Semua Bab TERPAKSA MENJADI PELAYAN KAMAR TUAN MUDA : Bab 11 - Bab 20
44 Bab
Part 11. Bulan Purnama
“Kemarilah,” panggil Arlo.“Kenapa? Anda juga akan menghabisi saya?” sinis Ayara balas bertanya.“Kamu sungguh menyukai tantangan. Pantas malam-malam menjadi buronan, kayak maling!” Ayara geram mendengar ucapan Arlo itu.Kapan aku menjadi buronan? Seketika Ayara ingat, ketika kali pertama bertemu dengan Arlo, di belakang gedung kosong di pinggir jalan. Dia benar, Ayara memang sempat diburu oleh dua orang suruhan Birdella.“Ayo,” ajak Arlo lagi, menyadarkan Ayara dari lamunannya. Ragu Ayara melangkah mengikuti pria itu.“Anda akan membawa saya ke mana?” tanya Ayara mulai merasa tidak nyaman, karena mereka berjalan menuju kediaman Arlo lagi.“Ke tempat latihan,” balas Arlo,“Anda benar-benar akan membunuh saya?” Ayara ragu. Arlo tersenyum samar mendengar pertanyaan itu. Ia berhenti. Kemudian memutar tubuhnya kembali menatap Ayara.“Kamu takut mati?” tanyanya.“Tidak,” tegas Ayara.“Kalau begitu, jangan cerewet.” Arlo melanjutkan langkahnya. Ayara mengikuti.Sesampainya di tujuan, suasan
Baca selengkapnya
Part 12. Persaingan
Part 12, PersainganBirdella sedang membuka aplikasi biru tempatnya berkarya demi sebuah nama. Dia ingin menjadi wanita terkenal. Di sana ia peroleh banyak penggemar. Sehingga namanya disebut-sebut sebagai Othor Pemes oleh kalangan pembacanya. Tetapi malam itu dia sungguh marah, bagaimana bisa nama saingannya Hyuna Sada ada di halaman paling depan? Sedangkan namanya hanya ada di barisan nomor tiga. Bahkan beberapa menit kemudian, buku dan nama Birdella Xavera tenggelam karena beberapa buku Hyuna Sada muncul di beberapa kategori. Buku Birdella tergeser.Semakin marah, ketika Birdella mengetahui banyak penggemarnya yang juga menyukai dan memuji tulisan Hyuna Sada. Hal itu membuat Birdella tidak terima. Gadis dua puluh tahun itu langsung meraih ponselnya, dan menelepon seseorang.“Apa-apaan ini, Charlie Moreno?” tanya Birdella dengan nada penuh emosi.“Ada apa, Birdella Sayang?” balas suara dari seberang balik bertanya.“Ada apa katamu? Kamu tidak mengecek aplikasi Angkasa Biru?” suara B
Baca selengkapnya
Par 13. Aman Bersamanya
Hyuna terperanjat mendengar suara bising di kamarnya. Napasnya terengah. Alarm? untuk sesaat dia berusaha mengumpulkan ingatannya kembali, mengapa ia bisa berada di sebuah ruangan putih yang tampak mewah baginya. Sementara kamarnya adalah warna pink. Juga bunyi alarm itu. Dia merasa tidak menghidupkan alarm ketika akan berangkat tidur semalam. Ingatannya berangsur membaik, ya, ini kamar yang semalam diberikan seseorang kepadanya. Tetapi jam berapa ini? Hyuna mengedarkan pandangannya. Sebuah jam dinding besar menempel di tembok, tepat di depannya. Baru jam tiga pagi, mengapa aku harus bangun? Jam berapa semalam aku tidur? Rasanya masih mengantuk sekali. Ah, mata Hyuna membentur laptop di meja. Dia langsung ingat, saat dia membuka laptop semalam, jam sudah menunjukkan angka 01:11 menit. Itu artinya dia baru tidur tidak lebih dari dua jam. Hyuna bangkit dari ranjangnya, mencari sumber suara yang berasal dari laci meja belajarnya. Ia membuka laci. Kedua matanya terbelalak mendapati apa y
Baca selengkapnya
Part 14. Sepertinya Mati Lebih Baik
