Semua Bab Istri Seksi Sang Casanova: Bab 31 - Bab 40
66 Bab
Bab 31. Sikap Firheith yang Manis
‘Kemana wanita itu? Baru saja tadi pagi aku hukum, ternyata dia masih berani juga melawanku!’ gerutu Firheith penuh khawatir jika Adam menggunakan kelemahan Mutia yang suka dengan anak-anak. Sebenarnya Firheith juga sama menyukai anak kecil, seperti pada Noah—putra pertama dari Richard dan Alda. Sayangnya kalau dengan Neil, tidak! Itu karena Neil anak dari Adam Janssen. Tetapi Firheith tidak ingin gegabah kali ini dan memilih untuk menyelidikinya lebih dulu. “Permisi Tuan Muda, sekarang kita harus ke mana?” Melihat mata merah Firheith, Sopir agak gugup menanyakan. Firheith yang mengusap rahang dan tengah berpikir lantas menatap ke depan. “Putar arahnya pulang ke rumah!” Siapa tahu Mutia pulang berjalan kaki dan belum jauh? Jadi Firheith bisa mengajaknya pulang bersama-sama agar dia yang mengandung tidak kelelahan.“Baik, Tuan.”“Tapi mengemudikannya pelan-pelan saja!” Di sepanjang jalan menuju rumah, Firheith tak menemukan keberadaan Mutia. Sampai akhirnya tak terasa mobilnya
Baca selengkapnya
Bab 32. Perasaan Tidak Biasa
Liukan tubuh Mutia bagai geliat ular, jemarinya yang lentik menyengkak rambut coklat Firheith saat merasakan buncahan gairah mengalir ke setiap nadi darahnya. “Mmmhhh… Berhenti, Fir…” Mutia menggigit kuat bibir bawahnya seraya terpejam, menikmati usapan panas yang menekan titik intinya. Sudut bibir Firheith Croussant Lander melengkung, manik tembaganya yang terkungkung hasrat menyambangi wajah sayu Mutia penuh damba. Dia semakin seksi ketika terengah napas dan lezat, seperti kini Firheith mengecup kelembutannya dengan gerakan sensual. “Ugh… Fir…” Mutia kalang kabut, kenikmatan yang Firheith berikan membuatnya melayang dan napasnya tersengal-sengal ketika sesuatu akan menyembur. “Tidak, berhenti!”“Benarkah baby?” tanya Firheith dengan tatapan mengejek. Mutia menolak tapi Sialnya, Mutia terus menjerit nikmat. Firheith juga semakin menggila di bawahnya. Kontan, Mutia yang malu jika sampai itu terjadi. Cepat-cepat mencegahnya.Dengan sekuat tenaga Mutia menyingkirkan Firheith yang se
Baca selengkapnya
Bab 33. Test Pack MIlik Siapa?
Mutia masih terbatuk-batuk karena kaget mendengar ucapan Firheith barusan. Tetapi suaminya yang mesum ini, mengejutkannya lagi dengan perhatian menyodorinya segelas air putih. “Baby,” katanya dengan berbisik ke telinga Mutia penuh kelembutan dan mengusap punggungnya, “Minumlah, lain kali makannya jangan terburu-buru.”Terpaksa Mutia meminum air pemberian itu, walau matanya tajam melirik Firheith. ‘Ini semua karena ulahmu! Malah menyuruhku makan pelan-pelan!’ omel Mutia dalam hati. Melihat itu, senyum bertebaran di wajah Gabriel. Akhirnya apa yang ia rencanakan waktu itu mengancam Mutia agar tidak bercerai dari Firheith tidak sia-sia. “Bagaimana Pa? Kau setuju dengan resepsi pernikahanku dan Mutia?” Firheith bertanya lagi, karena Gabriel belum menjawab. “Papa setuju sekali dengan idemu, Fir. Malah senang agar semua kolega bisnis kita mengetahui pernikahan kalian,” jawab Gabriel kemudian melarikan matanya pada Glady yang masih stroke itu, “Mamamu juga pasti setuju.”Padahal mata G
Baca selengkapnya
Bab 34. Foto Wanita Lain di dompet Suamiku
