All Chapters of Terjerat Gairah Tuan Hakim: Chapter 21 - Chapter 30
269 Chapters
Mandi
Suara borgol mantap menyatakan Harger kembali terbelenggu. Dia menyorot lama ke arah tangan sendiri, benar – benar persis diperlakukan seperti seorang tahanan. Sementara sang hakim adalah polisi tampan, yang tahu bagaimana cara mencegah suatu tindakan melarikan diri secara cerdik.Bahu lebar pria itu begitu kekar membelakangi Harger. Harusnya, dengan kondisi saling menjerat, semua keputusan mutlak diambil bersama. Tetapi Harger bahkan tidak bisa menolak keinginan sang hakim. Mereka seperti dua kutub magnet berbeda, saling menarik meski memiliki ketimpangan yang besar.Bagaimana Harger akan menerima kalau dia terus – terusan dipaksa memenuhi pertemuan bersama Direktur Oscar. “Kau membuat hidupku repot,” ucapnya hingga menghentikan sang hakim yang nyaris menyentuh ganggang pintu.“Aku rasa kau-lah satu – satunya orang yang membuatku terlibat di sini. Jika kau tidak mencuri panel penyimpanan itu. Menaruhnya di saku jas milikku. Semua akan berakhir baik – baik saja. Aku tidak akan mengena
Read more
Wawancara
Tarikan napas Harger dalam saat lipatan tangannya menyentuh permukaan meja kaca yang dingin. Ledakan ketegangan benar – benar menguasai situasi. Dia harus berada di bawah tekanan bersama tiga pasang mata yang menatap tajam. Sesi wawancara akan segera dimulai. Mereka mengawali pertanyaan retoris—semacam suatu pengenalan diri, sehingga Harger berusaha tenang sambil – sambil mengingat beberapa peringatan dari sang hakim. Kadang - kadang dia akan melirik ke luar ruangan. Kaca tembus pandang memperlihatkan sang hakim sedang berdiri tenang dengan memusatkan perhatian yang sama padanya—atau sesekali melirik Direktur Oscar. Lalu Harger dan pria itu akan melakukan kontak mata yang dalam. “Kita mulai dari pekerjaanmu Ms. Warrance.” “Aku tidak tahu harus kagum atau merasa kasihan kepadamu. Kau punya keahlian yang bagus dalam hal tidak terdeteksi. Mengambil apa saja yang dikantongi seseorang tanpa sepengetahuan mereka. Ini sesuatu yang langka dimiliki kebanyakan or
Read more
Kesepakatan
Senyum Direktur Oscar seperti sedikit berdecih. Pria itu meletakkan telapak tangan di atas meja dengan tubuh sedikit condong ke depan.“Hargerie Warrance, bagaimanapun kau termasuk ke dalam daftar seorang yang berbahaya. Keahlianmu adalah ancaman. Kami tidak ingin mengambil risiko daripada ini.”Ucapan itu dimulai dari cara memojokkan Harger dengan lugas.“Tidak ada bukti yang bisa menyatakan aku berbahaya, Bapak Direktur. Kau mungkin salah kaprah. Aku hanya bekerja sebagaimana aku harus bekerja. Terkait masalah teknis antara perintah yang kudapatkan itu sepenuhnya oleh broker. Mereka tidak menjelaskan secara rinci padaku jenis benda yang harus kucuri dan apa isi di dalamnya, bagaimana aku bisa dinyatakan berbahaya?” tanya Harger skeptis.“Aku tdaik terima dengan tuduhanmu. Dark Shadow kebal terhadap hukuman, dan seharusnya aku juga tidak terperangkap seperti ini. Seandainya aku tahu panel penyimpanan itu akan sangat merugikan, aku tidak akan menerima pekerjaan ini.”Harger bicara den
Read more
Ciuman
