Semua Bab MENDADAK MILIARDER DENGAN SISTEM MAFIA TERKUAT : Bab 111 - Bab 120
123 Bab
111. KEHEBATAN ARSENIO DI WILAYAH ORANG
Hari berikutnya. Arsenio sudah stand by di tempat kemarin. Dia masih menunggu. Sebelah tangannya dililit perban sebab kemarin terlalu kencang meninju tembok, alhasil tangannya harus terluka, meski tidak terlalu dalam dan serius.Kali ini dia tidak datang seorang diri. Ada Bastian yang menemani dan dengan rencana matang tentunya. Sejak kemarin malam Arsenio bertekad untuk mengehentikan para pengedar barang terlarang tersebut. Dirinya sudah sangat geram melihat bagaimana generasi muda harus hancur karena ulah jahat mereka.Arsenio sendiri telah siap di sana lima belas menit lebih awal dari waktu kemarin. Dia terus melihat benda berwarna perak yang melingkar di pergelangan tangan kirinya itu tanpa ada kata bosan.Belasan menit berlalu, tepat saat arlojinya menunjukkan pukul 14:15, mereka yang telah ditunggu-tunggu pun akhirnya menunjukkan batang hidungnya juga.Kali ini yang terlihat hanya dua pria dewasa berjenggot saja. Sangat disayangkan, dirinya malah berharap ada lebih banyak pria
Baca selengkapnya
112. KERJA SAMA BASTIAN DAN ARSENIO
Arsenio tidak menunggu waktu hingga besok. Tangannya sudah gatal untuk segera memporak-porandakan markas Hiu Putih itu. Berbekal informasi yang telah Bastian cari, akhirnya dia sudah berada di kawasan Rekepuh.Kedatangan Arsenio dan Bastian pun sudah ditunggu. Anggota Hiu Putih sudah bersiap lebih dulu. "Apakah ini, cara kalian menyambut tamu?" tanya Arsenio dengan nada ejekan. Mereka bergeming sambil menghembuskan napas kesal seperti banteng yang siap menyerang. Arsenio membuang napas panjang. "Astaga, kalian ini, memang tidak bisa diajak kompromi. Baiklah kalau begitu. Maju kalian semuanya!" Arsenio berseru sambil memberikan isyarat supaya mereka yang ada di sana langsung menyerang dirinya dalam satu waktu.Bastian pun tidak kalah tampil. Dia juga ingin melakukan olahraga supaya otot-ototnya tidak tegang. Yaaaachhh ....Pertarungan tak dapat terelakkan lagi. Arsenio benar-benar dikepung lebih dari enam orang yang postur tubuh mereka lebih besar darinya. Arsenio melompat seting
Baca selengkapnya
113. BERHASIL SELAMAT
Arsenio tidak membuang waktu untuk berleha-leha. Dia mendatangi rumah bercat coklat kemerah-merahan dan langsung mendobrak pintu yang tertutup tanpa cela itu.Tanpa pikir panjang, segera dia berlari menelusuri ruangan yang ada. Betapa terkejutnya Arsenio saat mendapati terdapat sebuah penjara yang berisikan anak-anak di bawah umur."Anak-anak!" Arsenio berlari mendatangi penjara tersebut.Mereka yang ketakutan seketika saling berpelukan, berpikir kalau Arsenio adalah penjahat yang akan menyiksa mereka."Kalian tenang, ya. Kakak datang untuk menyelamatkan kalian!" seru Arsenio, yang bertujuan untuk membuat anak-anak itu tenang dan tidak takut padanya.Mereka sempat tidak ingin mempercayainya karena terlalu lama menghuni penjara itu dan setiap harinya selalu mendapat siksaan dari anggota Hiu Putih, sehingga sulit bagi mereka untuk percaya dengan orang luar."Sial! Aku tidak memiliki kuncinya!" Arsenio mengumpat kesal lantaran jeruji besi itu terpasang gembok dan dirinya tidak memiliki k
Baca selengkapnya
114. BERAKHIRNYA KELOMPOK HIU PUTIH
