All Chapters of Menjadi Tawanan Mafia: Chapter 21 - Chapter 30
156 Chapters
Marah
Selena terkejut saat Damian menarik tangannya dengan kasar dan menyeretnya ke kamar. Selena langsung menatap ke arah Rose, Selena benar-benar tak tahu apa yang terjadi saat ini, dan tatapannya seolah mengisyaratkan pertolongan pada Rose karena sikap kasar Damian ini pasti tidak akan berhenti sampai situ saja, yang pastinya akan berlanjut lebih kasar. “Tuan!” Rose memekik kaget dan dia menatap Selena dengan tatapan kasihan padanya. Damian berhenti dan menatap Rose, terlihat dari ekspresinya jika dia sedang marah saat ini. “Ada apa ini? Apa yang terjadi? Apakah terjadi sesuatu?” tanya Rose. “Itu bukan urusanmu, kau tahu itu, kan?” Damian menatap Rose balik dengan datar. “Tapi... kau bersikap aneh. Kenapa kau bersikap seperti itu padanya?” Rose sendiri kelihatannya gemetar, karena ini setelah sekian lama dia melihat Damian sedang dalam keadaan marah. “Kenapa? Kau kasihan padanya? Aku memintamu untuk bergaul dengannya bukan unt
Read more
Merry
Damian melirik ke arah Merry yang membuka pintu dan menatapnya dengan tatapan yang berapi-api. Benar, wanita itu cemburu mendapati Damian meniduri seorang perempuan lain. “Apa yang kau lakukan di sini?” Merry menatap Damian dengan marah. Damian tak menanggapinya untuk beberapa saat dan menyesap rokoknya dengan tenang. Damian melirik ke arah Selena yang mengubah posisi tidurnya, mungkin karena merasa tidak nyaman atau terganggu dengan suara nyaring Merry yang memekikkan telinga. “Kau bilang kau tidak akan menidurinya!” bentak Merry, terlihat dia sangat cemburu. “Kapan aku bilang begitu?” Damian menghela nafasnya panjang, suasana hatinya baru saja membaik, namun sekarang suasana hatinya dibuat suram lagi oleh wanita yang sedang marah. Damian mendapati Selena yang agak menggigil karena balkonnya dibuka. Damian bangkit dan mematikan rokoknya, lalu berdiam diri sejenak di balkon yang sengaja dia buka agar asap rokok tidak mengendap di kam
Read more
Berendam Bersama
“Hey! Kau ini cabul apa bagaimana?! Bagaimana bisa kau menyuruhku untuk melihat tonjolan itu?!” “Kau melihatnya, kan? Kau ini cabul atau bagaimana...” “Jangan membalasku seperti itu!” “Kau lupa siapa aku? Aku yang memberikanmu tempat tidur yang nyaman seperti ini. Aku yang memberimu makan tiga kali sehari beberapa hari ini.” “Dan kau yang memperkosaku beberapa hari ini, itu sebanding benar-benar tidak sebanding dengan apa yang berikan, tahu! Kau tahu apa yang kau rebut dariku yang tidak ada harganya?!” Selena dan Damian cekcok pagi itu. Selena meneriaki Damian, sementara Damian bicara dengan santai dan dingin, dia terdengar malas untuk membalas Selena namun sepertinya menikmati suasana yang terjadi pagi itu. Baginya, Selena seperti mana baru yang menyenangkan.“Oh, ya? Apa itu?” Damian menatapi Selena, melihatnya dari atas ke bawah dengan gaun malam yang dia gunakan itu, satin berwarna peach itu sangat cocok dengan warna kul
Read more
Selir VS Tawanan
