All Chapters of Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!: Chapter 51 - Chapter 60
127 Chapters
51. Hayden Shock!
“Maasssss ...!”Darline mendorong kuat tubuh Hayden hingga menjauh dari tubuhnya.“Kita nggak bisa seperti ini!” serunya seraya mengatur napasnya menjadi tenang.“Kenapa? Kamu sudah resmi terlepas dari statusmu, Darl! Sekarang kamu single lagi!”Hayden terheran sekalipun saat ini dia sudah menghentikan sentuhannya, meski tubuhnya masih di atas Darline.Hayden melayangkan tatapan lembut penuh hasrat, tapi juga terlihat dari sorot matanya, betapa kuat dia harus menahan dirinya.“Sudah pernah kubilang, bukan? Aku akan bertanggung jawab padamu atas malam itu, andai kamu bukan istrinya Willson. Sekarang, kamu sudah bukan istrinya lagi. Aku ingin kamu menjadi milikku, Darline.”“Iya, Mas, aku ingat. Tapi ...”“Tapi apa?”“Waktu itu kan aku takut Willson tahu kita tak sengaja bersama. Sekarang, semuanya sudah terkuak dan Willson adalah dalangnya. Jadi
Read more
52. Izin Sakit Tapi Malah ...
Darline membuka matanya pagi itu akibat dering ponsel yang membangunkannya.Alarmnya telah berbunyi tapi entah mengapa kedua matanya masih terasa berat.Hatinya bagai masih terus terkenang-kenang atas kejadian semalam. Meski dia tidak mengerti, tapi dinginnya sikap Hayden seakan masih membayangi benaknya.Diraihnya ponsel untuk mematikan alaram.Begitu Darline hendak bangkit, perutnya terasa asam luar biasa.Sesuatu seakan mengaduk-aduk perutnya.Darline bangkit dan berlari menuju toilet dan memuntahkan isi perutnya.Setelah beberapa kali muntah, Darline akhirnya kembali ke ranjang dan duduk bersandar.Drrrt. Drrrrt.Terdengar ponselnya bergetar.Darline membuka pesan masuk untuknya.Dari Pak Boss.[Darline, pagi ini aku golf sebentar dengan Mr. Fritzer. Setelahnya baru aku ke kantor. Kamu ke kantor sendiri bisa? Atau aku minta Gael mengantarkanmu?]Darline tersenyum kecil. Setidaknya, Pak Boss ternyata masih perhatian padanya. Walau terdengar aneh, masa dia yang karyawan tapi dia jug
Read more
53. Rujukan Pemeriksaan atas Darline
Saat tiba di kantor, Hayden langsung mendapatkan kunjungan dari Bu Alma.Apa lagi jika bukan karena mau mengecek apakah keterlambatan datang Mr. CEO mereka ada hubungan dengan sakitnya Darline?Biar bagaimana pun Bu Alma sudah curiga dan semakin curiga.“Selamat siang, Pak. Tumben masuknya siang, Pak?” tanya Bu Alma dengan nada bercanda.Dia tahu Hayden takkan tersinggung jika ditanya seperti ini.“Iya, tadi menemani Mr. Fritzer dulu bermain gold. Ada agenda urgent hari ini?”‘Oh, benar yang tadi Darline katakan, main golf dulu ...’Bu Alma melanjutkan,“Oh, iya, Pak. Perwakilan dari Top-Oil Asia ingin bertemu siang ini membahas penawaran kerjasama.”“Top-Oil Asia? Hmm, Oke. Nanti minta bagian produksi ikut meeting ini dengan saya.”“Baik, Pak. Oh ya ... hmm ... Darline sakit ya, Pak? Tadi katanya dia sudah minta izin sama Bapak?”
