Semua Bab Wanita Pemuas Untuk Presdir: Bab 91 - Bab 100
158 Bab
Merelakan
Rara hanya bisa menangis entah mengapa wanita paruh baya begitu kejam, bukankah penculikan ini adalah idenya lantas mengapa kini dia malah berbalik ingin menuntut?"Jangan menangis Nona, saya akan mengurus semua."David berusaha menenangkannya, dia tidak akan membiarkan Mama sang Tuan melakukan hal ini, lagipula yang bersalah bukan Rara atau mereka melainkan dirinya sendiri.Karena ingin segera menyelesaikan hal ini, David meminta Reyhan untuk menemani Rara, dia paham jika Reyhan mungkin sakit hati tapi dia berharap jika Reyhan paham akan keadaan saat ini.Keduanya duduk di depan ruang ICU dengan mulut sama-sama tertutup, tidak ada obrolan diantara mereka. Reyhan merasa sakit hati dan kecewa karena merasa dikhianati sedangkan Rara ketakutan karena dramanya terbongkar."Pak Rey." Akhirnya Rara tidak tahan dengan situasinya.Rara mencoba mencairkan suasana, semenjak David pergi hingga detik Reyhan diam seribu bahasa yang membuatnya semakin bersalah."Ada apa?" tatapannya begitu sendu, s
Baca selengkapnya
Keadaan Raymond Sudah Membaik
Reyhan dan Rara menunggu Raymond yang masih belum sadarkan diri, meski semua sudah normal tapi entah mengapa pria itu masih setia memejamkan matanya."Kamu istirahat lah, biar aku yang menjaga Tuan Raymond."Setelah apa yang terjadi tak membuat Reyhan membenci Raymond, dia justru merawat pria yang pernah jadi Tuannya tersebut.Reyhan meminta Rara untuk istirahat, tapi wanita itu menolak hingga datanglah David dengan membawa berbagai makanan.Sambil makan, mereka bertiga mengobrol mengenai rencana mereka selanjutnya, jelas Reyhan akan segera kembali ke Selandia baru, begitu pula dengan Rara yang harus kuliah."Saya harus kuliah lagi mengingat sebentar lagi ada ujian." Saat itulah terdengar suara dari belakang mereka, "Siapa yang mengijinkan kamu kembali."Segera Reyhan berdiri, sebagai seorang Dokter dia harus memastikan keadaan Raymond yang baru sadar."Apa yang anda rasakan Tuan?" tanya Reyhan."Sakit hati." Jawabnya."Yang seharusnya sakit hati itu adalah saya karena anda telah mer
Baca selengkapnya
Maafkan Saya Pak Rey
"Pak Rey." Dalam keadaan gelap, Rara menunggu Reyhan yang kembali pulang larut. Semenjak pulang dari benua putih beberapa waktu yang lalu, Reyhan memang menghindari wanita yang dicintainya tersebut. "Kamu belum tidur?" tanyanya yang mengurungkan niat naik ke atas. Reyhan menyalakan lampu lalu dia duduk di samping Rara yang sedari tadi menunggunya. "Belum." Wanita itu menggelengkan kepala. Dengan mata berkaca Rara menatap Reyhan yang menatap dinding, nampak sekali jika pria itu tidak mau menatapnya. "Kenapa setiap hari anda berangkat pagi sekali dan pulang larut Pak Rey?" Kalimat retoris mulai Rara lontarkan, dia sudah tau jawabannya tapi dia masih ingin mendengar jawaban itu dari mulut Reyhan. Reyhan tersenyum mendengar pertanyaan Rara barusan, apa yang bisa dia lakukan selain hal itu? haruskah dia bersikap seperti semula? tentu sulit dilakukan mengingat hatinya benar-benar patah hati. Masih dengan pandangan ke arah dinding Reyhan menjawab pertanyaan Rara. "Apa yang bisa aku lak
Baca selengkapnya
Kamu Mencintai Aku?
