lain sebagainya."Apa kalian mengerti?" Natasha bertanya kepada keduanya. Dipandanginya keduanya satu-persatu.Dinda dan Kanya mengangangguk. Natasha kemudian melanjutkan penjelasannya. Ia lalu membimbing kedua muridnya untuk mulai menyusun ber
Read more
Berjuang
Beberapa hari kemudian...Dinda dan Kanya nampak setengah berlari menyusuri lorong-lorong sekolah. Dua sahabat yang kebetulan duduk di kelas yang sama ini mencari Natasha. Mereka membawa kabar gembira untuk gurunya itu."Din, kamu ngeliat enggak sih, Bu Natasha?" Kanya bertanya pada sahabatnya itu.Dinda hanya mengangkat bahunya. "Aku nggak lihat. Dari tadi pagi juga enggak kelihatan Bu Natasha itu ada di mana," jawab Dinda."Ya udah kita cari lagi, Bu Natasha," ucap Kanya. Dinda pun mengangguk dengan ucapannya.Kedua gadis kecil itu pun melanjutkan pencarian dengan menyusuri lorong-lorong kelas, melihat setiap tempat yang di singgahi, dan bertanya kepada siapa saja yang mereka temui di jalan.Kedua netra Dinda dan Kanya langsung berbinar. Mereka melihat Natasha tengah keluar dari perpustakaan. Menenteng banyak koran di kedua tangannya."Itu, Bu Natasha, Nya," ucap Dinda sambil memandangi Natasha yang tengah keluar dari perpustakaan."Ayo kita samperin Bu Natasha, Din," ucap Kanya sem
Read more
Menyita Waktu
Perlahan Natasha mengetuk pintu ruang kepala sekolah. Ia lalu menanti jawaban dari dalam."Iya, masuk," kata Bu Wirda dari dalam. Natasha pun mengangguk.Ia lalu membuka pintu ruang kepala sekolah. Sudut matanya dapat melihat Bu Wirda sedang duduk di kursinya. Matanya sibuk menatap layar ponselnya.Natasha masuk perlahan. Dia lalu duduk di kursi yang disediakan oleh kepala sekolah. Kanya dan Dinda pun duduk di sebelah sang guru. Ada rasa deg-degan juga di diri keduanya.Sebab baru pertama kalinya keduanya menginjakkan kaki di ruangan yang tidak terlalu luas, tapi bersih ini. Ada banyak furnitur di ruangan ini saat keduanya memandangi sekeliling. Di dalam benak mereka ruangan kepala sekolah sudah seperti rumah sendiri.Berkas-berkas juga hampir tidak terlihat di meja Bu Wirda. Mereka berpikir bahwa berkas-berkas itu disimpan di dalam lemari atau tempat penyimpanan lainnya. Sehingga menimbulkan kesan rapi pada ruangan kepala sekolah. Dan tentu saja nyaman untuk di tempati.Bu Wirda lang
Read more
Pilihan Sulit
Sebelum sampai di perpustakaan, Kanya lalu menghentikan langkah Dinda. Mereka masih berada di lapangan bola dekat perpustakaan."Kamu yakin kalau kita bisa menang?" Kanya bertanya sambil menatap Dinda. Ia berusaha mencari jawabannya lewat sorot mata Dinda. Kanya sudah dapat menyimpulkan jawaban dari temannya itu."Apa kita tidak usah latihan saja? Palingan nanti hasilnya kita tidak akan berhasil mengalahkan SMP itu. Sekolah itu terlalu perfect untuk dikalahkan, Din," Kanya menambahi ucapanya. Membuat Dinda juga memikirkan hal yang sama dengan sang sahabat."Tapi kasihan, Bu Nata. Nanti kalau beliau dimarahi bu kepala sekolah bagaimana karena kita tidak juara satu?" Dinda bertanya kepada sahabatnya itu.Kanya nampak berpikir. Dinda juga tidak dapat berpikir lagi. Keduanya juga merasa kasihan apabila Natasha dimarahi oleh Bu Wirda karena tidak berhasil membawa piala juara itu.Lama mereka berhenti di lapangan bola. Matahari mulai menyengat. Sebab hari sudah mulai siang. Kedua sahabat i
Read more
Murid Nakal di Sekolah
Aji melihat ponselnya. Jam terakhir mengajar membuatnya mulai bosan. Aji melihat satu pesan dari istrinya masuk ke ponselnya. Ia pun membacanya sekilas. Lalu memasukkannya kembali ke dalam saku celananya.Ia menatap muridnya yang mulai membuka buku pelajaran sesuai instruksinya. Sebelum ulangan pada minggu depan, ia berniat untuk menyelesaikan pelajaran di bab itu. Kemudian membuat murid-murid bekerja dalam kelompoknya. Untuk melihat pemahaman setiap muridnya.Murid-murid di SMP Bakti Cahaya memang sudah terbiasa dengan pembelajaran bermodel proyek. Sejak kelas satu memang para guru selalu menekankan pembelajaran proyek. Sehingga sekolah itu menjadi salah satu sekolah negeri yang cukup diperhitungkan.Banyak orang tua yang menginginkan sang anak untuk bersekolah di sekolah itu. Selain fasilitasnya memadai, para guru juga aktif membimbing dalam pembelajaran.Saat sedang menuliskan sebuah tugas proyek di papan tulis, Aji mensengar suara berisik. Nampak di barisan paling belakang mulai b
Read more
Digoda Sang Kekasih
Aji membenahi buku-buku pegangannya. Semua muridnya di kelas sudah pulang semua. Hanya menyisakan dirinya seorang diri.Aji agak kesulitan menata buku-buku itu, sebab kaca matanya sudah copot oleh ulah muridnya. Matanya sedikit mengabur saat melihat tanpa bantuan kaca mata.Sehingga hal itu hanya membuat Aji memghembuskan napasnya kecewa. Aji menata buku-bukunya dengan perlahan. Setelahnya ia berjalan menuju keluar kelas. Namun, saat sampai si tengah ruangan, Aji terjatuh."Pantesan suaranya berisik banget. Ternyata kamu ya, Ji?" Ariani langsung masuk dan membantu kekasihnya memunguti buku-bukunya yang berserakan di lantai."Duh, iya nih. Soalnya tadi kaca mataku nggak sengaja kena tonjok, terus malah jadi copot," jawab Aji sambil mengambil bukunya dari tangan Ariani."Ya udah beli aja yang baru, Yang," ujar Ariani to the poin."Iya, abis ini aku juga mau beli lagi. Nggak enak juga kalau tanpa kaca mata. Pandangannya jadi enggak kelihatan jelas. Buram dikit gitu," ucap Aji sambil berd
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status