“Sudah selesai?” Harger memalingkan separuh wajah menyadari kemunculan sang hakim di ambang pintu. Satu gerakan terakhir ... menarik resleting menjadi jawaban untuk pertanyaan pria tersebut. Harger merasakan langkah sang hakim mendekat. Aroma tubuh yang pekat seketika memenuhi rongga hidung saat Deu berada sekian jengkal jarak darinya. Pria itu menyelipkan jemari pada ujung pegangan tas—mengangkat benda tersebut sebagai persiapan kembali ke Italia. Keberangkatan akan dilakukan malam ini. Sekarang mereka masih beberapa jam untuk menikmati suasana di Inggris. Barangkali melakukan beberapa pendekatan lewat pengenalan yang lebih intens. Napas Harger berembus panjang. Segera menyusul sang hakim yang berada di ruang, tempat mereka—termasuk Howard, sempat melakukan rundingan pertama kali. Tas berisi pakaian dia dan sang hakim terletak di atas meja panjang. Sementara pria itu seperti terlarut—memehatikan layar ponsel lekat – lekat hingga tidak menyadari Harger
Read more
Pertarungan
Sorot mata Harger bertemu langsung dengan iris kelam milik sang hakim. Pertemuan kontak yang intens saling melempar tanda tanya besar. Harger sesaat mengamati Deu merenggut kaos menjuntai di atas lemari kayu. Mengenakan kain tersebut dengan cepat, kemudian beranjak bangkit—pergi memastikan percikan keributan bukanlah sesuatu yang buruk dihadapi.Selangkah kepergian sang hakim menarik Harger sekadar membuntuti sebentuk tubuh yang melenggang sampai menemukan beberapa benda sudah berserak. Pintu di hadapan mereka lebih – lebih rusak tak berupa. Harger bertanya – tanya ulah siapa dan bagaimana orang yang telah memporak – porandakan bagian depan gedung tahu letak keberadaan markas persembunyian. Seharusnya tempat ini menjadi sangat rahasia.“Siapa di sana, Deu?” tanya Harger, tetapi dia hanya menarik sang hakim berpaling ke samping. Deu tidak mengatakan sepatah kata selain membawanya kembali masuk ke dalam.Harger tidak tahu apa yang terjadi. Situasi di ruang tempat dia sang hakim berpijak
Read more
Berdarah
Kelopak mata Harger terbuka. Dia terperanjat. Tidak bermaksud, tetapi semua itu tidak dalam kendalinya. Harger tidak pernah membayangkan rasa bersalah akan segera menyergap. Membekap bibir saat melihat sang hakim telah berdarah. “Deu ....” Harger bergumam dengan keterpakuan lama ketika dia dan sang hakim saling menatap. Hanya ada dua pilihan di sana. Antara mengakhiri dan melanjutkan. Tetapi bahkan terhadap luka di lengan, nyaris mendekati bahu. Itu tidak menghentikan Deu dari kemampuan menghindar yang tepat. Serangan Arron begitu brutal. Sejak memiliki kesempatan, pria itu merenggut kapak yang menancap, lalu berusaha melukai sang hakim—ntah bagaimanapun caranya. Ambisi Arron besar. Seperti tidak ada kata menyerah, tidak peduli walau pria itu sedang tidak beruntung dalam upaya menghadapi Deu. Mantan seorang agen yang terlatih. Beberapa kali dengan keadaan darah merembes sanggup melumpuhkan lawan. Suara benturan luar biasa keras terja
Read more
Rumah Daisy
“Jadi ini rumah Daisy?”Hal – hal yang diterima tidak pernah luput sejak awal permasalahan yang harus mereka hadapi membesar. Harger seharusnya sudah terbiasa kalau – kalau sang hakim akan membawanya pada lingkungan baru. Bertemu, berkenalan, lalu menandainya sebagai sesuatu yang familiar. Semacam sebuah pola berulang. Namun dia harus bisa mengendalikan keadaan, dan bersikap baik – baik saja selama belum ada jawaban terucap dari bibir Deu.Ketukan pintu terdengar sabar—begitu pelan. Sang hakim seperti tidak akan memaksa siapa pun—barangkali Daisy untuk segera mempersilakan mereka masuk ke dalam rumah yang menjulang dengan perhitungan sempurna. Tidak ada kesenjangan yang bisa dikomentari. Semua tampak sempurna dalam balutan kayu yang kokoh. Persis sebuah bangunan cerdas disertai pelbagai paduan yang pas. Harger menduga rumah yang ditinggali seseorang adalah orang yang dihormati sang hakim.Dugaannya sangat tepat saat wanita berusia menanjak puluhan angka menuju satu abad dengan hiasan
