All Chapters of Istri Kesayangan Paman Presdir: Chapter 21 - Chapter 30
60 Chapters
Kamu Perempuan!
Setelah Zelda menghabiskan makan sorenya, Zelda langsung menuju kamar. Sedangkan suaminya, pria itu membawa kopi yang tadi Zelda buatkan di mana sekarang pria itu berada di ruang kerjanya; bersama Nita dan Neon. Oh Tuhan! Entah kenapa Zelda sangat membenci Nita. Bahkan melihat wanita itu bernapas saja rasanya Zelda sudah ingin memukul kepalanya hingga pecah. Di kamar bernuansa royal tersebut, Zelda membuka buku desain miliknya. Satu per satu ia membuka lembar demi lembar, memperhatikan setiap karya yang telah ia kerjakan. Sudah ada hampir seratus gambar yang dia selesaikan di buku tebal tersebut. Yah, gambar yang ia kerjakan semenjak awal ospek masuk kuliah hingga pada keadaan sekarang."Dia menantangku membuat desain dress bertema taman bunga. Cik, otakku sangat pusing!" keluh Zelda, menutup buku tersebut karena dia merasa tak punya inspirasi. Dia menyimpan buku tersebut– meletakkannya diantara tumpukan-tumpukan tugas kuliah. Setelah meja belajarnya rapi, Zelda memilih membaringka
Read more
Siapa yang Membuat Marvin Cemburu?
"Zelda, kamu ini seorang perempuan. Makan yang tenang dan pelan-pelan," tegur Nita yang merasa terganggu dengan cara makan Zelda. Suaranya lembut dan anggun. Namun dalam hati, rasanya dia ingin sekali meneriaki Zelda sekaligus mengusir perempuan ini dari mejanya. Tapi tak mungkin! Shit! Zelda kesayangan Marvin. Bisa-bisa dia yang diusir. Jadi, Nita harus bermain cantik. Harus hati-hati dan pelan-pelan menjatuhkan Zelda dihadapan Marvin. "Aku pindah." Zelda berdiri, kemudian membawa piringnya untuk pindah dari sana. "Pembicaraan kalian sangat memuakkan," tambah Zelda, lalu buru-buru keluar dari cafe, memilih duduk di salah satu meja yang ada di bagian out door cafe. Marvin sejujurnya sudah menahan Zelda. Tetapi dia sedikit kaget ketika mendengar perkataan ketus Zelda selanjutnya. 'Pembicaraan kalian sangat memuakkan.' Nada bicara Amore-nya terdengar marah dan kesal. Seperti seorang pasangan saat cembu …-'Cik, tidak.' batin Marvin, memilih untuk tak acuh. Hah, hampir saja dia kege'
Read more
Bunga untuk Kesayangan Paman
Marvin mengabaikannya, tiba-tiba mengikis jarak dengan merapatkan tubuhnya pada tubuh istrinya yang kini bagian atas hanya mengenakan bra saja. "Katakan, lebih tampan siapa, suamimu …- atau kucing jalanan tadi?" ucap Marvin tiba-tiba, melingkarkan tangan secara possessive dan erat di pinggang Zelda.Zelda menatap cengang dan tak percaya pada Marvin. Itu pertanyaan apa? "Paman," jawab Zelda cepat. Sengaja, agar dia cepat lepas dari cengkraman pria ini. Ta-tapi memang pamannya yang lebih tampan dibandingkan kucing jalanan tadi. 'Maaf, Mas kucing. Tapi jika aku menjawab kau yang lebih tampan, urusanku dengan Paman bisa makin bertambah.' batin Zelda. "Oh yah?" Marvin menaikkan sebelah alis, menyunggingkan smirk tipis sembari mendekatkan wajahnya ke wajah Zelda, "kucing lebih pantas dipanggil Mas daripada suamimu sendiri?" tanya Marvin kembali, semakin membuat Zelda frustasi dan muram. Sekarang masalah panggilan Zelda pada kucing tadi. Oh shit! Yang benar saja pamannya ini. Jangan bilan
Read more
Desain Milik Nita!
