Semua Bab Mendadak Menikah Dengan Klien Papa: Bab 71 - Bab 80
144 Bab
Keluarga lain Kenzo
“Jadi namanya, Max?” “Iya … anak pertama daddy bernama Keith dan yang ketiga Sean, Max anak kedua.” “Kamu kenal sama mereka?” Jillian bisa merasakan kepala Kenzo menggeleng karena rahang pria itu bergesekan dengan keningnya. “Kita hanya saling tau tapi belum pernah berkenalan dengan benar … beberapa kali aku bertemu mereka di Jakarta dalam suatu forum … atau ketika ada acara para pemimpin perusahaan di Canada dan Australia … tapi enggak pernah bertegur sapa.” “Sekarang … kamu masih marah sama mommy dan daddy?” Hening beberapa menit terbentang, Kenzo tidak mampu menjawab pertanyaan Jillian. “Harusnya sih enggak ya, soalnya kamu sekarang udah sukses tanpa bantuan daddy … kamu berhasil menunjukan kalau kamu itu berharga.” “Enggak semudah itu.” Kenzo bergumam dan Jillian masih
Baca selengkapnya
Ospek
”Baby, bangun … ayo mandi … nanti kamu terlambat ospek.” Kenzo menarik tubuh Jillian yang berbaring membelakanginya, lalu ia masukan tangan ke bawah leher dan paha Jillian kemudian mengangkat Jillian yang tubuhnya masih dalam keadaan polos. “Males ah, aku enggak mau ospek!” Jillian mengeratkan lingkaran tangan di leher Kenzo ketika pria itu hendak menurunkannya di bathub yang telah terisi air. “Kamu harus ospek, biar tahu semua tentang kampus baru kamu.” Kenzo membungkuk lebih dalam untuk menenggelamkan tubuh Jillian ke bathub dan mau tidak mau Jillian terbenam di bathub yang telah berisi air sabun. “Jangan ngambek, donk sayang!” Kenzo mengapit dagu Jillian kemudian menariknya agar ia mudah memberikan kecupan di bibir sensual itu. Bibir Jillian mencebik lantas mendelik tajam sebagai bentuk protes. Jill
Baca selengkapnya
Ingin Bahagia
“Jill!” panggil Kenzo, menyusul Jillian yang berjalan cepat menuju parkiran. “Tau ah!” seru Jillian merajuk. “Tunggu,” pinta pria itu menambah kecepatan langkahnya. “Jill,” panggil Kenzo lagi yang akhirnya bisa meraih tangan Jillian. “Lepas! Nanti orang mikir yang enggak-enggak.” Kenzo tidak mengerti kenapa Jillian menjadi ketus seperti itu tapi tak ayal ia melepaskan tangan Jillian. Pria itu membuka pintu mobil di kabin depan untuk Jillian lalu memutar setengah bagian mobil dan duduk di belakang kemudi. Sore ini, Kenzo mengemudikan sendiri mobilnya pulang dari kantor. “Kamu kenapa sih?” Kenzo bertanya begitu santai dengan nada rendah saat mobil yang ia kendarai mulai melaju bergabung dengan banyak kendaraan di jalan raya. Jillian tidak menjawab, menol
Baca selengkapnya
Rindu
Augusta Maverick menatap Laura dalam, wanita yang tengah tertidur pulas dalam pelukannya itu tidak bergerak barang sedikit pun, menempel dan mendesak, melingkarkan tangan di pinggangnya seakan enggan untuk berpisah. Ia tahu bahwa Laura juga merindukannya tapi wanita cantik ini terlalu santai untuk tidak merecoki hidupnya yang sibuk. Dibelainya pipi Laura dengan punggung tangan kemudian kecupan singkat Augusta Maverick berikan di kening wanita itu, wanita yang telah melahirkan anaknya, yang kini menjadi seorang pria hebat. Ingatan Augusta Maverick ditarik paksa pada kejadian tiga puluh dua tahun silam, saat itu ia mengunjungi sebuah night club di Bali untuk melepas penat setelah seharian disibukkan dengan meeting dalam proyek terbaru. Augusta Maverick bersama sekertarisnya duduk di salah satu meja, Jhon-sekertarisnya kala itu memesan minuman untuk mereka. Laura yang masih berusia enam belas tahun menjadi pelayan di sana, mes
Baca selengkapnya
Kegilaan Amira
Jillian : Aku ke toko buku sebentar beli alat tulis, terus pulangnya ke Caffe Callista. Jillian mengirim pesan singkat kepada Kenzo. Perlu diketahui jika tadi bagi Jillian merajuk karena di hari Sabtu yang cerah ini—Kenzo harus melakukan touringdengan seorang klien pecinta motor besar. Ingin memaksa ikut tapi tidak mungkin karena itu akan memberitau dunia jika ia adalah istri Kenzo. Tapi Jillian juga tidak ingin ditinggal, akhirnya Jillian bertingkah dengan melempar semua pakaian Kenzo yang tertata rapih di walk in closet keluar kamar—berdrama mengusir suaminya dan bujukan demi bujukan Kenzo baru berhasil didetik-detik terakhir waktu kumpul keberangkatan touring. Beruntung Dion yang saat itu ada bersama Amira di Penthouse Kenzo dan menyaksikan drama Jillian dengan Kenzo—memiliki ide cemerlang yaitu meminta heli standby di rooftop agar bisa mengantar Kenzo tepat waktu ke tempat acara. Sementara motor besar milik
Baca selengkapnya
Penjelasan
