All Chapters of Hamil Tapi Perawan: Chapter 21 - Chapter 30
150 Chapters
Bab 21
"Bahu kamu," kata Tsabi menunjuk luka Shaka. Pria itu tidak merespon, membiarkan begitu saja malah mengangkat tubuh istrinya dalam gendongan. Melangkah cepat membawanya ke mobil. Selebihnya Tsabi hanya diam, tak menyangka pria dominan layaknya es balok itu bisa sekhawatir ini. Mungkin karena Tsabi tengah mengandung anaknya. Dalam gendongan Shaka, Tsabi justru menatap leluasa muka serius suaminya. Sementara Shaka sendiri terus berjalan fokus agar cepat sampai ke mobilnya. Pria itu membuka pintu dan menurunkan Tsabi di jok depan sebelah kemudi."Tiduran saja kalau sakit, kita akan ke rumah sakit dalam waktu kurang tiga puluh menit," kata Shaka lebih dulu mengatur tuas mobilnya agar istrinya lebih nyaman. Setelah memastikan Tsabi setengah merebah dengan posisi pas, baru menutup pintunya. Lalu ikut masuk mengemudi mobilnya sendiri. Apa maksud Shaka dalam waktu kurang dari setengah jam sampai di rumah sakit. Bukankah jarak yang ditempuh sudah cukup jauh. Apakah pria itu akan ngebut? Ter
Read more
Bab 22. Pelukan Hangat Pria Dingin
Seketika Tsabi terdiam mendengar ucapan Shaka yang memang benar adanya. Namun, tentu saja perempuan itu tak seberani apa yang dikatakan suaminya. Bagaimana mungkin dia berganti pakaiani di sana, sedang Shaka dan dirinya belum pernah kontak fisik secara terbuka. Selain malu, tentu Tsabi belum siap diwisuda oleh suaminya. "Apa perlu aku yang menggantikan pakaianmu?" kata pria itu menghampirinya. Seketika raut wajah Tsabi langsung menegang dengan degup jantung makin tak beraturan. Tsabi makin galau mendapati langkah Shaka mendekat. Jantungnya seperti berlomba dari tempatnya. Gegas perempuan itu hendak turun dari ranjang demi menghindari aksi nekat suaminya. Takut mengingat pria itu tipikal semau gue yang kadang membuat Tsabi bingung dibuatnya. "Tetap di ranjangmu Tsabi, atau suamimu akan murka!" seru Shaka membuat pergerakan Tsabi terhenti. Wajahnya makin pasi didekati suaminya. Menyorot dengan gugup. "Jangan menatapku seperti itu," protes Shaka sedikit membungkuk membenarkan posisi k
Read more
Bab 23
"Kenapa tidur di sini?" protes Tsabi pagi-pagi sudah dibuat senam jantung. "Bukankah kita sudah biasa tidur seranjang? Satu selimut, terus apa bedanya dengan sekarang," sahut Shaka santai. "Ranjang ini terlalu sempit, seharusnya yang waras minggir," ucap perempuan itu kesal. "Aku akan tidur di mana pun yang membuatku nyaman. Tidak ada yang terjadi dari semalam, tidak usah seheboh ini." Shaka turun dari kasur dengan santai, menuju kamar mandi. Sementara Tsabi hanya menggeleng kesal sebagai jawaban. Memang benar tidak ada yang terjadi, terus bagaimana ceritanya memeluk tanpa permisi. Semakin membuat Tsabi jengkel saja. Pria itu keluar dengan muka basah, menyorot dingin perempuan bermata bening itu. "Aku akan mengirimmu ke rumah sakit besar, jangan pernah berpikir untuk kabur lagi atau kamu akan mengalami nasib lebih tragis dari pada ini," kata Shaka serius. Kesal sekali mengingat kemarin. Beruntung tidak terjadi apa pun yang cukup serius. "Aku mau pulang," kata Tsabi tidak merasa
Read more
Bab 24 Menjadi Istri Sepenuhnya