“Kau mau berkeliling?” tanya Rose sambil membawa Selena keluar dari kamarnya. Selena keluar dari kamarnya, dia tak seperti tawanan sekarang jika Rose mengajaknya berkeliling. Belum lagi, dia menggunakan pakaian yang sangat nyaman, dan terlihat elegan. Dia benar-benar tak percaya dengan apa yang dipakaikan pelayan untuknya.Begitu keluar kamar, Selena sedikit ragu. Apakah dia diperbolehkan atau tidak untuk berkeliling. Bukankah jika berkeliling, dia akan tahu letak atau denah rumah itu dan membuatnya mudah kabur. Namun, karena Rose yang mengajaknya berjalan-jalan, dia tak bisa menolak. Toh, jika Rose yang memperlakukannya dengan baik, dia tak akan kabur. Karena jika kabur, jelas jika Rose akan mendapatkan masalah. Sebagai orang yang lebih sering diperlakukan dengan buruk, Selena terhanyut dengan mudah atas kebaikan Rose padanya. Mereka berkeliling, layaknya dua sahabat yang akrab. Dan Cassy awalnya tak ingin ikut serta, namun karena ajakan Rose,
Read more
Mainan
“Bagaimana harimu?” “Ya?” Selena menatap Damian dengan bingung karena pertanyaan Damian. “Kau mendengarnya dengan jelas.” “Ah, iya. Hariku... sedikit buruk, tapi bukan masalah besar,” jawab Selena seadanya. Damian menatapi Selena yang duduk di dekat jendela sambil menatap ke luar jendela. Angin malam masuk ke kamar itu dan menghembuskan rambut Selena. Selena menikmati pemandangan malam itu. Dan Damian yang sedang mengerjakan sesuatu di laptopnya memperhatikannya dari sudut mata. Matanya beralih ke laptop dengan halus saat Selena menoleh ke arahnya. “Bagaimana... denganmu?” Selena bertanya dengan sedikit ragu. Sikap Damian lebih lembut, bahkan hingga bertanya kabarnya. Dan bagi Selena, sosok manusia yang baik selalu membuatnya ingin bersikap baik padanya juga. Selena bahkan lupa kapan terakhir kali seseorang menanyakan bagaimana harinya. Terlepas sikap Damian selama ini padanya, tindakannya, kekejamannya.
Read more
Bayang-bayang
“Bagaimana kabarmu?” Damian membuka kamar Merry dan mendapati Merry yang sedang melepaskan pakaiannya saat itu. Merry sedikit terkejut akan kedatangan Damian. Namun, wajahnya terlihat lebih berseri begitu melihat Damian masuk ke kamarnya. Dia tentu senang melihat pria itu sekarang mendekat. “Oh, hai... Aku baik-baik saja. Apa yang membawamu ke sini?” Merry tersenyum lebar. “Hanya ingin memastikan kabarmu. Kau tidak kelelahan? Belakangan ini kau sering pulang telat juga. Apa bebanmu untuk pesta ulang tahun terlalu berat?” Damian mendekatinya. Damian berdiri tepat di belakang Merry. Menaruh kedua tangannya di lengan Merry. Merry menahan pakaiannya yang belum terbuka sepenuhnya agar tidak jatuh. Namun dia tidak melarang Damian menyentuhnya. Dia malah senang dengan bagaimana Damian mendekat dan menyentuhnya. “Tidak, aku hanya ingin agar tahun ini tetap seperti tahun-tahun sebelumnya, atau justru lebih baik. Aku tidak mau mengacaukan sedi
Read more
Menjauh
“Mungkin kau harus menaruh Selena di ruang bawah seperti tawananmu atau tahananmu yang lainnya. Aku enggan melihatnya berada di lorong yang sama dan kamarku berdekatan dengannya,” pinta Merry, suaranya terdengar tak memaksa dan justru terlihat memohon. “Kau dan yang lain cemburu?” Damian tertarik. “Siapa yang tak cemburu saat melihat orang yang dicintai menaruh perhatian berlebih pada orang lain dan perhatian pada diri kita sendiri menjadi kurang?” balas Merry. “Lalu, apa kau cemburu jika aku menyentuh salah satu dari selirku itu?” Damian mengangkat alisnya, menggodanya. “Tentu saja aku cemburu juga. Namun, itu lebih baik dari pada Selena. Selena sangat asing di sini. Berbeda dengan yang lain. Yang lain mungkin merasakan hal yang sama denganku.” Damian terdiam sejenak. Dia memikirkan perkataan Merry. Benar adanya, semua orang bisa salah paham tentangnya. Namun, terlepas dari fakta bahwa dia menyenangi Selena sebagai mainan, karena me
