All Chapters of Mendadak Menikah Dengan Klien Papa: Chapter 91 - Chapter 100
144 Chapters
Menggabungkan Dua Perusahaan Besar
“Yaaang … sayaaaang.” Jillian berusaha menyamai langkah panjang Kenzo yang berderap menuju kamar mereka. Ketika makan malam tadi, Kenzo mengatakan dengan tegas menolak untuk mengalih namakan GZ Corp menjadi namanya. “Yaaaang,” jerit Jillian ketika kakinya salah memijak hingga nyaris jatuh tersungkur berguling-guling di anak tangga jika saja Kenzo tidak cepat tanggap menangkap tangannya. “Hati-hati sayang,” tegur Kenzo tapi raut wajahnya tampak bersalah menyadari Jillian hampir saja jatuh karena mengejarnya. “Abis kamunya enggak mau denger,” gerutu Jillian yang berada di dalam pelukan Kenzo. Kenzo mengembuskan napas panjang lantas merangkul Jillian melanjutkan langkah mereka menuju kamar. "Kamu harus pikirkan matang-matang, ini keputusan besar dan enggak bisa asal aja." Akhirnya Kenzo menyambung pembicaraan mereka saat di meja makan
Read more
Istri Yang Merajuk
“Babyyy ….” Prank! Jillian melempar guci-guci berukuran kecil dan sedang yang merupakan hiasan di lemari partisi. Bukan tanpa sebab karena semenjak GZ Corp beralih kepemilikan kepada Kenzo—pria itu lebih sering di luar dibanding di rumah. Sekalipun berada di rumah, Kenzo akan menghabiskan waktu di ruang kerjanya. Jillian tidak tahu kapan suaminya pulang, kapan suaminya tidur dan kapan suaminya bangun. Awalnya Jillian berusaha untuk memahami tapi sudah sebulan Kenzo selalu pulang malam atau pria itu akan tiba-tiba melakukan perjalanan bisnis ke luar kota atau ke luar Negri membuat durasi bercinta mereka berkurang drastis, bayangkan saja mereka hanya bercinta satu kali bulan ini. Dan ketika di hari minggu yang cerah ini Jillian ingin bersama Kenzo—pria itu malah mendapat telepon mendadak dan harus pergi ke Singapura. Untuk melampiaska
Read more
Overprotective
Bugh! “Duuh!” Jillian meringis merasakan bokongnya menghantam lantai begitu keras karena seseorang menabraknya. “Sorry … sorry, gue enggak liat!” Pria yang bertanggung jawab membuat Jillian bersimpuh di lantai pun meminta maaf. Kin membantu Jillian berdiri. “Di antara banyaknya mahasiswa di sini cuma lo yang sering banget nabrak gue,” ketus Jillian meski ia mau juga menerima bantuan Kin dengan memegang kedua lengan berotot pria itu agar bisa berdiri sempurna. Kekehan Kin yang menanggapi sindirian Jillian, pria itu lantas menepuk-nepok bokong Jillian karena melihat debu di bagian belakang roknya. “Ish!! Lo ngapain!” Jillian mengehela tangan Kin, matanya menatap galak ke arah cowok itu. “Rok lo kotor dan By The way dari sekian banyak mahasiswi di sini, cuma lo yang berani marah-marah sama gue.” Karena biasanya cew
Read more
Dia Yang Salah
“Aku akan kembali ke New York mengurus segala urusan yang belum selesai dan akan kembali sekitar satu bulan lagi … apa kamu bersedia menunggu selama itu?” Augusta Maverick mengusap pundak terbuka Laura yang sedang berada dalam pelukannya setelah mereka menghabiskan sepanjang sore hingga malam untuk bercinta. Di usianya yang telah senja, Augusta Maverick merasakan kembali gairah seksualnya yang menggebu dan merasakan kenikmatan yang tidak terperi setiap kali bercinta. Mungkin karena ia melakukannya dengan orang yang benar-benar ia cintai. Dan selagi di sini, Augusta Maverick tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk menebus waktu dua puluh lima tahun tanpa kenikmatan bercinta. “Aku sudah menanti selama dua puluh lima tahun … apalah arti satu bulan.” Augusta Maverick tersenyum lalu mengecup kening Laura dan mengeratkan pelukan. Usai berpikir selama
Read more
Ungkapan Cinta Jillian
Rindu Kenzo yang begitu besar kepada Jillian sudah tidak bisa dibendung lagi. Bahkan ketika driver belum menghentikan mobil secara sempurna di depan loby gedung Penthouse—Kenzo sudah membuka pintu lalu turun dan menderapkan langkah di sepanjang loby. Mengabaikan sekuriti yang memberi hormat kepadanya karena seluruh pikiran terfokus pada Jillian. Beberapa menit lalu sang istri mengirimkan sebuah foto menggunakan lingery super seksi yang bahkan tidak dapat menutupi bagian intinya secara sempurna. Kenzo menghentak-hentakan kakinya tidak sabaran di lantai lift. Baginya saat ini box besi itu begitu lambat bergerak. Tangannya terangkat melonggarkan simpul dasi lantas membuka kancing di lengan kemeja lalu menggulung hingga sikut hanya untuk membunuh waktu hingga lift tiba di lantai di mana Penthouse-nya berada. Dan … Ting!
