All Chapters of Mendadak Menikah Dengan Klien Papa: Chapter 81 - Chapter 90
144 Chapters
Tidak Berhenti Memberikan Kebahagiaan
“Ngapain sih pake surprise-surprise segala? Kalau dia niat pasti udah ngajakin kita liburan ke mana gitu buat ngerayain ultahnya kaya tahun kemarin ….” Callista menggerutu karena malam ini bertugas mengemudi ke kediaman Adolf Guzman alias rumah Jillian. “Selagi gue masih di sini gue mau kita seru-seruan apalagi momennya pas sama ultah Jillian … minggu depan gue udah pergi ke London.” Izora menimpali. “Iya, siapa tahu Jillian lupa sama hari ulang tahunnya … jadi surprise kita bakal keren banget kalau dia bener lupa.” Kirana yang kedua tangannya memegang dus kue begitu antusias. “Gue sih bukan apa-apa ya, Jillian itu udah enggak punya bokap … gerak-geriknya aja diawasin tiga walinya, nah pasti duit jajannya juga dikurangin … lo enggak inget waktu di Paris dia malah tidur di hotel dari pada ikut kita shopping … jadi, udah jelas banget ‘kan kalau dia itu enggak bisa kaya dulu lagi … dan kalau kita datang kasih surprise sama dia, bukannya akan menjadi
Read more
Sang Pujaan Hati
Sesuai kesepakatan beberapa hari lalu, Jillian dan ketiga temannya kembali berkumpul di Caffe Callista. Jillian menduga akan ada pesta kejutan karena ketiga sahabatnya belum mengucapkan selamat ulang tahun. Bibirnya mengulum senyum saat mendapati mobil ketiga sahabatnya telah terparkir di pelataran parkir Caffe Callista semakin memperkuat dugaan akan adanya kejutan di dalam sana. Jillian menghirup udara dalam kemudian mengembuskannya perlahan saat mendorong pintu Caffe Callista. Langsung menuju meja yang di klaim sebagai meja mereka di bagian outdoor Caffe. Dari jauh Jillian sudah melihat ketiga sahabatnya sedang duduk di meja tersebut tapi ia tidak melihat ada kue atau balon atau pernah-pernik ulang tahun lainnya. Oke, mungkin mereka akan membuat drama mengerjainya dulu. Dengan santai, kaki yang dibalut flatshoes dan dress di bawah lutut dengan motif
Read more
Bertemu Cinta Pertama Sang Suami
“Jadwalkan untuk kunjungan ke proyek dan beritahu mereka tentang perubahan hasil meeting lal—“ Kalimat Kenzo terhenti mendapati Jillian duduk di kursinya. Pria itu sempat terkejut lantas tersenyum kepada Jillian sebentar kemudian kembali melanjutkan instruksi untuk Amira. “Lalu buat laporannya dan kirim ke iPad saya,” sambung Kenzo kemudian. Entah Amira mendengar atau tidak instruksi dari Kenzo karena matanya melirik tajam pada Jillian sedangkan Kenzo tidak sekalipun mempersilahkan Amira masuk, pria itu menghadang di ambang pintu. Dan ketika Amira mengalihkan tatap pada Kenzo, ia mendapati sorot mata pria itu memberi kode kepadanya agar segera pergi. Tidak ada tanggapan ketika Amira memutar badannya lalu pergi, hanya delikan tajam yang ia berikan untuk Kenzo. Kenzo selalu mengabaikan sikap tidak profesional Amira, baginya yang penting Amira mau mengerjakan pekerjaan seba
Read more
Kekanak-kanakan
Jillian : Kenapa harus nginep? Kenzo : Karena tadi di sini hujan dan aku belum selesai ngecek proyek. Jillian : Pokoknya pulang sekarang! Jill enggak mau kamu nginep sama tante Amira. Kenzo : Kita tidur beda kamar, sayang. Jillian : Tadi pagi janjinya pulang! Kenzo : Aku minta maaf. Jillian kessseeeeelllll!!!!! Kenzo : Baby … Kenzo : Sayang? Kenzo : Kalau aku bolak-balik terlalu jauh, aku bisa sampai jam dua pagi lalu aku harus balik lagi jam empat pagi untuk tiba jam delapan di proyek. Kenzo : Baby Begitulah isi room chat Kenzo dan Jillian saat ini. Kemudian ponsel Jillian berdering panjang, Jillian melirik layarnya dan nama beserta foto Kenzo memenuhi layar. Jangan harap Jillian akan menjawab panggilan telepon dari Kenzo, ia sedang kes
Read more
Rumah Singgah
“Aku enggak ada perasaan apa-apa sama Amira … kalau aku mencintai dia kenapa dulu aku memutuskan dia dan kenapa aku enggak nikah sama dia aja?” Kenzo menarik tengkuk Jillian untuk menyatukan kening mereka. “Karena aku udah nggak mencintai dia lagi, sekarang aku mencintai kamu … hanya kamu.” Jillian membisu, kehabisan kata-kata. “Kamu boleh enggak ngakuin aku sebagai suami kamu tapi tolong … jangan dekat-dekat sama cowok lain … kamu tahu rasanya cemburu, kan?” Jillian menganggukan kepala. “Aku merasakan seribu kali lipat sakit dari apa yang kamu rasakan karena aku sangat sangat sangat mencintai kamu.” Kenzo menjauhkan wajahnya, mengusap kepala Jillian dengan lembut, menyelipkan sejumput rambut ke belakang telinganya. “Aku akan memindahkan kamu ke kampus lain kalau cowok itu masih dekat-dekat sama kamu.” Meski Ken