Sesaat pintu dibuka, wanita itu tersenyum lebar. Rasa rindu yang dia tahan akhirnya memudar sudah. Melihat sang kekasih, pria itu segera mempersilahkan masuk, setelah pintu ditutup tubuh besarnya menarik tubuh wanita kecil itu dalam pelukannya. "I miss you so much." "Saya enggak." sahutnya lalu melepas pelukan sang Tuan. Wanita itu tertawa melihat ekspresi Raymond yang melongo, drama melepas rindu yang epik harus berantakan gara-gara keisengan Rara. "Awas kamu ya." Senyuman licik tersungging di bibir tipis pria blesteran itu, tanpa aba-aba dia segera membawa sang kekasih ke tempat kebanggaan mereka. Malam hari datang dengan cepat, seusai bersua dengan sang kekasih, Rara pamit untuk pulang dia takut jika Reyhan sudah pulang terlebih dahulu. "Sayang Reyhan sudah tahu semua, untuk apa kamu khawatir." Nampak pria itu tidak suka jika kekasihnya mengkhawatirkan Reyhan. "Bukan begitu Tuan cuma saya tidak enak saja jika bersama anda." Mendapati tanggapan sang kekasih membuat Raymond
Baca selengkapnya
Keinginan untuk Menikah
Tiga bulan telah berlalu Rara mendapatkan prakteknya di salah satu rumah sakit milik Raymond yang kebetulan di bawah kepemimpinan Reyhan, meski dibilang dokter Junior tapi Rara tak kalah pandai dengan Dokter yang sudah senior bahkan banyak juga dari pasiennya lebih memilih berobat kepada Rara. "Hari ini aku ada operasi tapi aku harus keluar untuk mengurusi operasi yang lain. Aku perintahkan dirimu menggantikan aku Ra." Kedua bola mata Rara membulat sempurna, bagaimana bisa Reyhan menyuruhnya menghadle sebuah operasi yang belum pernah dia pegang sama sekali. "Tapi Pak Re saya tidak bisa." Wanita itu mengungkapkan ketidakmampuannya. Rehan tersenyum kemudian menepuk pundak Rara, dia sangat yakin pada Rara, yakin akan kemampuan Rara, yakin jika Rara pasti bisa. "Aku yakin kamu bisa Ra." Pria itu memberikan semangatnya. "Saya takut Pak Rey." Sekali lagi Rara mencoba menghindar. Reyhan tidak menerima alasan apapun dia berharap Rara percaya akan kemampuannya. Sudah waktunya bagi Rara un
Baca selengkapnya
Kedatangan Tessa
Tengah malam Reyhan buru-buru keluar apartemennya, dia melajukan mobilnya keluar dari basemen dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Pria itu berkali-kali melihat benda kecil yang melingkar di tangannya, "Shit! bagaimana aku bisa ketiduran." Dia terus mengumpat. Beberapa waktu kemudian, mobilnya telah tiba di Bandara internasional, dia berlari menuju pintu keluar sambil mencari-cari seseorang. "Tessa." Akhirnya pandangannya jatuh pada seorang wanita yang duduk di sebuah kursi tunggu. Dengan langkah cepat dia mendatangi wanita itu. "Dokter Tessa." Reyhan memanggil Tessa yang memejamkan matanya. Perlahan Tessa membuka matanya, melihat Reyhan, wanita itu menyunggingkan senyuman manisnya. "Dokter." Reflek wanita itu segera memeluk Reyhan, meski hampir tiga jam menunggu tapi dia tidak marah sama sekali pada Reyhan. "Maafkan aku karena telat menjemput kamu Dokter Tessa." Dia hanya menggangguk tanpa ingin melepas pelukannya. "Tidak apa-apa Dok, maaf telah merepotkan anda." Merasa
Baca selengkapnya
Sampai Kapan Kamu Mencintainya
Dok sarapannya sudah siap." Seperti kemarin Tessa membuatkan Reyhan sarapan."Kamu tak harus melayani aku Dokter Tessa," sahut Reyhan yang merasa tidak enak.Merasa canggung karena terus dipanggil Dokter oleh Reyhan, Tessa meminta Reyhan agar memanggil nama langsung tanpa kata Dokter."Panggil Tessa saja Dok." Reyhan mengangguk, dia juga meminta Tessa untuk memanggilnya dengan Reyhan tanpa ada kata Dokter."Kita sepakat panggil nama ya." Tak ingin telat Reyhan segera memakan sarapan yang sudah disiapkan oleh Tessa. "Oh ya Tessa kamu ikut aku apa nggak?""Aku menyusul saya Rey," jawab Tessa."Baiklah, kamu hati-hati ya."Hari semakin siang, Reyhan memutuskan untuk segera berangkat ke kantor.Selepas Reyhan berangkat, Tessa membuka ponselnya, dia mulai mencari resep masakan khas tanah air, rencananya siang ini Dokter cantik itu akan membawakan bekal makan siang untuk Reyhan."Aku buat nasi goreng saja." Pilihannya jatuh pada nasi goreng ayam khas tanah air.Wanita itu segera membuka k
Baca selengkapnya
Apa Sebaiknya Aku menyerah dan Pulang?
