Semua Bab Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam: Bab 41 - Bab 50
71 Bab
Bab 41 Rahasia Terungkap
"Iya, juga sih, Mah." Waktu pun sudah sore, waktunya pulang. Bu Nita pasti sudah menunggu, kami semua beranjak pergi, dan setelah mengantarkan Nana, aku dan Roy pulang ke rumah. Rasa rinduku pada Nana sudah terbalaskan. Sekarang aku kembali di kosanku, karena capek seharian jalan-jalan aku pun terbaring di sofa dengan tubuh terlentang. "Roy!" Panggilku."Apaan sih, lo. Teriak-teriak." Jawab Roy dengan membawa segelas jus alpukat untukku "Nih" Roy menyodorkan jusnya. "Perhatian banget, sih lo. Thanks yah!" "Pijitin kakiku dong, pegal banget," lanjutku.Mata Roy membelalak karena dia juga merasa lelah dan butuh istrihata, tapi jika aku yang minta Roy tak tega, karena aku sedang hamil dan Ibu hamil itu gampang capeknya. Akhirnya Roy pun menuruy kepadaku."Ala, kok, kaki lo kayak yang bengkak gitu?" Tanya Roy sembari memijat-mijat kakiku."Iya, gue juga aneh, emang Ibu hamil kayak gini yah?" Aku merasa aneh."Mungkin!" ***Di lain tempat Arga dan Naya sedang berada di sebuah cafe,
Baca selengkapnya
Bab 42 Merasa Tak Yakin
Bu Amelia terdiam sejenak, sebelum menjawab semua pertanyaan Arga. Mungki dalam pikirannya ia tidak menyangka kalau rahasia beberapa tahun silap bisa terungkap oleh orang yang tak ia kenal "Siapa suami dari Alara memangnya?"tannyanya penasaran."Suami Alara adalah, dia!" Arga menunjuk Andre yang baru saja datang sejak tadi dari toilet.Semua menoleh kearah yang di tunjuk Arga, yaitu Anre. Mata Bu Amelia membelalak ketika yang di tunjuk Arga itu adalah Andre. Tak bisa percaya dengan kenyataan yang saat ini dia hadapi, serasa mimpi tapi sebuah kebenaran yang baru saja terungkap. Andre bingung semua tatapan tertuju padanya, membuat dia melihat semua arah belakang, pinggir dan depan. "A-ada apa?" Andre bingung semua menatapnya serius apalagi Bu Amelia yang masih mematung di tempatnya, tak percaya bahwa lelaki yang selama ini bersamanya adalah mantan suami putrinya."Tidak, tidak, ini tidak mungkin, aku yakin ini hanya mimpi buruk!" Bu Amelia menepuk sebelah pipinya rasa tak percaya yang
Baca selengkapnya
Bab 43 Pengakuan
Sontak saya aku kaget dengan kedatangan Bu Amelia apalagi dia tiba-tiba memelukku dan menangis, tak tahu bagaimana ceritanya Bu Amelia bisa tahu alamatku saat ini."Bu Amelia!" "Alara," maafkan aku, karena aku tak merawatmu! Tolong maafkan aku, sayang!" Aku hanya bingung entah apakah yang harus aku lakukan, semua perkataan Bu Amelia aku tak mengerti. Apa maksudnya? "Bu, bangun, Bu. Tolong ada apa ini jelaskan sama saya?" Tegasku sembari membangunkannya dari lantai yang ketika sedang bersujud padaku. "Roy, kenapa ini? Ada apa dengan Bu Amelia?" Lanjutku. "Gue aja nggak tahu siapa Ibu ini, apalagi masalahnya," Roy juga bingung dengan sikap Bu Amelia yang terus saja menangis."Alara, sayang. Sekarang Ibu pasrah dengan sikap apapun yang akan kamu berikan pada Ibu, karena memang Ibu adalah Ibu durhaka, Nak! Bu amelia sedikit demi sedikit menjelaskan. "Maksud Ibu apa? Tolong yang jelas, Bu. Agar saya paham dengan masalahnya," ucapku tepat di hadapannya duduk dengan memegang kedua tang
Baca selengkapnya
44 Lahiran Anak Pertama