Read more
54. Tidak Meminta Pertanggung-jawaban
“Selamat, Pak, istri Anda tidak enak badan karena hamil. Ini kantung kehamilannya yang sudah berusia kurang lebih 6 minggu. Sudah terlihat jelas. Bahkan ini, perhatikan yang ini, dalam satu dua minggu ke depan, embrio akan terbentuk lebih jelas. Sudah akan bisa dilihat mana kepala, tangan, badan, dan kaki. Yah ... pokoknya selamat!”Ucapan selamat dari dokter paruh baya, yang dilontarkan pada mereka dengan penuh keceriaan, tidak juga membuat Darline tersenyum lebar.Hayden memang mendaftarkan Darline sebagai pasien dengan menyebut diri mereka sebagai suami istri. Jadi tidak salah jika dokter mengira mereka pasangan suami istri yang sudah lama menunggu buah hati.Darline sendiri memang sudah lama menunggu kabar kehamilan dirinya. Sepanjang pernikahannya dengan Willson, Darline sudah tak sabar mendapati dirinya hamil. Tapi, tiga tahun pernikahan dan dia tak kunjung hamil, Darline mengira ada yang salah dengan dirinya.Sekalipun hasil pemeriksaan kesuburan yang dia lakukan diam-diam meny
Read more
55. Itu Tidak Mungkin!
Lissa sedang menunggu pemeriksaan Marina bersama dua orang teman kost-nya ketika dia berjalan-jalan sendiri di koridor rumah sakit, hendak menuju kafetaria untuk membeli minuman ketika tatapannya tanpa sengaja tertuju pada dua orang yang snagat dikenalnya. Paman Hayden dan Darline? Di benaknya langsung terbersit berbagai hal negatif yang mungkin dilakukan pamannya dan mantan kakak iparnya itu. “Ben- bentar ya, gaes, gue ke toilet dulu!” seru Lissa yang langsung meninggalkan dua temannya itu. “Eh? Toilet emangnya di sebelah sana? Perasaan di sana deh!” seru seorang temannya tapi tak lagi digubris Lissa. Rasa penasaran yang disertai keengganan menampakkan dirinya pada dua orang itu membuat Lissa membuntuti mereka. Paman Hayden tampak begitu melindungi Darline saat berjalan. Lissa mendengus kesal melihat tangan pamannya itu bertengger di pinggang belakang Darline. “Kapan ya gue dapet cowok kayak gitu! Huh!” gumam Lissa seraya terus membuntuti dari jarak beberapa meter. Tak lama k
Read more
56. Calon Lansia
Mendengar pertanyaan Willson, Laura Bella merapatkan bibirnya agar tidak lagi bersuara. Tapi picingan mata Willson membuat Laura Bella tak bisa tidak membela dirinya. “Ka- kan dia mandul, Will. Kamu sendiri yang pernah cerita, kan?” Kali ini giliran Willson yang termangu. “Iya, sih. Memang. Tapi kan siapa tahu dia tiba-tiba tidak mandul lagi. Atau dia sebenarnya tidak mandul. Kan aneh rasanya kalau tidak hamil dan belum ada ikatan apa-apa, tapi sudah pergi periksa bareng ke dokter kandungan. Apa mereka nggak malu, ya?” “Y- yaaa ... bisa aja sih. Mungkin pamanmu mau benar-benar pastiin sebelum merajut hubungan yang lebih jauh lagi.” “Oh, begitu kah?” “Ya, kan bisa aja, Will. Namanya juga dia kan bekasanmu. Pastilah pamanmu juga merasa harus yakin bahwa dia bersih.” “Maksud kamu, mereka cek HIV gitu?” “Ya, nggak tau. Tapi bisa aja. Kalau pastinya ya mana kutahu juga, Will.” Willson akhirnya hanya berdecak-decak kesal sambil menggelengkan kepalanya. Bu Mira yang akhirnya menutupi
Read more
57. Kenapa Aku Tak Percaya?
Hayden cukup aneh hari ini. Begitu yang Darline pikirkan saat menjelang sore dan pekerjaannya sudah lumayan santai.Biasanya, pria itu minum espresso di pagi hari, sekitar jam 08.00. Lalu sekitar jam 11.30. Dan terakhir menjelang sore sekitar jam 15.00.Tiga kali sehari minum espresso di tempat kerja. Jika malam ada jamuan makan dengan klien, maka selepas jam kantor, Hayden akan meminta dibuatkan secangkir espresso lagi.Tapi kali ini ... hari ini ... dia bahkan berpesan dengan suara beratnya dan wajah yang dibuatnya teramat serius, “Tidak perlu membuatkan aku espresso. Pokoknya, kamu duduk manis saja di ruanganmu, Darl! Awas kalau aku melihatmu naik turun ke pantry lah toilet lah. Pokoknya, duduk manis!”“Lah, kenapa begitu, Mas? Kalau nggak boleh ke pantry, trus kalau aku laper mau makan siang gimana? Dan kalau nggak boleh ke toilet, kalau aku mau pipis gimana?”“Kalau kamu lapar, beritahu aku. Biar aku suruh OB belikan. Atau pesan delivery kan bisa! Kalau mau pipis, pakai toilet pr