Jam istirahat sudah habis waktunya bagi dokter tampan itu untuk bekerja kembali. Tepat pukul dua Reyhan harus buka prakteknya. "Aku harus ke poli penyakit dalam." Tessa mengangguk dan mempersilahkan mantan partner kerjanya keluar. Awalnya Tessa ingin menunggu Reyhan sampai selesai namun wanita itu memilih kembali ke apartemen karena dia harus bersiap untuk jalan-jalan. Saat di lorong dia kembali berpapasan dengan Rara dan kali ini Tessa memutuskan untuk berbicara mengenai Reyhan dengan Rara. "Ada apa Dokter Tessa?" tanya Rara. "Aku ingin bertanya mengenai Reyhan," jawab Tessa. Rara mengurutkan alisnya, kenapa Tessa tidak langsung bertanya pada yang bersangkutan? "Kenapa anda tidak bertanya langsung dengan yang bersangkutan?" tanya Rara balik. "Aku tidak enak, selama ini kamu kan hidup bersama Reyhan, aku yakin kamu tau banyak tentangnya." Akhirnya Rara mempersilahkan Tessa untuk bertanya apapun mengenai Reyhan padanya. "Begini, kamu kan wanita yang dicintai oleh Reyhan, sed
Baca selengkapnya
Mulai Was-Was
Keputusan Tessa sudah bulat untuk kembali ke Selandia Baru secepatnya.Keesokan harinya Tessa booking tiket pesawat baru namun tiket pesawat untuk pemberangkatan ke Selandia baru seminggu ke depan sudah terjual habis sehingga Tessa harus menunggu minggu depannya lagi."Jika minggu depannya lagi untuk apa aku booking, aku sudah memilikinya," gumam wanita itu.Tessa terus melamun apa yang seharusnya dia lakukan, tetap tinggal bersama Reyhan atau mencari hotel untuk sementara waktu sambil menunggu kepulangannya ke Selandia Baru."Ah sudahlah." Dia bingung harus bagaimana.Hari ini dia sengaja tidak ikut Reyhan ke rumah sakit atau menyusul Reyhan dengan membawakan bekal makanan, Tessa lebih memilih di apartemen daripada sakit hati lagi.Merasa bosan Tessa memutuskan keluar dari kamar, saat melewati depan kamar Reyhan, dia melihat baju-baju kotor Reyhan yang berada dalam kantong plastik, hatinya tergerak untuk melakukan sesuatu terhadap baju-baju kotor tersebut.Namanya juga seorang bujang
Baca selengkapnya
Tak Rela Tessa Pulang
Mengetahui hal itu Reyhan pun menghela nafas dia benar-benar merasa bersalah pada Tessa. "Maafkan aku Tessa." Akhir-akhir ini Tessa lebih banyak diam, dia juga menghindari Reyhan, dia lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar daripada mengobrol dengan pria pujaan hatinya itu. Entah mengapa Reyhan begitu was was, dirinya selalu menatap pintu kamar Tessa berharap jika Dokter wanita itu membuka pintu kamar dan keluar untuk sekedar mengobrol dengannya, namun itu semua tidak terjadi hingga datanglah hari terakhir Tessa berada di tanah air. Hari ini adalah hari terakhir Tessa di tanah air karena pukul empat sore dia harus kembali ke negaranya. Pagi itu, dia meminta maaf pada Reyhan karena sudah merepotkan, dia juga berjanji bahwa ini adalah kunjungan pertama dan terakhirnya di tanah air. "Setelah aku kembali aku tidak akan merepotkan kamu lagi Reyhan, ini akan menjadi kunjungan pertama dan terakhirku di sini. Terima kasih sudah mau menerima aku tinggal di sini." Wanita itu nampak be
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
16
DMCA.com Protection Status