Read more
Playful
Selena menatapi sarapannya, kali ini dia tak lagi berselera memakan makanan itu. Dia membiarkan piringnya penuh hingga pelayan kembali dan menatapi piringnya yang masih utuh. Pelayan tentunya kebingungan, biasanya Selena akan menghabiskannya tanpa tersisa, dan bahkan meminta tambahan untuk dessert. Dia ingat betul jika Selena sangat menghargai makanan. “Anda belum menyentuhnya sama sekali hari ini,” ucapnya. “Aku tidak nafsu makan. Kau bisa memakannya, jika mau. Tapi, itu sudah dingin. Sebenarnya makanan hangat yang sudah ada di suhu ruang bukan masalah. Tapi jika kau terbiasa makan dalam keadaan hangat, kau bisa membiarkannya,” jawab Selena. “Aku sudah makan, aku mendapatkan makanan yang baik juga. Jika memang tidak dimakan, maka akan dibuang,” balas pelayan seraya mendekat dan mengambil piring Selena. Selena menatapi pelayan itu dengan sedikit ragu. Ada banyak yang ingin dia tanyakan, yang sebenarnya bisa dia tanyakan pada Rose. Namun, kelih
Read more
Pemaksaan
Selena dijepit Damian ke kasurnya, dengan hanya setengah tubuhnya yang berada di atas kasur. Kakinya berdiri tegak, diimpit juga oleh kaki Damian. Yang mana membuat Selena melebarkan matanya terkejut akan tindakan yang dilakukan Damian secara tiba-tiba. “A-apa yang kau lakukan?!” pekik Selena seraya berusaha memberontak dari Damian. Damian memegangi kedua tangan Selena tepat di belakang punggung Selena dengan satu tangannya. Tangannya yang lain menahan kepala Selena agar tidak bisa bergerak juga. Dia menatapi Selena sambil tersenyum puas. Entah kenapa dia sangat suka dengan mangsa yang pemberani namun sebenarnya lemah. Dia puas melihat keberaniannya hilang. “Aku akan memberimu makan.” Damian mengambil piring yang masih berada di nakas dekat kasur.“Sudah kubilang aku tidak nafsu makan, aku tidak mau!” bantah Selena. “Sejak awal, kau itu sangat suka membantah, ya? Kau suka melawan dan kau sangat suka memberontak. Apa karena sebelumnya
Read more
Raguano
“Di mana ini...” Selena menatap langit-langit kamar yang terasa sangat familier baginya. Ditatapnya lama dan kemudian dia terperanjat kaget begitu menyadari itu kamarnya sendiri di sebuah rumah sewa. Dia melirik ke kanan dan ke kiri, mendudukkan dirinya dalam keadaan bingung. Dia menghela nafasnya, entah kenapa untuk beberapa saat hatinya terasa senang. “Apa-apaan semua ini? Axel?” Selena mengernyitkan dahinya dan melirik ke arah pintu kamar. Selena buru-buru keluar dari kamarnya yang mungil itu. Dan menatapi rumahnya dalam keadaan berantakan. Dia ingat pasti ini semua terjadi karena dia bertengkar dengan Axel sebelumnya dan berakhir dengan Axel yang memutuskannya. Selena menghela nafasnya.“Dia benar-benar pergi. Apa bersama dengan gadis itu?” pikirnya. Selena hendak keluar dari rumahnya untuk menghirup udara segar. Dia melirik jam dan itu menunjukkan pagi, namun tak diketahui jam berapa itu terjadi. Selena mendekati pintu rumahnya d
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status