Semua Bab Istri Kesayangan Paman Presdir: Bab 11 - Bab 20
60 Bab
Ciuman yang Memabukkan
Namun sebelum dia beranjak sedikitpun, tangan Marvin lebih dulu mengalung di pinggang Zelda; melingkar di sana dengan erat dan sangat posesif. "Pa--Paman …-" Cup'Belum selesai Zelda melanjutkan perkataannya, bibir pria itu lebih dulu menempel di atas bibirnya. Zelda membelalak kaget, beberapa detik tak bisa menguasai diri dengan hanya terdiam dan mematung. Jantungnya berdebar kencang, rasanya akan pecah di dalam sana. Bibir Marvin perlahan bergerak, menyapu dan melumat bibir lembut dan manis Zelda. Awalnya hanya lumatan dengan ritme pelan dan penuh penghayatan, namun beberapa detik setelah itu lumatan Marvin berubah kasar, menuntut dan juga rakus. Jantung Zelda semakin kacau dalam sana, wajahnya memucat dan matanya membulat sempurna. Dia tahu dia pernah melakukan ini, bahkan lebih dengan Marvin. Namun, tetap saja Zelda tidak bisa menguasai diri–dia tetap terkejut dan risih dengan semua ini. "Eungmmm," racau Zelda, memejamkan mata sembari mendorong kuat dada bidang sang paman. Bu
Baca selengkapnya
Bibirmu Canduku Amore
"Ja--jangan merokok," ucap Zelda, tiba-tiba bangkit dan langsung merampas korek saat Marvin ingin menyalakan rokok. Marvin menaikkan sebelah alis, menatap Zelda dengan manik dan sorot mata yang sulit diterjemahkan. Marvin melepas rokok dari bibir, meletakkannya kembali di nakas. Smirk tipis tiba-tiba muncul di bibir seksinya, menatap lagi ke arah Zelda dengan tatapan intens yang melelehkan. "Asal kau memberikan bibirmu sebagai gantinya, aku bisa berhenti merokok." Marvin berkata dengan serak, tiba-tiba meraih pinggang Zelda–memeluknya dengan mesra, "bagaimana, Mi Esposa," tambah Marvin, meraih korek di tangan Zelda lalu meletakkannya di sebelah rokok tadi. Zelda membulatkan mata, cukup cengang mendengar perkataan Marvin. Wajah Zelda menegang dan bibirnya terkunci rapat. Entah kenapa Zelda takut jika bibirnya terbuka, Marvin akan melahapnya. Tidak! Tapi … mengganti bibirnya dengan rokok-- itu seperti apa?Zelda memiringkan kepala, menatap Marvin bingung. Tangannya berada di pundak
Baca selengkapnya
Aku Ingin Menjadi Diri Sendiri
Bug'Berhenti dengan menghantam kepala sang CEO perusahaan. Zelda menganga di tempat dengan tubuh membeku dan mematung. Habislah dia!!Semua orang menahan nafas, menatap sang CEO dengan raut cemas dan takut-takut. Dimas-- laki-laki berusia dua puluh dua tahun tersebut segera berdiri dari lantai, membungkuk kemudian meminta maaf. "Maaf … maaf, Pak," ucap Dimas. Bukan hanya sekali tetapi dia mengulangnya beberapa kali karena takut bermasalah dengan pria berbahaya dihadapannya tersebut. Sedangkan Marvin, dia mengabaikan laki-laki yang meminta maaf padanya. Sejenak dia menatap sepatu yang menghantam kepalanya–kini sepatu itu tergeletak di lantai, di depannya. Kemudian dia mengangkat pandangannya, menatap ke arah seorang perempuan muda. Tak lain perempuan itu adalah istrinya. Marvin meraih sepatu tersebut, setelah itu menatap Zelda dengan tatapan tajam dan penuh intimidasi. "Ikut!" dinginnya. Selanjutnya kembali melangkahkan kaki, beranjak dari sana dengan diikuti oleh rombongannya. "K
Baca selengkapnya
Gerimis Gerimis Gerimis