Read more
Begitu Wanita
Pertanyaan menyelidik, seolah menuntut Harger untuk segera bicara. Tidak ada yang lebih baik dari sebuah penghayatan, bahwa dia baru saja bersentuhan dengan tubuh seksi dan liat—tanpa sehelai kain menutup bagian dada yang mengelincirkan setetes air.Ketika perhatian Harger menanjak ke atas ... rambut membasah tak ruput dari tangkapan iris ambernya. Rambut hitam itu agak menjuntai di depan kening menambah kesan membekukan. Dia belum sempat menanggapi rasa ingin tahu sang hakim. Tetapi ujung jemari kasar yang mendarat di wajah Harger, benar – benar mengendalikan situasi.Seperti halnya; Deu hanya bermaksud menyingkirkan helaian rambut Harger yang sedikit termakan setelah gerakan spontan terjadi karena hal tak terduga. Sebaliknya malah menyentuh sesuatu yang terasa begitu ... begitu wanita.Deu tak menganggap Harger seorang gadis ingusan. Harger berbahaya, itu sangat jelas dari segi mana pun. Dan kecerobohan sering kali terjadi. Dia tak harus membiarkan mereka berada di garis tak terbata
Read more
Pemikiran Skeptis
“Mau kau apakan kue pesanan klien-ku, Deu?”Harger secara spontan memalingkan wajah ke sumber suara. Dia merasakan sang hakim melakukan hal yang sama, dan tatapan keduanya berakhir memerangkap keberadaan Daisy yang mendadak mendatangi dapur.“Kue-mu sudah seharusnya diantar, Daisy.”“Ya. tapi bukankah kau baru sampai. Tidak lelah langsung bersinggah?”Nada kekhawatiran kentara jelas berbaur dengan bagaimana cara Daisy mengusap lengan Deu. Saat itu, Harger segera mengernyit ngeri membayangkan luka tembakan darinya mungkin masih memberi efek rasa sakit yang tajam.Sikap tenang Deu muncul ke permukaan menawarkan Harger sesuatu yang baru. Dia harus ingat betapa sang hakim luar biasa kompeten dalam mengendalikan beberapa situasi tertentu. Daisy tidak akan pernah lihat seperti apa bentuk dari robekan luka yang mendekati bahu ketika pria itu bersikap benar – benar tidak terbaca.“Aku hanya akan duduk, menyetir, dan menyerahkan kue-mu, Daisy. Tidak akan lelah.”Sedikit bantahan sang hakim dan
Read more
Bokong Terjepit
“Terima kasih sudah membantuku membersihkan dapur, Harger. Kau boleh ke kamarmu jika ingin beristirahat.”Harger mengangguk dengan senyum tipis tertahan. Setidaknya, dia tak lagi dihadapkan pada kecanggungan sejak nama Rubby tersemat di antara percakapan mengenai ‘ambisi skeptis’ besama sang hakim.Setelah makan malam selesai, Deu menerima tawaran bermain catur oleh Mr. Thamlin, suami Daisy, sekaligus seorang kakek yang baru—beberapa jam lalu pulang dari kegiatan berburu santai. Mr. Thamlin seorang pensiunan veteran, masih aktif dan bugar dengan usianya yang tak lagi muda.Rasanya Harger tak ingin mengingat saat kali pertama melakukan kontak mata secara langsung. Dia menemukan ketegasan serta kelembutan berada dalam satu tingkat yang sama kala Mr. Thamlin menyapanya.“Sama – sama, Daisy. Aku pamit dulu.”Usai meninggalkan Daisy di dapur sendirian. Harger menunjukkan ketertarikkan saat secara tidak sen
Read more
PREV
123456
...
27
DMCA.com Protection Status