“Mutia, kita sudah sampai.”Ada apa dengan istrinya ini yang terlihat melamun? "Mutia...," panggilnya sekali lagi. Tangan Firheith ingin menyentuh bahu atau menggenggam tangan Mutia, tapi ia urungkan teringat janjinya malam itu.Lebih baik Firheith memutuskan keluar dan membukakan pintu untuknya. Berkat derit pintu, lamunan Mutia yang memikirkan soal Celine buyar. “Sudah sampai, ya?”Bibir Firheith mengulas senyum, namun tatapan hangat Mutia itu menjadikannya kikuk. “Sejak tadi, Mutia.”“Kenapa kau tidak memberitahuku?” tanya Mutia seraya keluar dari mobil. Firheith pun menggeser tubuhnya memberi jalan agar Mutia leluasa keluar. “Aku sudah memanggilmu, tapi kau tidak mendengar.”“Kau ‘kan bisa mengguncang bahuku supaya aku dengar,” kata Mutia sambil menatap pada Firheith yang kini menyandarkan dagunya ke atas pintu yang terbuka. “Aku sudah berjanji tak akan menyentuhmu, bukan?” Ah, iya. Mutia lupa, gara-gara ini dia sendiri yang malu dengan rona di pipinya. “A-aku masuk ke dal
Baca selengkapnya
Bab 35. Wanita dari Masa Lalu
Bahkan tawaran Adam yang memberinya tumpangan juga Mutia tolak, karena tak ingin terjadi kesalahpahaman lagi di antara Firheith dan Adam yang berujung pertengkaran atau hukuman di ranjang yang akan Mutia dapat.“Ah, ini sudah akan gelap!” Mutia menaikkan pandangannya ke langit yang mulai berganti kelabu. Kilatan petir membelah, angin berembus cukup kencang menerpa kulit Mutia yang diusap karena merasa kedinginan. Hujan sepertinya akan turun, Mutia juga tak membawa payung atau pun jas hujan. Daripada pulang basah kuyup, lebih baik Mutia pulang sekarang berjalan kaki. ***Mansion Lander. “Fir, istrimu papa lihat belum pulang? Apa kau tidak menjemputnya?” tanya Gabriel saat menemui putranya di kamar. Firheith malah terlihat menyibukkan diri dengan pekerjaannya di laptop. Pria tampan berlesung pipi ini mendongak, menatap Gabriel. Diam lalu menghubungi Tobi, sopir rumahnya untuk menjemput Mutia. Keheranan, setelah telepon berakhir. Gabriel perlahan mensejajari duduk Firheith lalu bert
Baca selengkapnya
Bab 36. Tidak Selemah yang Dipikir
Ringis kesakitan hadir di wajah Mutia, bukannya Celine membantu kakak iparnya ini yang kesulitan bangun. Tetapi malah menertawakannya bersama Esmeralda, sehingga Mutia berusaha menopang tubuhnya sendiri dengan berpegangan pada kursi.“Nona Mutia!” pekik Espen. Melihat sang Nona muda kepayahan, Espen berlari menolong. “Anda tidak apa-apa?” tanyanya khawatir sambil memapah. Ia takut akibat jatuh kandungan Mutia dalam masalah. “Tenanglah, Espen. Aku baik-baik saja,” jawab Mutia pelan yang tidak ingin dianggap lemah di hadapan Esmeralda dan Celine. Namun, Espen yang kesal menatap berani pada Esmeralda yang tak ia sukai sejak menginjakkan kaki di mansion ini. “Apa kau lihat-lihat?! Turunkan matamu pelayan!” hardik Celine dengan bertolak pinggang angkuh. Seketika wajah Espen menunduk. “Maaf, Nona Celine.”“Dan kau?!” tunjuk Esmeralda pada Mutia yang kemudian menoleh nanar, “Jangan bangga mengandung anaknya Fir. Kalau hanya bayi saja, aku juga bisa memberinya. Itu mudah, karena kami
Baca selengkapnya
Bab 37. Alasan Kepergian Firheith
Sebelumnya. Firheith menyandarkan kepala di punggung kursi eksekutif nya. Tubuhnya terasa lemas dengan mata terpejam, namun ada sesuatu yang ia tahan dan banyak sekali yang Firheith pikirkan. Ekor matanya bergerak menuju atas meja di mana ponselnya tergeletak. Sejak tadi tak pernah berhenti berdering atau mendapat kiriman notif pesan dari klien dan para orang-orang yang bekerja untuknya. Firheith berada di sini bukan tanpa alasan, dia memang sengaja! Menghindari sesuatu yang belakangan membuatnya gundah. Antara perasaan, kesal dan dilema. Seperti kini, Firheith menatap ponselnya dengan ragu. Pada sebuah nomor yang baru ia gulir dan ingin dihubungi. Tapi selanjutnya, pria ini justru mengajak ngobrol sebuah foto wanita dengan posisi tidur, yang pernah ia foto diam-diam. “Bagaimana kabarmu? Apa kau baik-baik saja tanpaku?” Firheith tersenyum, hatinya merindu dengan rasa tak biasa saat menatap wajahnya itu. Lalu perlahan Firheith membuka pesannya yang sering ia abaikan. Seketika i