Aku kesulitan menyeimbangkan langkah Mas Arga yang lebar, saat kami sampai rumah sakit tujuan, belum reda keterkejutan karena dia mengendarai molil seperti orang yang kesetanan, dia juga sempat membentak, karena aku menghambat perjalanan dengan muntah di jalan.Jujur, aku mengaku salah karena hanya memikirkan diri sendiri dalam dua pekan terakhir. Namun, siapa yang tahu bagaimana semua takdir berjalan, begitu juga dengan waktu persalinan Alara, yang tiga pekan lebih cepat dari tanggal yang su jadwalkan.Seharusnya seminggu sebelum persalinan kami tiba di batam, mengurus segala hal bersama Dokter Antoni sampai persalinan dilaksanakan di tempat yang sudah direncanakan, yaitu rumah sakit awal, Batam.Namun, semua di luar perkiraan Alara justru terpaksa harus melahirkan di rumah sakit Umum, Jakarta. Awalnya aku hanya ingin menikmati detik-detik kebersamaan bersama orang terkasih sebelum akhirnya membagi semua hal itu dengN orang lain.Sebenarnya aku menyayangi Alara. Aku juga senang saa
Baca selengkapnya
Bab 45 Perdebatan
"Bunda pernah tanya ke Mas di awal-awal kehamilan, agar Mas jaga batasan, biar semuanya nggak larut terlalu dalam selama tujuh bulan Mas bahkan nggak berani sentuh Alara, Mas pertahankan komitmen yang udah kita bangun di awal. Tapi, lihat aja yang sekarang terjadi? Sejak memutuskan menandatangani kontrak seharusnya kita udah siap dengan segala kemungkinan besar. Aku tahu pasti jadi seorang Ibu itu nggak mudah, mengandung fan melahirkan belum tanggung jawab untuk mendidik satu generasi. Saat Ms datang menawarkan kesepakatan dan uang, Alara udah setuju untuk mewujudkan harapan kita untuk menjadi orangtua, dia setuju menyewakan rahim dan sebagian kecil waktunya untuk mengandung anak kita. Dia datang untuk pergi, Mas. Di datamg hanya untuk singgah sebentar. Bukan untuk menetap dan merampas kebahagiaan yang selama tujuh tahun kita impikan!"Ms Arga memalingkan pandangan. Beberapa kali di usap wajah kasar."Kamu nggak ngerti, Nay!" "Apa yang aku nggak ngerti, Mas?" Dia kembali membungk
Baca selengkapnya
Bab 46 Di Paksa Mengerti Oleh Keadaan.
Dokter mengatakan bahwa Alara mengalami reaksi hemolitik imun akut. Komplikasi ini jarang terjadi, tapi sifatnya bisa gawat darurat jija dialami pasien. Reaksi hemolitik imun akut terjadi ketika tubuh menyerang darah merah yang berasal dari darah donor. Reaksi dapat terjadi saat proses transfusi sedang berlangsung atau setelah prosedur dilakukan.Sampai saat ini perempuan itu masih tak sadarkan diri. Dokter terus berupaya melakukan berbagai macam cara untuk membuat Alara mampu melewati masa kritisnya. Satu jam berlalu kami menunggu di depan ruang ICU, tetapi Dokter masih belum juga memberi keterangan pasti. Begitu pintu ruang ICU terbuka, aku dan Bu Amelia langsung bangkit dari posisi. Sejenak Dokter lelaki tersebut membuka kacamatanya dan mengusap peluh."Kami sudah berusaha memaksimalkan mungkin tapi beberapa teknologi di rumah sakit kami masih sedikit kurang memadai. Bu Alara harus di rujuk ke rumah sakit yang lebih besar." Dokter menghela napas panjang. "Untuk sementara kami n
Baca selengkapnya
Bab 47 Rasa Takut Kehilangan
***Hari ini aku berniat untuk menjenguk Alara ke rumah sakit, mumpung masih ada Bunda di rumah yang jagain Alea. Karena tidak mungkin juga aku bawa Alea ke rumah sakit, aku sudah menyiapkan makanan untuk di bawa ke rumah sakit buat Mas Arga makan. Sengaja aku tidak memberitahu Mas Arga terlebih dahulu karena aku ini inisiatifku. "Bun, aku berangkat ke rumah sakit dulu, yah? Bunda jagain Alea, aku tidak akan lama, kok." Ucapku sembari menuapkan bekal makanan untuk Mas Arga."Naya, mau-maunya kamu jengukin madu kamu itu, lebih baik kamu doakan saja dia biar cepat mat_" kalimat Bu Riska terputus karena Naya memotongnya."Bun! Nggak baik mendokan yang tidak baik, jangan bilang begitu, doakan biar cepat sembuh biar masalah aku dan Alara bisa segera selesai." Sahutku meminta Ibu mengerti."Mendingan kalau dia sembuh dan dia mengalah menyerahkan Arga buat kamu, coba kalau dia merebut Arga kemudian Arga memilih wanita jalang itu! Kamu juga, kan, yang akan rugi." Cetus Bunda semakin emosi.