Read more
58. Bu Alma (Makin) Curiga!
“Ng- nggak, kok, Bu! Masa iya saya senyum-senyum sendiri??!” Darline menggeleng dan langsung menyimpan senyumnya itu. Dia memasang wajah serius. Bayangan wajah Hayden yang cemburu memang langsung lenyap ketika dia berhadapan dengan Bu Alma yang semakin hari semakin sinis padanya. Awalnya, wanita itu bagaikan induk ayam yang begitu melindungi anaknya. Tapi entah kenapa, sekarang Bu Alma bagai berubah menjadi predator yang mengamati setiap liku tingkah laku Darline penuh kecurigaan. “Itu kamu senyum-senyum sendiri! Nggak usah menyangkal kamu!” Galaknya Bu Alma sekarang sudah menyamai ibunya Willson. Darline pun tetap menyangkal karena tidak mungkin baginya untuk mengakui apa dan siapa sosok yang membuatnya tersenyum-senyum seorang diri. “Nggak kok, Bu. Ibu salah lihat mungkin.” “Lah, kamu malah menuduh saya yang salah lihat?! Jangan mentang-mentang saya berkacamata, kamu menuduh saya setengah buta, ya!” Darline terkesiap dan lang
Read more
59. Tamu Misterius
Melihat tatapan mata Bu Alma yang seakan menyelidikinya, Darline pun menundukkan wajahnya dalam-dalam. Dia sembari memainkan ponsel di tangannya.Di saat itu barulah tercetus ide dadakan di benaknya.Darline berpura-pura membuka pesan di ponselnya dan membaca.“Oh, in- ini, Bu, Bapak ternyata ad- ada chat tadi bilang ada meeting dengan klien di Amuz Gourmet. Sa- saya yang nggak terbaca.”Dia mengarahkan ponsel ke Bu Alma, tapi tidak seluruhnya. Karena apa yang dia tunjukkan sebenarnya tidak ada buktinya.Darline langsung menurunkan lagi ponselnya.Bu Alma tidak langsung menjawab dan wajah wanita itu menatap Darline masih penuh kecurigaan.Darline pun cepat-cepat memasukkan ponsel ke dalam tasnya takut Bu Alma tiba-tiba meminta untuk melihat isi pesan dari Pak Hayden.Tidak mungkin dia membiarkan Bu Alma melihat isi chatnya dengan pak boss. Bisa ketahuan bagaimana hubungannya dan Hayden yang sebenarnya.Dan ketika dilihatnya Bu Alma masih berpikir keras untuk memberikan pertanyaan skak
Read more
60. Nanti Malam, Gaun Terbaikmu!
Ting tong ting tong‘Siapa ya kira-kira?’ pikir Darline seraya meraih pegangan pintu dan membukanya tapi hanya sedikit saja.Hanya terbentuk celah sekitar satu sentimeter dari pintu, hanya untuk dirinya mengintip siapa yang menekan bell pintu.Begitu dia melihatnya, Darline seakan menghela napas lega lalu membuka pintu lebar-lebar.“Bukannya tadi barusan kirim pesan. Ngapain kirim pesan kalau memang mau datang ke sini?” cerocos Darline dengan wajah galak.Hayden masuk tanpa basa basi. Melihat sekeliling selama dua detik, lalu mengangkat salah satu tangannya.“Aku membawakan ini!” katanya menunjukkan sekantung kresek di tangan sedangkan wajahnya terpeta senyum memukau karena mengandung kejahilan.“Apa itu?” tanya Darline. Di saat bersamaan aroma dari kantong kresek begitu harum. Tanpa jawaban Hayden pun Darline sudah tahu apa itu yang ada di dalamnya.Sekejap saja, Darline bertambah lapar dan perutnya tiba-tiba berbunyi.Kruk ... kruk ... kruk ...Darline melihat perutnya, lalu mengang
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status