All Chapters of Menjadi Tawanan Mafia: Chapter 41 - Chapter 50
156 Chapters
Kesempatan dalam Kesempitan
Helikopter Saga Corporation pada akhirnya bisa ditumbangkan oleh helikopter dengan logo H tersebut. Yang akhirnya bisa membuat Jovan dan rekan-rekannya bergerak menuju ke markas mereka, dengan diikuti oleh helikopter logo H tersebut. Mereka bersorak kegirangan atas bantuan yang mendadak itu, di mana mereka merasa sangat terbantu. “Bertahanlah sebentar lagi, Selena. Kau akan mendapatkan perawatan sehabis ini,” ucap Jovan sambil menatap Selena yang tetap memejamkan matanya di sana. “Dia terlihat sangat pucat. Kondisi tubuhnya memang seburuk itu?” tanya rekannya. “Ya, Damian pria yang sangat kejam untuknya.” Mata Jovan terlihat lebih gelap begitu menyebutkan nama yang kelihatannya teramat sangat dia benci saat itu. *** Di sisi lainnya, Damian membantingkan senjata yang dia pegang. Damian menolak pinggangnya sambil mendengus kesal. Nafasnya terdengar sangat berat dan anak buahnya sekarang hanya bisa tertunduk saat Damian sedang dilanda e
Read more
Keadaan yang Berbalik
Jovan menatap Selena yang berkeringat dingin di sana. Dia mendesah pelan, cukup putus asa atas apa yang terjadi secara tiba-tiba. Perubahan atmosfer yang terlalu cepat membuatnya sulit mengambil keputusan dengan cepat dan memikirkan hal yang mungkin menguntungkan. Rekannya satu telah tewas dan dia bersama rekannya yang tersisa sekarang terpojok di dalam helikopter yang sudah dihentikan. Dan derap langkah yang terdengar hati-hati dan bersamaan itu mendekat, musuh sekarang berusaha semakin menyudutkan mereka. Karena yang mereka inginkan mungkin Selena, Jovan sekarang hanya bisa menatap Selena beberapa saat. Saat Selena menatapnya juga dengan kebingungan atas situasi yang terjadi saat itu, sekaligus takut akan apa yang dia hadapi. Tak pernah terbersit di pikirannya dia akan menghadapi situasi seperti ini. Sejak diculik dan ditahan Damian, kehidupan normalnya telah lenyap. “Hey...” panggil Jovan pelan. “Mm?” Selena bergumam dan menatap Jovan yang
Read more
Negosiasi
Harvest terkekeh. Dia jelas-jelas menikmati sosok Damian yang kelihatannya sedang terganggu akibat ketidakhadiran Selena. Selena yang ada bersamanya ini malah terlihat seperti kelemahan baru bagi Damian. Damian mudah terpengaruh dengan kehadiran dan ketidakhadirannya. “Bagaimana jika aku tidak mau?” Harvest mengangkat satu alisnya, seolah menantangnya. Damian menatapnya dengan marah. Secepat kilat dia berpindah tempat dan berdiri tepat di hadapan Harvest. Yang mana Damian langsung mencengkeram kerah baju kemeja Harvest dan membuat Harvest harus menengadah karena kerah pakaiannya ditarik dan dia mulai tercekik. Namun, meski sedikit panik, dia berusaha tenang dan menunjukkan seringainya. “Jangan bersikap seperti ini, Damian. Kenapa kau begitu terpengaruh oleh gadis itu? Kau mencintainya? Kau jatuh cinta pada mainan yang kau pungut dari jalanan?” Harvest seolah memanfaatkan kejadian itu untuk mengejek Damian. “Kau tahu dengan pasti jika dia adala
Read more
Tempat Baru