Baca selengkapnya
Bab 48 Alara Sadar Dari Koma
Sesampainya aku dan Arga di depan pintu ruangan Alara, Bu Amelia dan Roy sudah berdiri di sana, kulihat Bu amelia terlihat menangis. Dokter yang sedang memeriksa keadaan Alara saat itu, rasa yang tak tahu apalagi yang kurasakan ini antara tidak senang mendengar jika Alara sadar dari komanya. "Bu! Gimana Alara?" Tanya Arga sesampainya di sana. "Alara lgi d periksa oleh dokter!" Ucap Bu Amelia tegang."Memang benar Alara sadar, bu?" Tanya Arga serius."Iya, tadi dia memanggil-manggil nama kamu, Ga!" Jawab Bu Amelia.Deg! Aku melngkah selangkah ke belakang memegang pelan, dadaku yang terasa sesak ketika mendengar penuturan Bu Amelia bahwa orang pertama yang Alara sebut ketika ia sadar dari komanya adalah Arga! "Dok! Bagaimana istri saya?" Tanya Arga ketika Dokter keluar dari ruangan Alara."Alhamdulillah, akhirnya Bu Alara sekarang sadar, dia sudah sadar dari komnya. Semua doa dari kalian tuhan mengabulkannya, akhirnya Alara sudah melewati masa kritisnya. Dan dia memanggil-manggil Na
Baca selengkapnya
Bab 49 Meluapkan Amarah
"Nay! Udah selesai bicaranya dengan Alara?" Tanya Arga ketika Naya keluar dari ruangan rawat Alara."Udah, aku pulang. Aku khawatir Alea rewel di rumah, kamu pulang sekarang atau nanti?" Tanya Naya ketus."Loh, kenapa? Bukannya kamu mau nanti aja pulangnya bareng sama aku." Ucap Arga aneh melihat sikap Naya."Yaudah." Naya melangkah pergi dengan raut wajah yang kesal."Ada apa dengan Istrimu itu, Ga? Apakah dia ada masalah, kok jutek tiba-tiba," sahut Roy.Arga juga bingung dan tak tahu Masalah Naya seperti itu. Kemudian Roy yang giliran masuk ke ruangan Alara, karena dia sudah kangen dengan sahabat bawelnya tersebut."Aku masuk, yah. Aku udah kangen sama si bawel!" Ucap Roy kemudian masuk ke dalam ruangan Alara"Hay! beb, gue kira lo akan mati, karena lo nggak bangun-bangun!" Seru Roy ketika menghampiri Alara yang sedang berbaring di brankar."Sialan, Lo. Malah nyumpahin gue 'mati' bukannya lo doin gue sembuh, tapi malah doain gue cepat mati." Timpalku menoyor kepala Roy walaupun aku
Baca selengkapnya
Bab 49 Meluapkan Amarah
"Nay! Udah selesai bicaranya dengan Alara?" Tanya Arga ketika Naya keluar dari ruangan rawat Alara."Udah, aku pulang. Aku khawatir Alea rewel di rumah, kamu pulang sekarang atau nanti?" Tanya Naya ketus."Loh, kenapa? Bukannya kamu mau nanti aja pulangnya bareng sama aku." Ucap Arga aneh melihat sikap Naya."Yaudah." Naya melangkah pergi dengan raut wajah yang kesal."Ada apa dengan Istrimu itu, Ga? Apakah dia ada masalah, kok jutek tiba-tiba," sahut Roy.Arga juga bingung dan tak tahu Masalah Naya seperti itu. Kemudian Roy yang giliran masuk ke ruangan Alara, karena dia sudah kangen dengan sahabat bawelnya tersebut."Aku masuk, yah. Aku udah kangen sama si bawel!" Ucap Roy kemudian masuk ke dalam ruangan Alara"Hay! beb, gue kira lo akan mati, karena lo nggak bangun-bangun!" Seru Roy ketika menghampiri Alara yang sedang berbaring di brankar."Sialan, Lo. Malah nyumpahin gue 'mati' bukannya lo doin gue sembuh, tapi malah doain gue cepat mati." Timpalku menoyor kepala Roy walaupun aku
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status