Pagi sekali Zelda bangun, meninggalkan kamar dan buru-buru keluar– menuju suatu tempat dengan masih mengenakan piyama tidurnya yang berwarna pink dan dengan motif beruang. Pakaian lamanya sudah disingkirkan Marvin, dan semua jenis pakaian baru Zelda– itu sesuai pilihan dan selera Marvin. Marvin terbangun ketika tak menemukan Zelda di sebelahnya. Dengan panik dan takut jika Zelda menghindarinya seperti saat itu, Marvin buru-buru mencari istrinya. "Tuan?" bingung Neon, menatap dan memperhatikan tuannya yang masih mengenakan piyama hitam berbahan sutra– celana panjang dan baju model kimono. Tumben sekali tuannya keluar dari kamar dengan masih mengenakan piyama. "Kau melihat Zelda?" tanya Marvin, mengabaikan raut bingung Neon. 'Ouh, pantas saja.' batin Neon, tersenyum tipis sembari mengangguk singkat. "Nona baru saja lewat, menuju halaman samping, Tuan.""Humm." Marvin mengangguk pelan. "Sepertinya Nona sedang bahagia," ucap Neon lagi, mengingat cara berjalan Nonanya yang mirip deng
Read more
Cepat Meminta Maaf
"Ini desainku!" pekik Nita tiba-tiba dengan nada marah bercampur kesal. Nita dengan marah menghampiri Zelda, "kamu pasti mencuri file ini ketika aku berkunjung ke rumah Mr. Marvin kan?"Zelda mengerutkan kening, menatap Nita antara kaget dan tersinggung secara bersamaan. Dia kaget karena di depan semua orang perempuan ini menuduhnya mencuri file perempuan ini. "Heh, mentang-mentang anda punya nama, anda bisa menuduh saya mencuri dengan seenak jidat?! Apa buktinya saya mencuri file-mu dan … apa buktinya ini desain-mu?""Tanpa membuktikannya pun semua tahu jika ini desain milik seorang Nita!" angkuh Nita dengan menatap nyalang ke arah Zelda, "aku hebat dan diakui. Sedangkan kamu? Mengurus penampilanmu saja tidak bisa, bagaimana kamu bisa membuat desain se bagus ini? Tidak mungkin! Lagipula, saat semua orang sibuk membuat desain, apa kamu sibuk?! Tidak! Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Kamu hanya fokus bermain game, santai. Ya, karena kamu memang berniat mencuri desainku. Kenap
Read more
Pelampiasan
Bug' Bug' Bug' Zelda dengan marah melempar bola basket ke arah ring– dia berusaha melampiaskan emosinya dengan cara ini. Saat ini Zelda pergi sebuah Gor yang sering ia kunjungi, lokasinya tidak terlalu jauh dari kampusnya. Kebetulan tempat tersebut sedang sepi, hanya ada beberapa anak basket yang Zelda tak kenal. Tetapi mereka sedang istirahat, duduk di bangku penonton. Bug' Zelda kembali meraih bola lalu melemparnya dengan kuat ke arah ring. Dia benci ini! Dia sangat membenci Marvin! Padahal Zelda sudah mempersiapkan diri dengan matang, karena dia yakin Marvin akan percaya pada omongan Nita dan Marvin akan memarahinya. Dia pikir dia bisa dan baik-baik saja. Yah, apalah arti dari dimarahi? Dia sudah pernah mengalami hal yang sangat menyakitkan di dunia ini. Kehilangan orang tua, kemudian dibully satu keluarga yang punya dua muka. Tetapi … dia salah! Dimarahi oleh Marvin rasanya sangat menyakitkan. Ditambah sosok itu sama sekali tak percaya padanya. Zelda sering diremehkan dan d
Read more
Maaf yang Tak dimaafkan
"Tuan, buku apa yang sedang anda baca?" tanya Neon, memperhatikan tuannya yang terlihat tengah sibuk dan serius memandangi sebuah buku– di mana Marvin membuka lembar demi lembar buku tersebut, memandanginya lamat dan dengan tatapan serius. "Buku milik Amore–ku," jawab Marvin, tanpa menoleh pada Neon karena dia terlalu fokus serta serius memperhatikan setiap gambar desain pada lembaran buku ini. Cantik, rapi, unik dan penuh dengan ciri khas. Setiap lembar ada note waktu, tanda tangan Zelda serta deskripsi dari gambar. Walau hanya dua kalimat. Ada dua hal yang Marvin rasakan saat ini, perasaan bangga serta takjub yang sangat besar pada Zelda dan perasaan bersalah karena tidak mempercayai istri kecilnya tersebut. Oh, hell! Zelda sedikitpun tak terlihat punya ketertarikan pada dunia fashion serta seni menggambar. Tak disangka-sangka ternyata Amore-nya punya talenta dibidang tersebut. Jangan menilai seseorang dari penampilan, mungkin kalimat itu yang cocok untuk Marvin resapi saat ini
