Semua Bab Pernikahan Kedua yang Dirahasiakan Suamiku : Bab 41 - Bab 50
117 Bab
41 Pernikahan Keduanya
“Tidak, dia anak yang sangat baik.” Roni menggelengkan kepalanya. “Aku harap acara kamu dan Siska berjalan lancar.”“Terima kasih,” sahut Pasha sambil tersenyum tipis.Siska mndadak muncul dan menyela percakapan mereka.“Runa belum mau pulang,” katanya memberi tahu Pasha.“Mungkin dia masih mau main,” timpal Pasha. “Kita bisa menjemputnya lagi nanti sore.”Siska menarik napas, kemudian menganggukkan kepala.“Baiklah,” katanya, kemudian dia menoleh kepada Roni. “Aku titip Runa lagi ya, kabari aku kalau dia sudah mau pulang.”“Tentu saja,” angguk Roni setuju. “Untuk sementara biarkan dulu dia main di sini sampai puas.”Setelah berpamitan kepada Aruna, akhirnya Siska pulang ke rumahnya sendiri bersama Pasha.“Kenapa wajahmu begitu?” komentar Pasha sambil menyetir. “Kelihatannya kamu tidak senang Runa main lebih lama di rumah ayahnya?”“Bukan begitu,” bantah Siska. “Aku cuma berpikir ... apa Ririn bisa bersikap baik sama Runa.”Pasha mengangguk paham.“Kamu bisa tanya sama Runa kalau dia
Baca selengkapnya
42 (TAMAT Season 1) Resmi Menjadi Pasangan
Saat Pasha meraih tangan Siska dan menyematkan sendiri cincin itu ke jarinya, seketika Siska teringat dengan momen saat Roni yang memasang cincin itu agar melingkar dengan manis di jarinya.Tanpa sadar, Siska tersenyum haru mengenangnya. Saat dia mendongak, dia sadar bahwa di hadapannya kini adalah Pasha yang baru saja resmi mempersunting dirinya dengan disaksikan para tamu yang hadir.Termasuk ayah Saga.“Selamat ya, Sis?” Kavita menjadi salah satu orang yang berbaris untuk menjabat tangan Siska setelah acara berakhir. “Terima kasih, kamu tahu Runa di mana?” tanya Siska.“Aku lihat dia bersama Saga,” jawab Kavita sambil berlalu dengan teman kantor mereka.Siska dan Pasha tertegun saat Roni dengan begitu ksatria mendatangi mantan istrinya dan mengucapkan selamat atas pernikahan mereka sambil tersenyum penuh arti, setelah itu dia bergegas pergi meninggalkan sepasang pengantin itu.Segala cara yang diupayakan Roni rupanya tidak berhasil untuk menggoyahkan keputusan Siska agar membatalk
Baca selengkapnya
43 S2: Bersenang-senang Berdua
“Jangan campuri urusanku,” tukas Roni datar.“Kalau kamu butuh pelampiasan, masih ada aku yang halal untuk kamu sentuh.” Ririn menawari. “Aku kurang apa sih, Mas? Kamu bisa bebas melakukan apa saja sama aku. Kita juga harus berhubungan secara teratur supaya aku cepat hamil lagi kan? Kalau punya bayi, aku yakin kamu nggak akan kepikiran untuk nikah lagi ...”“Pikiranku kacau,” potong Roni frustrasi.“Kacau karena memikirkan mantan istri,” sindir Ririn. “Aku lebih siap menemani kamu bercinta sampai pagi. Paling nggak pikiran kamu bisa lebih rileks karena mendapatkan pelampiasan yang benar.”Roni memikirkannya matang-matang, akhirnya dia setuju untuk menyentuh Ririn demi mengalihkan pikirannya dari Siska yang telah resmi menjadi istri Pasha.Roni merasa tubuh letihnya itu bersanding di hadapan Ririn, tetapi tidak dengan jiwanya.Hanya lembaran kosong yang dia rasakan, hampa ....Siska sedang mengepak baju-bajunya dan baju Pasha sebagai persiapan untuk bulan madu mereka ke vila di puncak.