Read more
Kabur
“Jadi, ceritakan sama Mommy kenapa kamu kabur?” Laura dan Jillian melakukan semua percakapan ini menggunakan bahasa Inggris untuk menghargai Jeniffer yang tidak mengerti bahasa Indonesia. “Kenzo kerja terus, beberapa hari lalu ke luar kota trus kemarin malam ke Luar Negri … long weekend dia ke Malaysia dooonk … bayangin keselnya Jill ... jadi pas Kenzo pergi, Jill minggat ke sini.” Jillian memulai curhatnya sambil mengerucutkan bibir. “Di Malaysia ‘kan enggak long weekend.” Ucapan Laura itu percis seperti apa yang dikatakan Kenzo. “Tapi dia pergi untuk bekerja, bukan bersenang-senang.” Jeniffer mengingatkan. Jillian mengembuskan napas, melorotkan bahu, bersandar punggung lebih dalam. Kenapa sih tidak ada yang mengerti perasaannya? “Seharusnya kamu ikut setiap kali suami kamu pergi bussines trip, ayah mertua kamu selalu mencari wanit
Read more
Sayang
Kenzo tidak tahu kenapa bisa ada istri dari daddynya di rumah sang mommy dan mereka tampak begitu dekat. Lalu kakak tirinya juga terlihat akrab dengan Jillian. Apa saja yang sudah dilewatkannya selama dua hari pergi ke Malaysia? Kenapa ia seakan pergi puluhan tahun lamanya hingga mendapati kenyataan tidak masuk akal seperti ini? Setau Kenzo, Jeniffer sangat membenci Mommy Laura termasuk dirinya. Tapi kenapa istri dari daddynya itu bisa ada di sini bahkan duduk satu meja bersama mommy Laura? Kenzo berpikir seiring langkahnya menaiki anak tangga yang diseret oleh Jillian setelah tadi Jillian pamit dari ruang makan dengan alasan ingin bicara sebentar dengannya. “Kamu tuh ya, masa ngomong gitu sama Mommy?” tegur Jillian, kedua tangannya ia letakan di pinggang setelah menutup pintu rapat. “Panggil aku kaya tadi lagi!” titah Kenzo masi
Read more
Alih Nama Perusahaan
“Jill, aunty pulang setelah sarapan … kapan-kapan main lah ke New York … kamu harus kenalan sama Daisy dan Audrey, mereka baik dan manis seperti kamu.” Kemarin Jeniffer bercerita banyak tentang menantunya. Dan ternyata Jillian itu pandai berakting sampai Jeniffer memiliki kesan baik padahal aslinya kelakuan Jillian itu seperti Reog. “Iya aunty … nanti Jill ke sana sama Kenzo boleh?” Jillian mengaitkan tangan di pinggang Kenzo yang sedang merangkul pundaknya saat mendekat ke meja makan. “Boleh.” Jeniffer menjawab singkat, matanya melirik Kenzo sekilas. “Sarapan dulu Ken … Jill.” Laura berlagak seolah tadi malam tidak terjadi apa-apa, masih mau menyapa Kenzo dengan hangat. Seperti biasa, tidak ada sahutan dari Kenzo. Pria itu langsung duduk setelah sebelumnya menarik kursi di bawah meja makan untuk Jillian. Mata Ke
Read more
Ajakan Bercinta
“Kenapa kamu enggak pernah cerita tentang Tiara? Kenapa enggak bilang kalau Tiara itu anak pak Adam Askandar? Kenapa kam—“ Kalimat Jillian terhenti karena bibirnya dibungkam oleh bibir Kenzo setelah pria itu merengkuh pinggangnya untuk mengikis jarak. Sepanjang perjalanan pulang dari rumah sakit di mana Adam Askandar dirawat tadi Jillian bungkam seribu bahasa dan baru meledak ketika tiba di rumah. “Lepas ah, nyebelin!!!” Jillian mendorong dada Kenzo hingga pria itu mundur beberapa langkah. “Baby.” Kenzo mengesah, menyusul Jillian yang ngebut menaiki tangga. “Capek! Jill itu capek cari tahu tentang siapa kamu, Jill capek … kamu itu misterius banget, Jill jadi sanksi kalau kamu memang bener-bener cinta sama Jill.” Jillian nyerocos dengan nada tinggi penuh kekesalan. “Babyy ….” Kenzo menarik tangan Jillian membuat tubuh istrinya spontan berbalik dan ia langsung mengunci dengan memegang ked
Read more
Rencananya Berhasil
Di antara desah, peluh dan kenikmatan yang sedang melingkupi mereka berdua—dengan sangat terpaksa Kenzo harus menghentikan hentakannya. “Kenapa?” Jillian bertanya dengan raut wajah nelangsa. Ia hampir sampai tapi Kenzo malah berhenti. “Aku enggak pakai kondom … kayanya abis, lupa beli.” Kenzo mengesah hendak mencabut miliknya untuk berhenti. Kedua tangan Jillian yang melingkar di tubuh Kenzo menahannya. “Lanjutin, enggak apa-apa enggak usah pakai kondom … sekali ini aja.” Jillian terengah frustrasi. “Kamu yakin?” Kenzo mengusap kepala Jillian lembut lalu mengecup keningnya setelah sang istri menganggukan kepala. “Aku enggak bisa janji keluar di luar, Baby.” Kenzo menggeram, pacu hentakannya menaikkan tempo. Jillian menjawab dengan desahan dan lingkaran tangan di leher Kenzo. Pria itu melengkungkan tubuhnya lalu menekuk kedua lutut sehingga penetrasi yang dilakukan bisa lebih d
Read more
PREV
1
...
7891011
...
15
DMCA.com Protection Status