"Minum," ucap Marvin datar sembari menyodorkan gelas berisi air mineral tersebut pada Zelda. Zelda mendongak ke arah Marvin, menatap pria itu dengan tatapan canggung bercampur takut–di kepala Zelda masih teringat dengan jelas betapa mengerikannya Marvin saat marah di kantor tadi. Dan sekarang, bahkan wajah Marvin masih terlihat dingin. Zelda mengerjabkan mata beberapa kali, mengatur dirinya supaya tetap tenang dan tidak takut berlebihan. Zelda meraih gelas pemberian Marvin kemudian meminum air dari gelas tersebut. Diam-diam Marvin mengumpat dalam hati. Oh shit! Ekspresi Zelda tadi-- itu sangat cute dan memancing secara bersamaan. "Terimakasih, Paman," jawab Zelda pelan, tanpa menoleh ke arah Marvin dengan kembali pura-pura sibuk makan. 'Kenapa Paman masih di sini? Cik, aku sangat gugup. Dia baru memarahiku,' batin Zelda, mencengkeram sendok dengan kuat, berusaha untuk mengontrol rasa gugup yang melanda tubuhnya. Sesekali dia mencuri pandang ke arah Marvin, memastikan apakah pria i
Baca selengkapnya
Tengah Malam dengan Si Tampan
Marvin memasukkan bola dan berhasil?! Tidak! Ze--Zelda tidak kalah kan?!! "Paman curang," ucap Zelda dengan nada terkesan ketus dan penuh ketidak terimaan. Marvin menaikkan sebelah alis, menyunggingkan smirk tipis sembari menatap Zelda geli. "Mau tanding ulang?" "Tidak perlu." Zelda menggelengkan kepala. "Berarti kau mengakui kekalahan, Little Wife?" ucap Marvin, kemudian menoleh ke arah Neon–memanggil kepercayaannya tersebut untuk membawakan payung. Gerimis semakin turun lebat serta deras. "Tidak juga." Zelda mendengkus pelan. 'Benar kata orang, pebisnis itu tidak dapat dipercaya.' batinnya sembari menatap dongkol ke arah sang paman. Sedangkan Marvin, dia terlihat cuek–menerima payung dari Neon, lalu dia memayungi sang istri. Marvin menggiringnya untuk masuk ke dalam rumah. 'Padahal tinggal lari, nggak harus memakai payung segala.' batin Zelda lagi, memutar bola mata secara malas dan bersedekap di dada sembari menatap lurus ke depan. Marvin memeluk pinggangnya. Cik, Zelda ya
Baca selengkapnya
Siapa Keponakan sang Presdir?
Setelah selesai makan malam, Zelda dan Marvin kembali ke kamar. Di mana Zelda langsung membaringkan tubuh di atas ranjang–sengaja agar dia bisa bebas dari permintaan Marvin. Jujur saja dia takut!Marvin mendekati istrinya, menarik Zelda dan mendudukkan perempuan tersebut– membuat Zelda memasang air muka dongkol dan masam secara bersamaan. Sedangkan Marvin, dia menyunggingkan smirk tipis– memperhatikan air muka bad mood sang istri yang malah cute di matanya. "Kau tidak bisa menghindar, Amore," ucap Marvin rendah, mengeluarkan sebuah kotak hitam berukuran besar. Lalu Marvin meletakkan kotak tersebut di atas pangkuan sang istri. "Permintaanku … kenakan pakaian di dalam dan buat aku bangun." "What?" Zelda mendongak, menatap aneh dan bingung ke arah sang paman. "Bukannya Paman sedang bangun dan nggak lagi tidur yah?" Marvin meraih tangan Zelda kemudian meletakkannya tepat di pusat senjatanya yang masih berbalut celana. "Maksudku ini, Mon Amour."Zelda membelalak dan spontan menarik tang
Baca selengkapnya
Keponakan Tersayang
"Aku! Aku orang nya!" ucap seseorang, tiba-tiba menghampiri Zelda dan yang lainnya sembari meletakkan tas bermerk di atas meja tersebut. Baik Zelda maupun yang lainnya sontak menoleh ke arah perempuan tersebut, Vanya and the geng's (Melani serta Lilia). Ketiga mahasiswi dari fakultas manajemen yang kebetulan ikut satu team dengan Zelda untuk melaksanakan magang serta praktek kerja di perusahaan ini. "Aku keponakan Mr. Marvin. Pasti kalian kaget yah?" ucap Vanya dengan nada angkuh, membuka tas-nya sembari mengeluarkan coklat dari dalam tas yang terlihat mahal tersebut. "Aku sebentarnya awal-awal tidak ingin mengakuinya, karena aku cuma ingin magang dengan santai di perusahaan Pamanku ini. Yah, siapa tahu ada teman yang fake kan jika dia tahu aku keponakan Pak Marvin. Dan … coklat mahal untuk kalian. Aku membawanya dari Paris."Vanya membagi-bagi coklat tersebut pada teman satu teamnya. Namun, dia tak memberikannya pada Zelda. Hal tersebut membuat tanda tanya pada Reca maupun yang lai
Baca selengkapnya
Apakah Zelda Cemburu?