Baca selengkapnya
44 S2: Tidak Memikirkan Perasaanku!
“Sudah Yah, aku kekenyangan!” jawab Aruna. “Apa aku merepotkan Ayah kalau aku di sini?”“Enggak, kenapa?” tanya Roni sambil melepas pelukannya, dia sibakkan rambut hitam Aruna ke belakang kepalanya. “Ayah senang kamu di sini, tapi kenapa kamu nggak ikut liburan sama ibu dan Ayah Pasha?”“Karena aku mau menemani Ayah,” jawab Aruna jujur. “Kalau aku ikut sama ibu dan Ayah Pasha, Ayah sama siapa?”Roni tersenyum tipis dan tidak menjawab, dia lantas menggandeng Aruna untuk masuk ke dalam rumah. Dia berniat untuk menyenangkan hati anaknya selama berada bersamanya.Sementara itu, Siska dan Pasha sampai di vila yang sudah mereka pesan setelah melalui perjalanan jauh yang lumayan macet dan melelahkan. Meskipun begitu, udara yang bersih dan sejuk segera memulihkan suasana hati mereka, terutama Siska yang sebelumnya hancur mood karena sikap Roni.“Kita istirahat dulu, yuk?” ajak Pasha.Siska mengangguk dan mengikuti langkah-langkah kecil suaminya ke dalam vila.Setelah selesai makan sambil mele
Baca selengkapnya
45 S2: Suaminya yang Baru
“Halo Runa!” Siska lega sekali saat mendengar suara Aruna, kekesalannya terhadap Roni tadi seakan menguap hilang begitu dia mengobrol dengan putrinya.“Tidak ada masalah kan?” tanya Pasha begitu Siska meletakkan ponselnya di meja. “Runa sedang apa di sana?”“Tidak ada,” jawab Siska. “Runa cerita kalau seharian tadi dia bermain macam-macam sama pelayan di rumah.”Pasha memperhatikan raut wajah Siska lekat-lekat.“Kenapa kamu kelihatan kepikiran?” tanya Pasha ingin tahu. “Apa yang dilakukan Runa tidak ada yang salah kan?”Siska terdiam, sesungguhnya bukan itu yang dia khawatirkan. Siska justru kepikiran dengan apa yang Roni ucapkan kepadanya tadi. Mantan suaminya itu ternyata belum benar-benar melepasnya untuk Pasha. Dia bahkan telah bersumpah akan membuat Siska kembali kepadanya suatu saat nanti.“Sis, apa yang terjadi?” tanya Pasha ketika melihat Siska malah melamun dan tidak menjawab pertanyaannya. “Apa sih yang kamu pikirkan?”“Ah! Aku ...” Siska tergeragap kaget. “Aku cuma memikirk
Baca selengkapnya
46 S2: Janda Itu Bukanlah Kesalahan
“Ya,” jawab Roni datar kemudian langsung memutus sambungan teleponnya.“Kenapa?” tanya Pasha sambil melirik wajah Siska yang terlihat keruh.“Ketus sekali nada suaranya Roni,” jawab Siska sambil memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas. “Seperti sedang memarahi anaknya saja.”Pasha tersenyum tipis.“Dia pasti masih sangat mencintai kamu,” komentarnya. “Wajar sih kalau dia cemburu begitu ...”“Itu tadi bukan cemburu,” ralat Siska buru-buru. “Memang sifatnya dia begitu, seperti mantan mertuaku.”Mobil yang dikemudikan Pasha terus berjalan ke arah rumah yang dihuni Roni dan istri barunya, Ririn.“Ini benar rumah Roni dan istrinya?” tanya Pasha memastikan. “Iya,” jawab Siska. “Aku sudah kangen sekali sama Runa.”Pasha mengangguk mengerti dan tetap fokus menyetir dengan tenang.“Ini pertama kalinya aku masuk ke tempat tinggal Roni,” komentar Pasha sambil terus menyetir. “Kalau aku diusir bagaimana?”“Mana bisa, kamu kan ayahnya Runa,” tukas Siska. “Aku protes sama Roni nanti kalau sampai
Baca selengkapnya
47 S2: Tidak Peduli Status Kamu
Setibanya di rumah, Siska turun begitu Pasha membukakan pintu mobil untuknya dan dia bergegas masuk rumah untuk menidurkan Aruna di kamarnya.Setelah memasukkan mobilnya ke garasi, Pasha segera menyusul Siska ke kamar. Dilihatnya Aruna sudah tertidur lelap karena kelelahan, sementara tangan Siska mengusap-usap kepalanya dengan mata memerah.“Jangan kamu pikirkan ucapan istrinya Roni tadi,” ujar Pasha sambil duduk di samping Siska.“Aku tidak tahu lagi apa yang membuat Ririn benci sekali sama aku,” kata Siska murung. “Aku sudah resmi pisah dari suaminya, tapi dia malah menyudutkan status aku yang pernah janda. Padahal dia sendiri adalah perempuan yang tiba-tiba datang menjadi istri kedua ....”Air mata Siska menitik satu-satu dan dia cepat-cepat menghapusnya.“Aku ngerti perasaan kamu,” ucap Pasha sambil memegang bahu Siska. “Kamu tidak perlu memasukkannya ke dalam hati, tidak ada yang salah dengan status janda.”“Kamu seharusnya menikah sama perempuan yang lebih baik dari aku, Sha.” S
