Semua Bab Jerat Pesona Ayah Anakku: Bab 11 - Bab 20
119 Bab
Larangan dan Rindu
Larangan Avaline, bukan berarti apa-apa untuk Barra. Larangan tersebut bagai angin lalu yang sama sekali tak dihiraukannya. Di mana hal itu langsung terbukti setelah Barra menyelesaikan setumpuk pekerjaannya di kantor. Meski waktu hampir menunjukkan tengah malam, Barra tetap memacu kendaraannya. Ia terlihat masih bersemangat, dengan mengabaikan rasa lelah yang sempat bergelayut. Hingga langsung tersenyum, kala mendapati dua sosok yang sempat sangat dirindukan tengah tertidur dengan pulas di atas ranjang."Hufftt! Aneh! Kenapa aku bisa merasa setenang ini saat melihat mereka berdua terlelap? Rasanya sudah lama sekali aku tidak merasakan perasaan ini!"Barra bertanya-tanya di dalam hati, sambil mengusap pelan rambut ikal Arka. Ia menyempatkan diri untuk memberikan sebuah kecupan singkat di sana, sambil kembali memperhatikan sosok yang entah kenapa mampu membuat hatinya merasa damai itu.Meski Barra belum tahu siapa sosok ayah kandung Arka yang sebenarnya, akan tetapi entah kenapa ia se
Baca selengkapnya
Dekapan Hangat di Malam Hari
"Apa?! Model cilik?"Kara tak sadar memekik kencang, kala mendengar tawaran yang tak terduga dari mulut Barra. Ia benar-benar tak habis pikir dengan pria itu, karena bisa-bisanya Barra dengan yakin menjadikan anak lelakinya sebagai model cilik tanpa izin darinya.Bukankah seharusnya pria itu harus bertanya dan meminta izin lebih dulu padanya? Bukan dengan cara yang tiba-tiba menawarkan dirinya sebagai manajer pribadi untuk Arka seperti saat ini.Oh, astaga! Berbicara dengan Barra memang selalu berhasil membuat kepala Kara berdenyut pusing!"Iya, Kara! Aku yakin Arka pasti akan menyukainya kok," sahut Barra enteng, seolah tak menyadari raut kusut yang sudah tergambar jelas di wajah cantik Kara.Dengan memijat kepalanya pelan, Kara bersandar sesaat. Di dalam diamnya, Kara berusaha mencari kata-kata yang tepat agar Barra bisa kembali menimbang keputusan sepihaknya yang tiba-tiba ingin menjadikan Arka seorang model cilik.Menjadi seorang model, memanglah bukan hal yang negatif. Akan tetap
Baca selengkapnya
Ikatan Batin
"Huwaa! Bunda! Arka mau mainan yang kemarin!"Pagi ini keributan mulai terjadi di saat Arka terbangun dan menangis ketika menyadari tempelan kulkas yang sempat dimainkannya semalam tak ada. Anak kecil itu terus saja tak berhenti meraung, sebelum melihat benda yang ia inginkan.Kara sudah berusaha mencarinya, karena barangkali mungkin benda itu terjatuh di kolong kasur atau sela-selanya. Namun sayang, hal itu belum juga membuahkan hasil. Entah ke mana benda kecil itu sekarang, sehingga saat ini Arka masih saja menangis dengan piyama tidur bergambar dinosaurus yang baru saja digantinya.Sementara penampilan Kara, tolong jangan ditanyakan lagi. Rambutnya masih kusut seperti layaknya orang yang baru bangun tidur, baju kaos kebesaran yang tengah digunakannya itu juga sudah basah berkat air mata Arka. Dan tak hanya itu saja, dua tangannya sibuk memegangi setumpuk seprai, selimut dan juga pakaian Arka karena semalam anak lelakinya tersebut mengompol lagi.
Baca selengkapnya
Siapa yang Paling Tampan?