Beberapa hari telah berlalu. Arsenio perlahan-lahan mulai membuka matanya. Dia merasakan ada seseorang yang menggenggam tangannya dengan sangat hangat. Sentuhan yang tidak asing lagi baginya. "Eee ..." Suara erangannya yang menahan sakit di bagian pinggang.Seketika seorang gadis cantik yang sedang terlelap sambil menggenggam tangan Arsenio pun, terbangun dari mimpi singkatnya."Kau sudah sadar?" Suara lembut itu, seperti angin segar di telinga Arsenio. Membawa aliran semangat dalam tubuhnya.Arsenio mengarahkan pandangannya ke sisi kanan dan mendapati sosok wanita cantik yang telah mengisi relung hatinya, tengah menatapnya lekat. "Anindira," ucap Arsenio lirih. Dalam satu kali lihat, dia langsung mengenali wanita cantik itu. "Aku akan panggilkan Dokter." Anindira segera meninggalkan tempatnya, sementara Arsenio perlahan mendapatkan kesadarannya.Ingatan terakhirnya, ia sedang membantu membebaskan anak-anak yang diculik oleh Organisasi Hiu Putih. Tak berselang lama kesadarannya me
Baca selengkapnya
115. BERMAIN DENGAN ANAK-ANAK
Satu Minggu berikutnya. Kondisi Arsenio telah pulih sepenuhnya. Bastian pun mengajak Arsenio untuk menemui anak-anak di tempat sosial, yang dibangun oleh Alexander Guan.Arsenio berjalan santai sambil melihat-lihat sekelilingnya, yang dipenuhi suara tawa anak-anak. Koridor ini, mengingatkan Arsenio pada sekolah dasarnya dulu. Hanya saja, saat ia bersekolah tidak ada tawa yang seperti ini. Setiap kali dirinya berjalan, maka teman-teman sebayanya langsung menghindar. Seolah dirinya monster yang tidak pantas untuk didekati. Melihat anak-anak bisa tertawa lepas tanpa beban, meskipun tidak memiliki orang tua, membuat Arsenio merasa tenang. Ada kebahagiaan yang sulit ia gambarkan dalam lembaran kata-kata. Setidaknya di tempat ini, mereka tidak merasa kesepian. "Tuan Alexander Guan membangun tempat ini, tepat satu bulan setelah meninggalnya Nyonya Clarissa. Tuan Alexander Guan, sangat terluka saat itu, terlebih lagi dia harus berpisah dengan putranya, yaitu Anda, Tuan Muda. Sebelum memban
Baca selengkapnya
116. BERKUNJUNG
Hari berikutnya. Arsenio pun melaju dengan kecepatan tinggi dengan motornya. Sudah cukup lama ia tidak berpacu di atas kuda besinya itu. Semenjak menjadi Tuan Muda keluarga Guan, ia tidak lagi mengendarai motor.Arsenio membelah keramaian kota Sky Blue City. Menyalip kendaraan yang ada di depannya dengan mudah.Setelah berpacu kecepatan di jalanan selama tiga puluh menit, Arsenio pun menghentikan laju motornya tepat di depan gerbang pemakaman keluarga. Arsenio turun dari motor, tidak lupa dia membawa satu buket bunga mawar putih yang sangat indah dan harum.Arsenio berjalan memasuki makam dan berhenti tepat di samping pusaran yang bertuliskan nama Clarissa di atasnya. Dia membuka kacamata hitam yang sedari tadi melekat di wajahnya. "Selamat pagi, Bu. Maafkan Arsenio yang baru mengunjungi ibu lagi."Arsenio meletakkan buket bunga itu di atas makam Clarissa. Sekuat tenaga dia memendung emosi, yang coba menerobos pertahanannya."Ibu suka mawar putih bukan? Kali ini Arsenio bawakan mawa
Baca selengkapnya
117. SANDRA BULAN MERAH
Entah mengapa, Arsenio merasa ingin berlama-lama di tempat ini. Seolah sesuatu sedang menunggunya dan takdir ingin dirinya menemukan itu.Arsenio pun mengunjungi ayahnya dan mengatakan bahwa ia akan pulang setelah makan siang. Sesaat setelah itu, Arsenio melihat sesuatu yang membuat aliran darahnya mendidih lagi. "Hei, kalian yang berkelahi di sana! Apa yang kalian lakukan di depan umum seperti ini?!" "Ayo cepat pergi!!" ucap seorang pelaku mendorong rekannya untuk kabur dari sana.Arsenio berseru. Namun, sebelum ia bisa melanjutkan aksinya, dua pria yang lagi-lagi sedang mengeroyok anak kecil itu, pergi. Kali ini bukan gadis yang Arsenio selamatkan sebelum."Hei kalian--Ck!!" Arsenio berdecak dengan kepalan tangan meninju udara. Tindakannya itu, mendapat teguran dari dua pria berseragam keamanan. Dari yang Arsenio lihat, sepertinya mereka sedang melakukan patroli rutin. "Kau?! Lagi-lagi membuat keributan di sini, apa tak kapok?!" ucap salah seorang petugas keamanan itu yang ter