Baca selengkapnya
48 S2: Pakai Pengaman Dulu
“Tenang saja, tidak sering-sering kok.” Pasha tersenyum dengan jemarinya menekuri wajah Siska yang masih kencang. “Kamu tahu tidak kalau aku ... takut sekali sama satu hal dalam hidup ini?”Siska mengernyitkan keningnya dan tersenyum ragu.“Kamu ... punya sesuatu yang ditakuti?” komentar Siska. “Aku tidak percaya. Aku pikir yang namanya laki-laki tidak akan pernah takut sama sesuatu hal.”“Aku serius,” sahut Pasha. “Kami ini juga manusia biasa, to ada bedanya sama kaum hawa yang memiliki ketakutannya masing-masing.”Siska mengangguk perlahan.“Memang apa yang kamu takutkan, sih?” tanyanya ingin tahu.“Aku takut ... suatu hari nanti aku akan kehilangan kamu,” jawab Pasha sungguh-sungguh seraya memandang Siska dengan tatapan yang begitu dalam. “Kalau bukan kamu yang pergi, aku yang lebih dulu pergi ...”“Pasha!” tegur Siska kurang suka. “Kamu ngomong apa, sih? Kita ini sudah menikah, jangan menjadikannya main-main seperti ini. Pernikahan itu bukan mainan, Sha!”“Aku tahu,” ujar Pasha te
Baca selengkapnya
49 S2: Seluruh Hidup dan Waktuku
“Siska!” Pasha bergegas mengejarnya sebelum Siska berprasangka buruk terhadapnya.Dia menemukan Siska tengah berada di kamar Cilla, cepat-cepat didekatinya Siska yang sedang membelai kepala putrinya yang tertidur pulas.“Jangan serius begitu, kalimat yang aku ucapkan tadi kan cuma ungkapan isi hatiku.” Pasha berkilah. “Perasaanku mellow sekali ya, bikin malu ...”“Bukan seperti itu,” tukas Siska sambil memandang Pasha. “Kenapa aku merasa kalau kamu ... tidak bahagia menikah sama aku? Kamu tidak seperti yang dulu, suka bercanda, selalu semangat ... aku merasa kamu ... ada yang aneh dari kamu sejak beberapa bulan kita menikah.”Pasha tidak menyangkal, tapi dia juga tidak menjawab pendapat yang Siska lontarkan kepadanya. “Siapa yang bilang aku tidak bahagia? Aku jelas bahagia, dan itu tidak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata.” Pasha berdiri dan menghadap Siska. “Cara aku mengungkapkannya mungkin akan sedikit berbeda daripada mantan suami kamu, tapi percayalah kalau aku sangat baha
Baca selengkapnya
50 S2: Mantan Istri Lebih Bahagia
“Kaki Ibu pegal, ini mau ayah gendong!” sahut Pasha sambil menunjukkan kaki Siska yang tidak kenapa-napa.Aruna menjilat es krimnya sebentar kemudian mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi di udara.“Yah, aku juga mau digendong!” serunya sambil berusaha menggapai-gapai tangan Siska.“Eh, mana bisa! Nggak bisa!” Pasha sengaja menggoda putri sambungnya dengan berkelit, memutar tubuh Siska yang digendongnya hingga Aruna tertawa-tawa dan ikut berputar mengejar dirinya.“Aku benar-benar mau tahu,” ucap Siska saat mereka baru saja menitipkan Aruna kepada dua kakaknya dan meluncur ke resto yang sudah dipesan sebelumnya. “Sebenarnya ada acara apa sih, Sha?”“Acara makan malam suami dan istrinya,” jawab Pasha sembari menyetir. “Kenapa, ada yang salah? Aku cuma mau makan malam sama kamu, Sis. Beberapa hari ini aku lihat kamu capek sekali.”“Aku sudah biasa sih, Sha.” Siska mengakui sambil menyandarkan kepalanya ke jendela mobil. “Lelah kerja sama urus anak-anak, untung ada asisten rumah tangg
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status