"Huh, kenapa semuanya bisa sangat pas seperti ini?"Selepas membersihkan diri, Kara terpaku menatap dirinya sendiri dari balik pantulan kaca cermin. Ia terdiam cukup lama di sana, sambil mengamati sebuah dress cantik berlengan panjang bewarna coklat yang mempunyai sebuah tali pita yang melilit pinggang rampingnya.Pakaian yang dikenakan Kara saat ini adalah pakaian yang tadi sempat Barra maksud. Pria itu seolah bercanda dengan permintaan maafnya, karena pada kenyataan semua yang diberikannya sangat pas dan cocok di tubuhnya.Mulai dari pakaian cantik yang telah dikenakan Kara, sampai ke dalamannya sekali pun. Kara sampai sempat meringis malu, karena ternyata Barra sangat mengetahui ukuran dari segala macam pakaiannya.Tokk! Tokk! Tokkk!"Bunda! Kenapa Bunda lama sekali mandinya? Ayo, Bunda! Kita sarapan bersama! Arka sudah membuatkan roti selai coklat untuk Bunda!" teriak Arka dari kejauhan, hingga langsung membuat Kara tersadar.Dengan cepat wanita itu segera bergegas dari kamar mand
Baca selengkapnya
Tak Sesuai Rencana
Kara sedikit mengerenyit, karena tak begitu mengerti dengan ucapan Barra. Sementara Barra, pria itu langsung beranjak pergi begitu saja setelahnya. Nampaknya Barra tak mau membuang-buang waktunya lagi, karena tidak mau kembali menerima amarah dari Avaline sang ibu kandung."Baik, kalau begitu berarti tinggal kita persiapkan semuanya saja! Dan untuk masalah izin, ayah saya sudah menyetujui semuanya. Beliau sama sekali tidak merasa keberatan, meski belum bisa datang ke kantor ini langsung karena alasan kesehatannya," jelas Barra pada sekretarisnya dengan serius.Setelah menjelaskan semua kelanjutan tentang rapat via teleponnya kemarin bersama sang ayah pada sekretaris, Barra langsung melanjutkan rencananya yang lain. Ia segera pergi keluar untuk mencoba menghubungi mommy-nya untuk membahas urusan model, hingga setelah telepon itu tersambung salah satu telinganya mendengar suara sayup-sayup telepon dari arah lain."Akhh, sial! Kenapa jadi seperti in
Baca selengkapnya
Ketakutan Kara
"Hey, Anak Manis! Siapa namamu?"Kini Avaline mulai menyapa sesosok anak kecil yang telah lebih dulu berada di ruangan Barra, setelah berhasil memberikan ruang untuk anak lelakinya itu berkenalan dengan seorang wanita pilihannya. Ia sedikit menunduk menatap anak kecil itu dengan saksama, dan mengusap rambutnya dengan gemas karena tiba-tiba saja teringat dengan seseorang."Halo, Ne—""Oma! Panggil saja Oma Avaline!" potong ibu kandungnya Barra itu membenarkan, seraya tersenyum sesaat.Selama beberapa detik Avaline semakin dibuat terkagum-kagum dengan sosok mungil yang telah dibawa anaknya. Tatapan matanya, benar-benar hampir terlihat sama dengan anak lelakinya. Bahkan ia sampai merasa persis tengah berhadapan dengan Barra kecil saat ini."Oma Av... Avlin?" ucap Arka yang terlihat sangat kesulitan menyebut nama itu.Avaline sampai tertawa mendengarnya. "Ya, kalau terlalu sulit panggil oma saja! Oma mommy-nya Om Barra! Kau kenal 'kan?""Mommy? Mommy-nya Om Baik?" tanya Arka dengan dua ma
Baca selengkapnya
Haruskah Aku Mundur?