"Bagaimana tidurmu, Ayara?" "Tuan Muda," Ayara langsung menghentikan gerakan tangannya, begitu menyadari Arlo datang. Sekeranjang sampah daun berhasil ia kumpulkan. "Kamu menikmatinya?" Sejenak Arlo melirik keranjang daun, kemudian kembali menatap Ayara. "Ya," balas Ayara, meskipun dia semalam tidak benar-benar nyenyak. Yah lumayan meskipun cuma tidur selama dua jam-an. "Hari ini kamu mulai bekerja untukku," kata Arlo lagi. "Saya mengerti, Tuan," balas Ayara, "lalu bagaimana dengan permintaan saya?" "Permintaan? Belum ada sejarahnya di sini, seorang pelayan mengajukan permintaan." Mendengar itu kedua mata Ayara terbelalak, apakah Nawang Nehan berdusta? Bukankah dia berjanji akan mengabulkan permintaanku? "Ikut denganku!" ajak Arlo. Ayara bergeming. Hatinya terasa hancur berkeping. Akan kah ia menjadi budak Arlo Raynar seumur hidupnya, dan melupakan cita-citanya? Ataukah akan mengajukan banding kepada Nawang Nehan? Atau bakal kabur dari rumah tersebut, dan menjadikan paman dan bi
Baca selengkapnya
Part 15. Penolong Rahasia
Sudah terlambat. Ayara tidak semangat lagi untuk melanjutkan langkahnya. Dari rumah Nawang menuju jalan raya saja membutuhkan waktu tidak kurang dari lima belas menit untuk sampai, karena dia hanya berjalan kaki atau berlari. Belum lagi menunggu bis yang dapat membawanya ke depan kampus datang. Setidaknya butuh lima belas menit lagi, bahkan bisa lebih dari itu. Sedangkan waktunya tinggal satu jam kurang. Kalau sedang beruntung sih bisa sepuluh menit sudah ada bis lewat, kalau lagi apes, bisa satu jam baru bisa naik.“Kelinci Liar,” panggil Cashel, merasa kasihan melihat Ayara menekuk wajah sambil berjalan. Matanya sempat bersitatap dengan Arlo yang tampak biasa saja.“Dasar manusia salju tak punya hati! Tunggu aku di sini, akan kubuat perhitungan denganmu!” teriak Cashel, mengancam Arlo. Kemudian dia menarik tangan Ayara untuk lari bersamanya. Arlo hanya menatap keduanya tanpa ekspresi.“Aku sudah mau kehabisan tenaga,” kata Ayara. “juga percuma, karena pasti akan terlambat,”“Kamu ti
Baca selengkapnya
Part 16. Pencarian
Gistara merasa heran dengan Ayara, mengapa dia terlihat begitu buru-buru mengemas barang-barangnya begitu kuliah selesai. Padahal sebelumnya Ayara selalu santai, bahkan sering mengajaknya mengobrol dulu di kantin, atau sekadar duduk-duduk di bawah pohon akasia, yang ada di halaman kampus.“Ponselmu ke mana? Kamu bahkan tidak pernah membaca pesan whatsappku.” Kata Gistara. Ayara menatap wajah sahabatnya lekat-lekat.“Maafkan aku, Tara, bahkan mungkin, aku tidak akan pernah bisa lagi menemanimu jalan-jalan dan sebagainya, seperti dulu,” kata Ayara, seraya mengamankan tasnya di punggung. Keduanya melangkah beriring keluar ruangan.“Kenapa?” protes Gistara, tidak terima.“Aku mendapat pekerjaan,”“Hah? Kerjaan? Kerjaan apa? Buat apa lagi? Sedangkan kamu sudah peroleh uang yang lumayan banyak dari …”“Sssst…” Ayara langsung membekap mulut Gistara sebelum gadis itu menyeselesaikan kalimatnya. Lalu memberinya kode, bahwa ada sesorang yang sedang berjalan ke arah mereka.“Apa kabar, Ayara,” o
Baca selengkapnya
Part 17. Janji Merpati
Sudah tiga jam! Ayara tersentak ketika membuka kedua matanya, tubuhnya langsung berjingkat duduk. Seorang pria sedang duduk di kursi belajarnya. Laptopnya juga menyala di depan pria tersebut. Ayara diberi waktu satu jam untuk istirahat, dan berbenah diri sejak pulang dari kampus. Tetapi dia justru tertidur dan baru bangun tiga jam kemudian. Mengapa Arlo Raynar tidak membangunkannya?“Kenapa Tuan Muda ada di sini?” tanya Ayara. Dalam hati merutuki, sungguh tidak beradab tuannya itu, masuk kamar gadis tanpa mengetuk pintu. Namun Ayara masih bisa bersukur karena pakaiannya tidak ada yang tersingkap, meskipun setengah tubuhnya, tepatnya bagian pantat ke kaki, masih bergelantungan di luar kasur dengan tubuh telentang.“Tempat ini milikku, jadi aku bebas keluar masuk kapan pun aku mau,” jawab Arlo tanpa menoleh.“Tetapi Tuan menyuruh saya menempatinya.”"Bukan berarti tempat ini resmi menjadi milikmu.""Saya tahu."“Lalu?”“Ada saya di sini, tidak seharusnya Tuan sembarangan masuk seperti i
Baca selengkapnya
Part 18. Siapa Kalian?