"Atas dasar alasan apa kamu meminta cerai dari suamimu, Tsabi?" tanya Shaka serius. Sudah berapa banyak kata itu diucapkan istrinya. Membuat Shaka makin gemas saja. "Kurasa kamu paham, dari mana memulai pernikahan ini bukan dari sesuatu yang makruf. Bahkan menipuku dan keluargaku, jadi itu sangat beralasan," jawab Tsabi tenang. Menikah dengan Shaka seperti mimpi buruk baginya. Impian untuk membina keluarga bahagia yang sakinah, mawadah, dan warohmah seakan sirna dari bayangan. "Sayangnya tidak sepenuhnya benar, karena aku berikrar sungguh-sungguh," jawab Shaka jelas tidak bisa memenuhi permintaan Tsabi. Dia melalui banyak hal yang tak mudah. Pergulatan batin dan resiko hingga sampai di titik ini. Demi memperjuangkan darah keturunannya yang bersarang di rahimnya. Shaka memang mengawalinya karena ada anak di dalam rahim Tsabi karena sebuah kelalaian. Namun, bukankah itu semua atas dasar campur tangan Tuhan yang mutlak dan sudah digariskan. Kenapa istrinya yang paham agama itu susah s
Read more
Bab 25 Lingerie Seksi
Tsabi langsung menoleh dengan wajah pucat melihat suaminya masuk kamar. Takut kalau pria itu murka mengingat dirinya belum mengganti pakaian dinasnya. "Baru pulang Mas?" sapa perempuan itu dengan grogi. Mau tidak mau harus menyambutnya penuh senyuman. "Hmm ...," jawab Shaka dengan gumaman. Mengendurkan dasinya yang terasa sesak. Melepas jam tangan dan mengeluarkan ponsel dari sakunya, lalu melempar ke kasur. Pria itu melepas dasinya sembari menatap Tsabi yang terlihat sibuk sendiri. Menggulung lengan kemejanya dengan tatapan dalam. "Aku siapin airnya dulu," ucap Tsabi beranjak. Tahu betul kalau suaminya butuh bersih-bersih. Shaka tidak menyahut, beranjak masuk ke kamar mandi begitu saja tanpa kompromi. Bahkan melepas pakaiannya satu persatu tanpa canggung mengingat Tsabi masih di dalam sana. "Mas, aku keluar dulu," kata perempuan itu dengan grogi. Bagaimana tidak suaminya itu tanpa basa-basi main menanggalkan pakaiannya tanpa permisi. "Temani aku di sini," kata Shaka membuat Ts
Read more
Bab 26 Ritual Malam Yang Menegangkan
Tsabi hanya bisa memejam merasakan setiap jengkal napas suaminya menyusuri leher jenjangnya. Cumbuan basah itu membuat sensasi panas di antara keduanya makin menggelora. Memaksakan mulut mungil itu mengeluarkan desahan yang menggelikan. Rasanya pikiran dan hatinya ingin menolak, tetapi tubuh itu seakan menerima dengan begitu lepas. Merasakan sensasi yang baru pertama didapat. Membawa dalam ribuan angan dengan menekan sejuta rasa perasaan. Ia menggigit bibirnya kuat saat pria itu mulai menjelajah alam cinta di tempat yang lebih dalam. Memberikan jejak berkerlipan di bagian tubuh yang mana pun pria itu sukai. Memberikan tanda kepemilikannya di sana sini. Menyusuri tempat tersembunyi yang sebelumnya tertutup rapat belum pernah terjamah sama sekali. Dijamin masih ori. "Engh ... sshhtt ...." Tsabi mendesah plus mendesis secara bersamaan. Ia memberi jarak saat sesuatu yang tak terduga membuatnya tidak nyaman sama sekali. Mendorong dada bidang suaminya agar menjauh dari atas tubuhnya. Sh
Read more
Bab 27 Sisi Lain Arshaka
"Untuk apa kamu di sini, biar Bik Lusi yang mengerjakan Tsabi," kata pria itu tak suka. "Tapi Mas, aku hanya membuat cemilan. Apa itu salah?" sahut perempuan itu bingung sendiri. Apanya yang salah, dia bahkan tidak mengerjakan sesuatu yang berlebihan. "Biarkan orang lain yang mengerjakan, untuk apa kamu repot sendiri," omel Shaka perhatian. Namun, kadang Tsabi dibuat tidak mengerti dengan sikapnya yang dingin dan aneh ini. Mengerjakan apa pun tak boleh, keluar rumah tak boleh. Hidup juga perlu bersosialisasi, tetapi nampaknya itu tidak berlaku untuk Shaka. "Biar saya saja Non," ujar Bik Lusi mengambil alih sebelum tuannya bertambah murka. Tsabi mencuci tangannya lalu beranjak dari dapur. Selera makannya tiba-tiba menghilang gegara teguran Shaka. "Ini tu setengah malam, kamu bisa meminta tolong lewat panggilan telpon daripada keluar kamar," ujar pria itu sembari berjalan ke arah kamar. "Nggak jadi, udah nggak lapar," sahut Tsabi kesal. Apanya yang salah, hanya aktivitas kecil yan