Read more
Pasrah
Lidah Jillian berdecak saat melihat Amira datang. Kenzo mengingkari janji yang katanya akan menemani Jillian memilih gaun untuk pesta undangan dari Presiden. “Enggak usah kaya gitu mukanya, Tante juga males nemenin kamu … tapi karena Kenzo yang maksa dan dia bos Tante jadi mau enggak mau Tante datang nemenin kamu.” “Tante balik lagi aja, Jill bisa kok pilih gaun sendiri.” Jillian mengusir tanpa mau melihat wajah Amira, menyibukkan dirinya memilih gaun dari iPad yang diberikan si pelayan butik. “Mana bisa kamu pilih gaun sendiri? Pesta ini adalah undangan Presiden untuk para pimpinan terpilih dari perusahaan raksasa di Negri ini … kamu pasti milih gaun buat anak TK dari pada gaun wanita dewasa.” Amira memprovokasi. Wanita itu menggeser duduknya agar lebih mendekati Jillian tapi yang bersangkutan hanya mendekus sebal. “Kenzo tadi berpesan, katanya kamu
Read more
Memata- matai
Tadi ketika dalam perjalanan menuju rumah Adam Askandar, Kenzo melihat mobil miliknya berada tepat di depan mobil operasional Indo Corp yang sedang ia tumpangi. Kenzo sempat menghubungi Jillian bermaksud menanyakan progres pemilihan gaun untuk nanti malam karena ia malah mendapati Jillian di jalan yang jauh dari butik—tapi sayangnya, panggilan telepon itu tersambung ke voice Mail. Mobil Kenzo tertahan lampu merah sehingga tidak bisa lagi mengetahui ke mana arah tujuan Jillian tapi ketika ia tiba di rumah Adam Askandar, Kenzo terkejut melihat mobilnya terparkir di sana karena sekuriti di depan tidak mengatakan apapun perihal kedatangan Jillian. Pria sekuriti pikir Kenzo dan Jillian janjian bertemu di rumah Adam Askandar. Kenzo segera masuk dan tidak mendapati Jillian di ruang tamu lalu ia mendengar teriakan Jillian dari ruangan di samping ruang tamu. Ia mendengar semua pembicaraan Jillian d
Read more
Belum Selesai Dengan Masa Lalu
Sambil mengemudi dengan kecepatan tinggi karena jalanan di pagi hari ini masih lengang—Jillian menghubungi pengacara daddynya untuk mengabarkan berita terbaru tentang Kenzo. “Calling Om Yudha.” Setelah berkata demikian, Jillian langsung tersambung dengan ponsel sang Pengacara. “Ya, Jill?” Yudha menyahut di nada dering ke tiga. “Om … Kenzo itu penipu, dia mau nipu aku … dia enggak mencintai aku, aku mau cerai sama Kenzo dan mau ambil alih perusahaan lagi!” “Woooow, ada apa ini Jill? Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?” Hening yang terjadi selama beberapa detik karena Jillian sedang menahan tangis. “Om tahu enggak kalau tante Amira itu mantan Kenzo dan dia juga sahabatnya putri pak Adam Askandar yang bernama Tiara? Om tahu enggak kalau Kenzo sengaja ngedektin Tiara untuk bisa menguasai perusahaan pak Adam Askandar?” “Jill … kamu
Read more
Monster Yang Menyeramkan
Jillian membekap mulutnya dengan tangan agar suara isak tangis tidak sampai terdengar ke luar bilik toilet kampus di mana ia berada, bersembunyi entah dari apa yang pasti saat ini ia merasa ketakutan. Bagi Jillian, Kenzo bukan lagi seorang Prince Charming melainkan monster yang menyeramkan karena ambisinya. Tapi jauh, sangat jauh di lubuk hati yang terdalam—Jillian masih mencintai Kenzo, sulit membenci pria itu. Berkali-kali Jillian memukul kepala agar otaknya berfungsi dengan benar karena kata cerai yang berulang kali ia ucapkan kepada Yudha hanya di mulut saja. Demi Tuhan, Jillian tidak tahu bagaimana nanti hidupnya bila tanpa Kenzo. Dan kenapa Jillian menjadi seemosional ini? Air matanya tidak berhenti mengalir semenjak tiba di kampus. Satu jam lamanya Jillian bersembunyi di toilet, ia baru keluar ketika kelas akan di mulai. Jilli
Read more
Tidak Menginginkannya
Kenzo langsung meminta drivernya membelokan kemudi menuju kampus Jillian padahal ia sedang dalam perjalanan menuju meeting penting. Wali kelas Jillian menghubungi Kenzo, memberitau jika Jillian pingsan dan dibawa ke klinik. Jika dulu Kenzo masih bisa mengesampingkan Jillian demi klien-kliennya yang akan menguntungkan perusahaan—sekarang tidak lagi. Pikirannya terfokus pada Jillian, masalah salah paham ini sesungguhnya mudah diselesaikan jika saja Jillian mau mendengar penjelasannya namun sayangnya Jillian tidak mau dan memilih mempercayai apa yang ia dengar dari Amira dan ia lihat di rumah Adam Askandar. Kenzo langsung menuju klinik begitu tiba di kampus Jillian. Langkah panjangnya tidak sabaran disertai raut khawatir yang tercetak di wajah pria itu, ditandai dengan kerutan di antara alis. Kenzo mendorong pintu klinik tanpa mengetuk. Netranya langsung
Read more
PREV
1
...
89101112
...
15
DMCA.com Protection Status