Di langit, rembulan yang semula tampak mulai meremang, dengan sinarnya yang terkalahkan oleh sinar lampu di bumi, semakin hilang pesona. Awan datang menutupi cahayanya. Wujudnya yang tinggal separuh semakin tidak terlihat. Beberapa lampu taman yang sudah dipadamkan, berhasil membuat suasana tampak lebih mencekam dari sebelumnya. Ayara dan Rhys Victor mungkin hanya dua orang yang masih berada di luar kamar, selain dua security yang berjaga di pintu gerbang utama, dan dua lagi di pintu gerbang kedua.Ayara berusaha mencari celah, bagaimana agar bisa terlepas dari Rhys Victor yang semakin mendekat ke tubuhnya. Bahkan beberapa langkah lagi ke belakang, tubuh Ayara bisa mencebur ke genangan air mancur di belakangnya.Melihat Ayara sudah terjebak dalam kuasanya, Rhys Victor semakin senang. Senyumnya yang setengah mesum, membuat bulu kuduk Ayara meremang.“Kamu pernah menolakku sekali, dan aku sudah memperingatkanmu untuk itu. Aku penasaran apa yang bisa kamu lakukan sekarang?” kata Rhys deng
Baca selengkapnya
Part 19. Kembali
Kamar Ayara masih sama. Seperti yang ia tinggalkan satu bulan yang lalu. Tentu saja, tidak ada yang bisa masuk ke sana, kecuali jika ada yang mau mendobrak pintunya. Ayara menguncinya, dan menitipkan satu kuncinya kepada sahabatnya, Gistara. Sedangkan satu lagi kunci yang dia bawa, dia lemparkan ke belukar dekat parit di kebun karet, saat akan berangkat ke rumah Nawang Nehan. Hal ini sengaja dia lakukan karena dia tidak ingin privasinya diinjak-injak.Ayara sengaja membuang kunci kamarnya agar tidak dirampas oleh pihak Arlo, maupun pamannya.Hari ini, saat Arlo mengijinkannya untuk pulang ke rumah Dihyan. Ayara terpaksa harus mencari kunci tersebut lebih dulu, karena tidak memungkinkan menghubungi dan pergi ke rumah Gistara, lebih dulu. Bisa-bisa Arlo akan mengiranya sebagai usaha kabur lagi. Dia bisa sampai di rumah tersebut pun harus mengalami sedikit perdebatan dulu dengannya tadi pagi, saat keduanya berada di meja makan.“Saya akan berangkat setelah ini, Tuan.” kata Ayara tadi pag
Baca selengkapnya
PART 20. Melarikan Diri
Di kamarnya Ayara merasa gelisah. Sudah sepuluh menit berlalu, panggilan balik yang ia tunggu belum juga ada tanda-tanda masuk. Perasaannya tidak enak. Hatinya mengatakan seseorang yang dia amanahi banyak rahasianya, orang yang paling ia sayangi saat ini, sedang ada dalam masalah. Sahabat sekaligus orang yang paling dekat dalam hidupnya membutuhkan bantuan.Sepuluh menit menanti, bagi Ayara adalah waktu yang sudah sangat panjang. Ia tidak bisa diam, dan hanya menanti kabar. Dia harus keluar. Peduli setan dengan peraturan Arlo, Ayara harus keluar dari sana.Tanpa berpikir panjang, Ayara langsung menghentak tubuhnya untuk bangkit. Ia langsung membuka pintu, menutupnya kembali dan berlari ke pintu gerbang. Persetan dengan peraturan Arlo, maupun kediaman Nawang Nehan, Ayara memutuskan. Dia siap dengan segala resiko yang akan dia hadapi selanjutnya."Mau ke mana, Nona?" Tanya satpam di gerbang kedua saat melihat Ayara berjalan ke arah luar."Saya ada urusan mendesak, tolong ijinkan saya ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status