Selena mengerjapkan matanya. Setelah beberapa waktu dia tertidur secara paksa karena efek cairan yang diberikan perawat padanya, akhirnya dia kembali sadar. Selena menatapi ruang rawat yang membuatnya merasa tenang jika memang berada di tempat seperti rumah sakit. Karena tubuhnya terasa pegal, Selena hendak menggerakkan tubuhnya, namun dia menyadari jika tangannya tak bisa bergerak bebas. Satu tangannya menyingkap selimut yang dia gunakan, dan benar saja. Tangan kirinya diborgol ke brankar yang dia tiduri. Pantas saja dia merasa bahunya yang sebelah kiri juga terasa pegal dan rasanya tidak nyaman. Jadi, dia meregangkan tubuhnya terbatas. Seseorang memasuki ruangan dan membuat Selena menoleh ke pintu. Pintu ruangan itu otomatis dan kembali menutup begitu Harvest masuk. Harvest tersenyum sambil menatap Selena, menyapanya dengan baik dan ramah. Sementara Selena mengernyitkan keningnya. “Bagaimana perasaanmu, Nona Selena? Apa kau merasa baikan?” tanya Harve
Read more
Kecurigaan
“Kau terlalu dekat.” Selena terkekeh canggung sambil menarik wajahnya mundur. Sementara Harvest tetap tersenyum sambil menunggu Selena bicara. Dia terkekeh saat Selena mundur, sepertinya Selena juga penuh kehati-hatian saat ini. Tingkat kewaspadaannya meningkat drastis begitu menyadari dunianya yang normal sudah hilang. “Tidak ada yang memanggil namanya seperti itu kecuali orang-orang tertentu. Dan kau... kelihatannya menjadi orang tertentu itu. Kau bahkan masih terlalu muda, setidaknya kau bisa memanggilnya dengan sebutan kakak,” gumam Harvest. “Dia bukan kakakku, kenapa aku harus memanggilnya kakak? Lagi pula, dia tidak pernah protes bagaimana aku memanggilnya. Tidak, lebih tepatnya aku memang tidak pernah memanggil namanya secara langsung.” Selena mengingat-ingat kapan dia pernah memanggil Damian dengan nama. Seingatnya, dia hanya memanggil Damian dengan ‘hey’, ‘kau’, dan kata ganti lainnya. “Ah, aku mengerti sekarang. Jadi, kau c
Read more
Dibalik Topeng
Harvest tersenyum setelah menghubungi Damian lewat Luca. Dia kemudian menatap sosok yang sekarang duduk di kursi dengan tertunduk itu. Harvest menatap Jovan yang setengah sadar. Jovan sudah kehilangan banyak darah. Meski lukanya diobati, dia belum makan apa pun sejak kemarin dan membuatnya lemas serta kesadarannya antara ada dan tiada saat itu. “Siapa sangka, aku akan bertemu denganmu lagi.” Harvest mendorong-dorong kepala Jovan yang terlihat tak berdaya sama sekali saat itu. Harvest terkekeh, dia kelihatannya sedang senang. Ada banyak keuntungan yang dia dapatkan dari tragedi kemarin itu. Kesepakatan baru dengan Damian, memperbaiki hubungannya yang renggang, bisa menahan Selena selama beberapa waktu di tempatnya, dan sekarang, dia menemukan sebuah fakta baru tentang pria yang ada di depannya ini. “Aku sudah menghubungi Damian, dia sekarang pasti sudah dalam perjalanan ke sini. Oh, aku sangat penasaran dengan reaksinya tentang apa yang aku dapatkan,” gu
Read more
Provokasi
“Baiklah, kalau begitu di mana Selena sekarang?” Damian menenangkan dirinya sendiri, menatap ke arah Axel sejenak lalu menatap Harvest yang akan menjawab pertanyaannya itu. “Oh, Selena tidak di sini. Selena berada di rumah sakit yang berada di pusat kota. Dia harus menjalani perawatan yang lebih serius setelah berusaha kabur dan dia mendapatkan luka yang cukup berat,” jelas Harvest. Damian mengernyitkan dahinya. Dia cukup curiga dengan apa yang dikatakan Harvest. Sejauh Selena bersamanya, Selena tak akan berusaha kabur sampai menyakiti dirinya sendiri. Selena mungkin memang akan berusaha, mengikat arti hidupnya selama ini memang mengusahakan keinginannya. Tapi jika sampai melukai dirinya sendiri, sejauh ini Selena tak melakukannya. Harvest sendiri terlihat santai mengatakannya. Seolah itu bukanlah satu hal yang serius. Tentu saja, itu adalah pertimbangan yang telah dilakukan Harvest juga. “Apa kau sedang bermain-main denganku sekarang?” Damian
Read more
Bersamanya atau Bersamaku?