Read more
Tantangan Baru
Zelda begitu senang karena Marvin sungguh membawanya ke suatu tempat yang bisa membuat hati Zelda meluluh serta menerima maaf pria itu. Marvin membawanya makan malam berdua di sebuah restoran mewah hotel. Setelah makan malam mewah tersebut, Marvin membawanya ke museum seni– tempat yang sangat menyenangkan bagi Zelda. Ada beberapa lukisan dari tokoh terkenal favorit Zelda di sana, karya seniman favorit Zelda juga ada di sana, dan … banyak karya seni rupa yang sangat menakjubkan di sana. Zelda sangat suka!Pulang dari sana, Marvin masih mengajaknya jalan-jalan malam ke taman kota. Kebetulan ada festival kuliner di sana. "Aku mendapatkan maaf, Amore?" tanya Marvin, saat ini duduk di sebuah bangku taman bersama Zelda– menghadap ke sebuah wahana Komidi putar. Festival ini jatuhnya mirip seperti pasar malam, karena ada beberapa wahana bermain yang ikut meramaikan festival ini. "Iya, Paman," jawab Zelda sembari menganggukkan kepala, menoleh sekilas pada Marvin kemudian menatap komidi puta
Read more
Rahasia yang Terbongkar
"Paman," panggil Zelda pada Marvin, di mana saat ini keduanya berjalan beriringan menuju ruangan pria itu. Di belakang mereka ada Neon dan Lusia. "Paman?" beo Marvin dingin, menoleh sekilas pada Zelda dengan melayangkan tatapan tajam yang membunuh pada perempuan itu. Zelda meneguk saliva secara kasar. Ais, dia tahu apa kesalahannya– dia memanggil Marvin dengan sebutan Paman. Akan tetapi, Zelda melakukan itu karena dia canggung jika harus memanggil Marvin dengan sebutan 'Mas. Ada Neon dan Lusia di sini. "Mas Marvin maksudku," ralat Zelda sembari menggaruk pipi, di mana pergelangan tangannya tiba-tiba di tarik oleh Marvin– menjauhkan tangan Zelda yang tengah menggaruk pipi tersebut dari wajah Zelda. "Bicara setelah di ruanganku," ucap Marvin, menggenggam tangan istrinya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Zelda menghela napas dengan pelan kemudian menganggukkan kepala. Cik, padahal dia ingin mengatakannya sekarang agar dia bisa segera kembali ke lantai tempat ia bekerja. Setel
Read more
Kesal Luar Biasa Zelda yang Cemburu
"Setelah orang tuaku tiada, keluarga dari Mama tak ada yang mau memberikan tumpangan hidup padaku. Dan aku terpaksa ikut dengan Paman Marvin, kerabat dari Ayah. Tetapi karena kami tak punya hubungan darah dan hubungan kekerabatan kami jauh, Paman Marvin memilih menikahiku. Agar aku punya hak tinggal di rumahnya dan agar keluarga Mama tidak macam-macam lagi padaku. Alasan kenapa kita semua bisa kesasar melaksanakan praktek kerja di sini, yah, karena ulah Paman juga," jelas Zelda pada teman-temannya. Terpaksa dia berbohong karena dia tak mungkin mengatakan apa yang sebenarnya terjadi padanya. "Dan yang di foto, itu emang aku dan Paman. Dia lagi menemaniku jalan-jalan. Dan … sebenarnya yang terjadi di foto, itu hanya insiden. Paman mau ngambil ranting kecil yang jatuh di belakang aku, trus aku tiba-tiba noleh. Jadi begitu lah," tambanya yang mendapat anggukan dari para teman-temannya. "Padahal jika tanpa insiden juga sah-sah saja, Zel. Kan ciumannya dengan suami," cengenges Abu, yang me
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status