Baca selengkapnya
Bab 38. Salah Paham
“Kau.” Mutia menunjuk Adam dengan kaget, setelah duda ini seminggu tak pernah muncul. Katanya dia dan Neil tengah berada di luar kota untuk urusan keluarga. Sehingga Neil harus libur sekolah. “Hai, Miss. Apa kabar?” Adam tersenyum menawan, terlihat senang kembali ke Brussel dan tak sengaja lewat malah bertemu wanita idamannya. “Baik,” jawab Mutia dengan menjaga jarak.Tetapi Adam terus maju, hingga tempat berpijak Mutia mentok ke gerbang.Semakin berkesan jika mereka berdua memang niat bertemu dan Mutia tak menyadari, jika Firheith tengah memperhatikan interaksinya dengan Adam. “Ehem! Kau sedang menunggu siapa Miss Mutia?” tanya Adam sambil mengedarkan pandangan ke jalanan yang cukup ramai. Sebab St. John’s berhadapan langsung dengan jalan utama komplek perumahan mewah ini. Rahang Firheith mengetat, bola mata tembaganya berubah memerah sambil meremas kasar buket mawar yang ia pegang dengan murka. Buket bunga itu yang rencananya akan Firheith berikan pada Mutia sebagai kejutan.
Baca selengkapnya
Bab 39. Kotak Merah Hati
Bunga mawar merah yang masih terlihat segar. Tapi tangkainya patah juga terdapat noda darah saat Mutia perhatikan. “Siapa yang sudah membawa buket bunga ini ke kamar?” pikir Mutia sambil terduduk di kursi meja rias. Tidak ada yang masuk sebelum dirinya kecuali… Sepasang netra Mutia terbelalak. “Fir? Astaga! Benarkah Firheith yang membawa buket mawar merah ini. Lalu untuk siapa?" Mendadak, dada Mutia terbakar. Ia remas gulungan handuknya kesal, saat ia masih dengan posisi sama berbebat handuk. Kendati mengira jika buket bunga itu pastilah ditujukan untuk Esmeralda. Ya, memang wanita perebut suami orang itu tak ada lagi di rumah ini semenjak Firheith pergi. Bukan berarti Esmeralda tak akan kembali, setelah tahu Firheith pulang. “Dasar pasangan selingkuh tak tahu diri! Tidak punya perasaan dan tidak bisakah Firheith itu memikirkan bayi di perutku seperti omong besarnya?!” gerutu Mutia yang tiba-tiba sedih, kala netranya memanas. Dan tanpa disangka, perasaan ingin diperhatikan suam
Baca selengkapnya
Bab 40. Pernyataan Cinta
Mutia menerima kotak perhiasan itu dengan perasaan tak menentu. Ia membukanya perlahan dengan jantung berdebar, karena penasaran isi di dalam kotak perhiasan ini."Ka-kalung berlian?" sebut Mutia dengan mengerling langsung pada Firheith yang ternyata juga sedang menatapnya dengan hangat dan tersenyum tulus."Itu aku pesan khusus dari Rusia dan tidak dijual bebas. Limited edition," jelas Firheith semakin membuat Mutia terkejut. "A-apa?" Mutia menelan ludahnya kasar. Rahangnya terbuka memandangi kilauan berlian itu yang sangat indah, terdapat liontin huruf "M" yang melambangkan namanya. Seumur hidup saja Mutia tidak pernah ke Rusia, tapi Firheith sudah memberikan hadiah berlian dari negara yang terkenal dengan banyak julukan itu. Salah satunya "Roma Ketiga" negara yang Mutia impikan untuk mengunjunginya. "Fir...," panggilnya lirih. Kedua matanya berkaca-kaca memandangi wajah tampan pria itu yang semakin tampan setelah mandi."Kau suka kalung berliannya?"Mutia cepat menganggukkan kepa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status