Selena membuka matanya, dia merasa kepalanya lebih pusing dari sebelumnya. Dan dia mendudukkan dirinya perlahan sambil memegangi kepalanya. Matanya melirik ke penjuru ruangan yang sudah berbeda dari yang dia ingat. Dia mengerjapkan matanya sabil mengernyitkan. “Di mana lagi ini...” Selena mendesis pelan sambil memijat pelan kepalanya. Selena lantas menatap lurus ke depan. Di mana ada cermin. Di pelipisnya terdapat perban yang masih bisa dia ingat. Tapi di sudut keningnya, dia menemukan perban baru. Dia yakin tidak terluka sama sekali sebelumnya, namun dia malah mendapatkan luka baru secara tidak dia sadari. “Eh? Kapan aku terluka? Aku tidak melakukan apa pun padahal,” gumamnya dengan keheranan. Dan lagi-lagi seperti waktu itu, pintu terbuka begitu dia terbangun. Dan dia bisa melihat Harvest lagi-lagi datang tepat saat Selena bangun. Selena menatap Harvest yang sekarang tersenyum sambil mendekatinya. Tentunya bagi Selena ini sangat mencurigakan. Bagaimana Harvest seolah mengawasiny
Read more
Setelah Sekian Lama
“Bagaimana perasaanmu? Demammu sudah turun, ya?” Damian terkekeh pelan sambil menatap Selena yang terduduk di lantai dengan kepalanya yang menengadah ke arahnya. Selena menunjukkan keterkejutannya karena kini dia bertemu lagi dengan Damian. Dia ingat bagaimana Harvest sempat menanyakan jika dia memilih antara Damian atau Harvest, dan secara langsung Selena tentu memilih Damian mengingat hal keji yang dilakukan Harvest padanya.Harvest memberikannya luka baru, yang cukup membuatnya sedikit takut dengan perilaku anehnya. Namun dia tidak menyangka jika Harvest benar-benar mengirimnya kembali pada Damian. Walau dia tak tahu di mana dirinya berada sekarang, di sebuah ruangan polos dan hanya terdapat beberapa kursi saja. Ruangan itu terlihat sepi dan sunyi. “Sayang sekali kau sedang dalam keadaan tidak prima saat ini. Tapi tidak apa-apa, aku akan memikirkan baik-baik hiburan apa yang berhak aku dapatkan,” gumam Damian. “Apa maksudmu?” Selena mengerut
Read more
Dia yang Pertama
“Aku menunggumu. Selalu. Aku selalu menunggumu.” Selena berkata sambil berusaha menahan air matanya agar tidak menangis lagi. “Aku membutuhkan waktu. Aku berusaha mempercepat semuanya,” balas Axel. “Kau seharusnya membalas surel yang kukirimkan. Semuanya akan lebih cepat jika kau membalasnya dan mengatakan akan melakukan penukaran. Kenapa kau menunggu semua ini terjadi? Ah, padahal aku ingin ini berakhir dengan cepat, namun karena sudah sejauh ini, aku tidak bisa mundur juga.” Damian menyilangkan tangannya. Selena mendudukkan dirinya sambil memegangi kepalanya. Dia merasakan kepalanya pusing lagi. Entah bagaimana luka baru itu didapatnya, namun terasa nyeri dan berdenyut. Axel sedikit khawatir dan panik saat melihat Selena mendudukkan dirinya. Kondisinya terlihat tak baik-baik saja saat ini. Belum lagi, Selena terluka. Dia ingat jika dia menjaganya dengan baik sebelum mereka tertangkap oleh Harvest dan tak ada luka sama sekali waktu itu.
Read more
PREV
1
...
34567
...
16
DMCA.com Protection Status