Baca selengkapnya
118. KEKACAUAN APA LAGI INI?
Arsenio pun kembali ke rumah. Kemarin malam ia tidak pulang karena menemani Elsa. "Tuan Muda. Kemana saja Anda kemarin malam?" tanya Bastian, yang langsung mencecar. "Tuan, terus mencari Anda. Mengapa ponsel Anda tidak aktif? Sebenarnya pergi kemana Anda, Tuan Muda?"Arsenio menghela napas panjang, "ada hal yang sedang kuurus. Sekarang aku minta padamu untuk mencari informasi tentang Organisasi Bulan Darah.""Bulan Darah?" Bastian menautkan sebelah alisnya. "Bukankah organisasi itu sudah hilang. Lantas, untuk apa, Anda mencari informasi tentang mereka lagi?""Aku akan jelaskan nanti. Sekarang, aku ingin menemui ayah. Di mana Ayah?" "Tuan Alexander ada di ruangannya." Setelah mendengar kalimat itu, Arsenio buru-buru menaiki anak-anak tangga, menuju lantai dua.Arsenio pun langsung masuk ke ruangan itu tanpa mengetuk pintunya lebih dulu."Ayah," kata Arsenio terkesan buru-buru."Arsenio. Kemana saja kamu, Nak?" tanya Alexander Guan cemas. Sampai bangu dari tempat duduknya. "Aku ber
Baca selengkapnya
119. SUDAH DITEMUKAN
"Sebenarnya, Kak Arsenio ini, siapa? Mengapa kakak bisa masuk ke rumah besar itu? Memangnya rumah itu, milik kakak juga?"Pertanyaan Elsa, sontak membuat Arsenio menghela napas berat. Sebenarnya dia ingin menyembunyikan identitasnya yang tidak lain adalah Pewaris Utama Keluarga Guan, dari Elsa. Namun, sepertinya keadaan yang telah memaksa ia untuk berkata jujur."Rumah mewah itu milik ayahku. Sebenarnya aku ini, pewaris utama keluarga Guan. Arsenio Bagas Guan. Putra satu-satunya Alexander Guan," beber Arsenio ragu. Dia tidak yakin momentumnya pas untuk mengungkapkan identitas. Elsa menatapnya sangat lama dan tanpa kata, seolah kalimat tadi adalah mantra yang mengutuknya menjadi patung batu. "Elsa?" Panggilan Arsenio menyadarkan gadis cantik dua puluh tahun itu, dari diamnya. "Mengapa sejak awal Kak Arsenio tidak jujur padaku?" Elsa mengubah posisi duduknya yang semula sedikit menghadap Arsenio, kini melihat keluar jendela."Aku tidak suka orang yang berkata bohong," sambungnya kesa
Baca selengkapnya
120. MEREKA SELAMAT
"Kapan pengirimannya?" Terlihat Luke Mallory sedang berada di sebuah ruangan, lebih disebut sebagai gudang karena banyak tumpukan kardus terbengkalai di sana.Jaring laba-laba menjadi penghias di setiap sudut ruangan. Lubang angin pun sudah tertutup debu yang sangat tebal.Lantai yang dipijak pun bukan dari keramik, melainkan masih lapisan pasir. "Pengirimannya akan dilakukan sore ini, Bos. Ketua Bulan Darah, yang akan mengantarnya sendiri," jawab salah satu anak buahnya, tertunduk ke bawah."Bagus. Para investor kita sudah banyak menanyakan soal anak-anak itu, yang akan mereka pekerjaan sebagai penari di club-club malam."Luke Mallory tersenyum sinis. Mengayunkan kakinya santai sambil menyesap sepuntung rokok yang hendak habis."Lantas, apa kalian sudah mendapatkan informasi tentang Arsenio?"Tiba-tiba dia membahas soal Tuan Muda keluarga Guan itu. Setiap saat dirinya tidak bisa tidur, terus saja terbayang-bayang bajah pemuda tiga puluh tahun, yang telah membunuh Leonardo. "Kami be
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status