"Mommy suka anak itu, Barra! Anak itu cukup menarik perhatian, dan membuat siapa saja orang yang melihatnya menjadi merasa gemas! Tapi yang jadi pertanyaan mommy, ke mana orang tuanya? Arka tadi juga terlihat sangat kebingungan ketika mommy tanya di mana ayah atau ibunya. Apa mereka tidak benar-benar serius ingin bekerja sama dengan kita?"Barra yang tadinya tersenyum, seketika jadi gugup dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia meringis di dalam hati, tepat setelah mendengar ucapan terakhir sang ibu padanya."Heumm, Mom. Aku rasa bukan karena mereka tidak serius. Tadi memang ada suatu alasan yang cukup penting dan mendesak, sehingga bundanya Arka terpaksa meninggalkan Arka di sini bersama denganku. Kalau Mommy mau bertemu dengannya mungkin Mommy bisa menunggu?""Menunggu?" Avaline langsung menekuk dahinya. "Tidak! Tidak bisa, Barra! Sehabis ini Mommy mau pergi bersama Clarissa. Dia sudah mengajak mommy ke suatu tempat!""Hufftt!" Barra menghela napas dalam hati.Barra sedikit me
Baca selengkapnya
Permohonan Barra
"Barra ...."Kara terpaksa lebih dulu memberikan jarak, setelah merasa tak mampu menahan gejolak aneh yang tiba-tiba muncul di hatinya. Wanita itu kini tak berani lagi menatap langsung kedua netra coklat milik Barra, seiring dengan degup jantung yang semakin berdetak cepat."Kara, maafkan aku!" Barra meraih cepat kedua tangan Kara yang ada di hadapannya, dengan kedua netra tajamnya yang terlihat begitu memohon. "Kau tidak perlu menghindariku seperti ini, aku—""Aku tidak menghindar darimu, Barra. Aku hanya berperilaku seperti biasa," kilah Kara pelan seraya beranjak menjauh.Barra mengusap wajahnya gusar. Ia tentu tak bisa terus merasa seperti ini, sehingga langsung memutuskan untuk membututi wanita itu ke arah dapur.Di sepanjang harinya tadi, Barra memang terus kepikiran dengan Kara. Ia terus saja terbayang-bayang dengan perubahan sikap ibu satu anak itu, sehingga hampir membuat beberapa pekerjaannya tadi di kantor menjadi kacau.
Baca selengkapnya
Saling Memantapkan Hati
"Tapi Barra, ibumu pasti akan sangat marah karena kau lebih memilih wanita sepertiku. Ibumu pasti ingin melihatmu bersanding dengan wanita terbaik pilihannya, bukan aku." Kara kembali menunduk, sambil menatap dua tangan kekar Barra yang terus menggenggam erat tangannya. Takut, itulah yang tengah dirasakan oleh Kara saat ini. Kara takut jika di kemudian hari ia merasa menyesal dan sakit hati, karena telah nekat memutuskan untuk tetap bertahan dengan seorang Barra yang mana kehidupannya sudah terlihat sangat berbanding jauh terbalik dengannya."Aku akan merubah pikiran dan keputusannya, Kara! Aku akan terus berusaha membujuk, sampai ibuku mau memahami keinginanku dan menerima kehadiranmu dan juga Arka!" tukas Barra cepat seraya membuat kembali wanita itu kembali menatap ke arahnya."Kenapa kau bisa sangat yakin seperti itu, Barra? Bukankah kau belum tahu siapa ayah kandung Arka yang sebenarnya? Bagaimana ka—""Aku sudah tidak peduli lagi dengan masalah itu, Kara!" potong Barra kembali
Baca selengkapnya
Pemotretan Pertama Arka
"Ya ampun, Astaga!"Kara hampir saja berteriak kencang, ketika menyadari Barra yang ternyata tidur tak jauh dari sisinya. Pria itu ada di sebelah Arka yang masih terlelap, dengan salah satu tangan yang tengah dipeluk erat oleh anak lelakinya.Yang menjadi pertanyaan Kara, kapan Barra pindah tidur ke kamar ini? Seingat Kara tadi malam ia sendiri yang sudah menyiapkan selimut dan bantal untuk pria itu, dan kembali ke kamar seorang diri untuk menenangkan Arka yang baru menangis."Jangan terkejut, aku semalam ke sini untuk menenangkan Arka karena semalam dia sempat menangis terbangun lagi," jelas Barra seolah bisa menebak pikiran Kara."Menangis lagi? Tapi aku tetap tertidur?" tanya Kara sedikit tak begitu percaya.Sebenarnya bukan bermaksud menuduh Barra berbohong, akan tetapi hanya saja Kara merasa tak menyangka jika dirinya bisa tidak menyadari tangisan Arka. Biasanya, Kara selalu terbangun tepat setelah mendengar suara atau pun tangisan a
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status