“Waktu di Paris kemarin gue sama Kirana dan Izora ketemu Rangga lho, Jill.” Jillian yang sedang menyeruput green tea latte nyaris tersedak mendengar ucapan Callista. “Kok baru ngomong sekarang? Dia tahu gue pergi sama Kenzo?” “Eh … tuh ‘kan keceplosan.” Jillian membatin. “Maksudnya om Kenzo,” ralat Jillian lagi. “Iya lah, dia tanya ya gue jawab jujur … lo itu bukannya mau ketemu Rangga kenapa malah ketemu om Kenzo sih? Gue juga lupa tanya sama lo waktu di sana.” Jillian mengembuskan napas panjang, bersandar punggung lantas menatap sedotan yang sedang ia putar-putar di dalam gelas. Raut wajahnya drastis menyendu bukan karena Rangga berselingkuh dengan wanita lain tapi sakit hati karena orang yang ia percayai di dunia ini ternyata tidak sebaik kelihatannya. “Dia ngomong apa aja sama lo?” Bukannya menjawab pertanyaan Callista, Jillian malah ingin tahu apakah Rangga mengatakan yang sebenarny
Baca selengkapnya
Mengubah Jillian
“Callista itu kalau udah curiga suka tiba-tiba jadi agen FBI atau CIA ... dan dia nebak apa aku punya gebetan? Aku gugup banget, aku takut kebongkar kebohongan kita jad—“ “Kebohongan kamu! Aku enggak pernah berniat enggak ngakuin kamu … aku selalu ingin ngakuin kamu sebagai istri di depan semua orang.” Kenzo menyanggah tegas. “Iya salah aku … maaf, kamu ‘kan tau alasan aku enggak mau ngakuin hubungan kita.” Jillian mengaku, ia pasrah yang terdengar jelas dari nada suaranya yang begitu rendah dan penuh penyesalan. “Jadi aku bilang aja kalau aku udah punya crush dan dia tanya siapa, aku langsung jawab Kin Dhananjaya.” “Kenapa harus Kin Dhananjaya? Apa istimewanya laki-laki itu sampai tersimpan di benak kamu?” Pertanyaan itu mencerminkan sekali keposesifan Kenzo sampai Jillian merinding mendengarnya. “Enggak ada yang spesial, dia satu-satunya nama laki-laki di kampus yang aku ingat karena ketua BEM dan
Baca selengkapnya
Penuh Hasrat
Kenzo : Baby, aku ada meeting jadi pulang terlambat. Kenzo : Jangan begadang! Sudah hampir seminggu Kenzo selalu pulang malam, semenjak mendapat Award—nama Kenzo menjadi terkenal, bukan hanya perusahaan dalam Negri bahkan di Luar Negri pun banyak yang ingin menjalin hubungan bisnis dengan perusahaan yang dipimpin Kenzo dan hal tersebut sangat menyita waktunya. Awalnya Jillian tidak mempermasalahkan karena tugas kuliahnya pun menumpuk, sehingga ia bisa mengerjakan tugas kuliahnya dengan tenang tapi ketika sedang tidak ada tugas kuliah seperti malam ini—Jillian merasa sangat kehilangan Kenzo. Sebuah ide nakal lantas muncul di benak Jillian, ia mengambil foto dirinya lalu mengirimkan kepada Kenzo. Tidak lupa Jillian memberikan caption pada foto itu. Jillian : Do You mind if I steal a kiss? Kenzo : Damn! Jillian tergelak, tapi tidak berhenti sampai di sana, ia berlari ke dalam walk in closet
Baca selengkapnya
Augusta Maverick
“Jangan berisik ya.” Kenzo memperingati sambil menempelkan telunjuknya di bibir sebelum membuka MacBook. Jillian mengedipkan satu mata seraya membentuk huruf O dengan ibu jari dan telunjuknya. Dengan patuh Jillian duduk di sofa merah yang bentuknya sensual dan berada di dekat meja kerja Kenzo. Kenzo langsung tersambung dengan ruang meeting di mana setiap pimpinan divisi sudah siap untuk mempertanggung jawabkan laporannya. Baru kali ini Jillian melihat Kenzo memimpin rapat, suaminya memiliki kharisma kuat yang mampu membuat setiap orang tunduk dan setuju dengan setiap apa yang keluar dari mulutnya. Jillian jadi tahu satu hal kalau Kenzo ternyata pemimpin yang tegas, berkali-kali Kenzo menegur bawahannya ketika tidak bisa memberikan alasan yang memuaskannya karena target tidak tercapai. Tapi Kenzo juga mampu memberikan solusi yang bisa dilakukan orang itu memperbaiki kinerjanya. Luar biasa bukan?
Baca selengkapnya
Mirip Masa Lalu
“Lo enggak salah?” Izora meneliti penampilan Jillian dari atas hingga bawah. “Apanya yang salah?” Jillian bertanya polos. “Style lo … sejak kapan ganti style jadi cupu gini?” Jillian menunduk menatap pakaiannya lalu mengembuskan napas jengah seraya menjatuhkan bokong di sofa Caffe Callista di mana mereka berada saat ini. Sebentar lagi Izora akan pergi ke London jadi sebelum itu ingin sering bertemu dengan tiga sahabatnya dan Caffe Callista akan selalu menjadi tempat mereka berkumpul karena tidak akan ada yang protes bila mereka berlama-lama di sini. “Gue mikirnya juga gitu, gue pasti aneh banget pake baju-baju kaya gini … tapi si Ayang nyuruh gue ke kampus pakai dress ini, malah hampir setiap pulang kerja dia mampir dulu ke Mall buat beliin gue baju untuk dipake ngampus … kalau enggak dipake ‘kan enggak enak sama si Ayang, kasian si Ayang udah perhatian banget beliin baju buat gue.” Jillian berceloteh di dalam hatinya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
15
DMCA.com Protection Status