Sialnya, bukan hanya Nita di ruangan ini tetapi ada Lusia juga– sekretaris pamannya. "Sebentar saja," bisik Marvin dengan suara serak dan rendah, memeluk tubuh mungil Zelda secara erat– seolah takut jika perempuan itu meninggalkannya. "Kau menghindariku, Humm," bisik Marvin lagi, mengecup pipi Zelda kemudian menduselkan hidungnya ke hidung Zelda. Oh, Shit! Kenapa Zelda-nya sangat manis dan menggemaskan?! 'Aduhhh … mana diingatkan lagi.' batin Zelda, diam-diam meringis dan risih dengan perlakuan Marvin padanya. Ini terlalu intim! "Aku tidak mengindari Paman," jawab Zelda, punya kesempatan dia langsung turun dari pangkuan Marvin. "Duduk di sini," dingin Marvin sembari menepuk pahanya– isyarat agar Zelda kembali duduk di pangkuannya. Zelda melongo konyol, menganga sedikit sembari melayangkan tatapan tak percaya pada pria dihadapannya tersebut. Sialnya, aura Marvin mendominasi tempat ini dan dia seperti ditundukkan oleh aura pekat gelap tersebut. "Aih." Zelda spontan menghindar k
Baca selengkapnya
Yang Jahil
Jantung Zelda seketika itu juga terasa copot dari tempat. Tangannya mulai bergetar, tubuh membeku serta punggung yang terasa panas luar biasa. Bu--bukan Dimas di depan sana yang membuatnya takut, tetapi seseorang yang saat ini sudah berada tepat di belakang tubuh Zelda! Gluk' Sedangkan Dimas, melihat siapa orang yang ada di belakang Zelda, dia spontan me-rem kaki. Matanya membelalak dan jantungnya hampir copot. Dia ingin mengacungkan jari tengah ke arah Zelda tetapi karena sosok di belakang sahabatnya tersebut, dia mengurungkan niatan. Akhirnya, dengan wajah muram bercampur pucat setengah mati, Dimas melarikan diri dari sana. "Kau membuatku marah, Amore," bisik seseorang dari belakang Zelda, semakin membuat Zelda mati gaya di tempat. "Ikut denganku!" geram Marvin, meraih tangan Zelda, menggenggamnya kemudian menariknya dari sana. Marvin akan membawa Zelda kembali ke kantor. ***Sesampainya di kantor, Zelda kembali meloloskan diri dari Marvin. Mudah baginya untuk kabur, karena ke
Baca selengkapnya
Tantangan Khusus Zelda?
"Melapor! Gara-gara kalian!" kesal Zelda, buru-buru berjalan dari sana menunju rungan sang paman. Namun belum sempat Zelda benar-benar keluar dari ruangan mereka, seorang yang mereka sebut atasan datang– memberi informasi jika mereka semua harus berkumpul di ruangan kemarin. Ada yang ingin diinformasikan oleh sang desainer top pada mereka semua. Zelda mengurungkan niatnya, memilih berkumpul dahulu baru nanti menemui sang paman. Di ruangan tersebut cukup ramai. Para desainer yang bekerja sama di perusahaan ini juga ikut berkumpul. Neon-- kepercayaan suaminya juga ada di sana. Setelah memberikan kata sambutan dan lain-lainnya yang menurut Zelda tak penting, Nita langsung berbicara to the point, mengatakan tujuannya mengumpulkan mereka semua di sana. "Karena musim panas hampir tiba, di mana banyak bunga yang akan bermekaran maka saya-- Nita Caramol ingin menantang kalian semua yang ada di sini untuk membuat desain dress bertema taman bunga. Bagi desain yang berhasil menang, akan men
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status