Read more
Bab 28
Tsabi mundur teratur seiring langkah kaki Shaka makin mendekat. Menatap tajam penuh intimidasi. "Jangan pernah menyentuh barang-barangku di kamar ini tanpa diminta, ngerti!" tekan Shaka galak. Padahal Tsabi hanya berniat menyinggahi saja, nyatanya dibuat shock atas perlakuannya. Apa jadinya kalau benar membuka ponsel itu, mungkin Shaka benar-benar akan melahapnya. Perempuan itu mengangguk ketakutan, tak menyangka respon Shaka semengerikan ini. Jujur perempuan itu makin penasaran dengan isi ponselnya yang tidak boleh tersentuh itu. Perempuan itu baru menghela napas lega saat Shaka memberi jarak. Beranjak dengan wajah kesal. Lebih dulu berbalik sebelum sempat mencapai pintu. "Jangan ke mana-mana!" katanya tegas. Menyorotnya tajam. "Tapi Mas, bukannya tadi katanya boleh, kok sekarang beda lagi. Aku sudah mengabari ummi kalau mau datang, beliau pasti sudah menunggu," balas Tsabi mengutarakan pembelaan hatinya. Dia bahkan sudah sangat senang diberi izin walau hanya satu hari. "Tadinya
Read more
Bab 29 Melepas Rindu
"Pak, ikuti mobil di depannya!" titah Tsabi cukup penasaran. Namun, ada keraguan yang melanda. Bukankah Shaka sekarang tengah ke luar kota, atau pria itu hanya berpura-pura. "Siap Non," jawab sang driver mengiyakan. Selama ini Tsabi buta akan semua tentang Shaka, bahkan pria itu datang begitu tiba-tiba. Terlebih kebiasaannya yang selalu ngilang malam hari, membuat Tsabi menaruh curiga. Mana ada pekerjaan kantoran yang berangkat malam pulang pagi. Sangat tidak wajar pada umumnya. Mobil terus melaju membelah jalanan. Mengikuti mobil gadis yang sepertinya paham akan sosok pria dewasa yang kini berstatus sebagai suaminya itu. Mobil itu turun di depan sebuah bangunan yang cukup asing bagi Tsabi. Mungkin dia belum pernah menjamah kawasan tersebut. "Turun di sini Non?" tanya Pak Supir menginterupsi. "Iya, bentar ya Pak, tunggu dulu, jangan ke mana-mana saya hanya sebentar," pesan Tsabi turun dari mobil. Mendekati perempuan yang baru saja keluar dari mobilnya. "Tempat apa ini?" tanya T
Read more
Bab 30 Tsabi Murka
Tsabi terperangah mendapati suaminya menyusul. Bukankah Shaka di luar kota, atau jangan-jangan benar kalau pria itu hanya berkamuflase saja. "Assalamu'alaikum .... " Suara salam itu menggema di seluruh ruangan. "Waalaikumsalam ...," jawab Tsabi dan anggota keluarga lainnya. Tsabi hendak pamit saat Shaka datang. Membuatnya agak bingung dengan kemunculannya yang tiba-tiba tanpa berkabar. "Maaf Ummi, Abi, baru bisa berkunjung hari ini," ucap pria itu dengan oleh-oleh di tangannya. "Tak mengapa, kami tahu kamu sibuk. Tsabi, buatkan minum untuk suamimu, Nak!" titah Ummi Shali menginterupsi. Tsabi langsung beranjak ke dapur. Menyeduh kopi request ibunya. Tentu saja diperuntukkan untuk suami misteriusnya itu. "Minum Mas!" kata perempuan itu menaruhnya tepat di hadapan Shaka. Tak terbesit di pikiranya kalau pria itu akan menyusul. Padahal dia sudah merencanakan hal lain yang terancam gagal. "Terima kasih sayang," ucap pria itu terdengar menggelikan. Ini adalah panggilan langka, tetapi
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status