Semua Bab Istri Tawanan Duda Tampan: Bab 91 - Bab 100
115 Bab
Sangat Berarti
"Elena, keluarlah, ini sudah waktunya makan siang. Kau tidak boleh diam di kamar tanpa makan."Marcell mengetuk pintu kamar Elena dengan agak keras. Dia membawa nampan berisi makan siang untuk wanita itu. Menantikan jawabannya. Sampai beberapa saat kemudian, terdengar suara pintu kamar dibuka dan terlihatlah Elena. "Kak Marcell.""Aku membawakan makan siang untukmu. Bolehkah aku masuk?"Elena hanya mengangguk tanpa banyak bicara. Perasaannya masih begitu buruk. Elena juga merasa agak pusing, hingga saat masuk kembali, dia duduk di pinggir ranjang. Menatap Marcell yang meletakkannya meja di depannya dengan makanannya. "Makanlah, kau tidak keluar dari tadi.""Hmm, terima kasih." Elena mengangguk dan mengambil makanan yang dibawakan oleh Marcell. Dia langsung menyantapnya. "Tapi, Kak, Kakak tidak perlu melakukan ini. Aku tidak mau merepotkan.""Apanya yang merepotkan? Aku ini Kakak sepupumu dan aku sangat mengkhawatirkanmu."Elena tersenyum. "Aku baik-baik saja. Kak Marcell jangan khaw
Baca selengkapnya
Sakit atau Hamil?
Pagi hari berikutnya. Elena yang mengawali hari keduanya bersama Marcell, pagi ini tiba-tiba membuat kegaduhan ketika dia muntah-muntah di kamar mandi. Suaranya yang cukup keras, terdengar oleh Marcell yang memiliki kamar tepat di sebelah Elena. Hingga tanpa basa-basi, pria itu dengan cepat langsung menuju pintu kamar Elena dan mengetuknya. "Elena? Elena kau tidak apa-apa? Bolehkah aku masuk?"Elena yang berada di kamar mandi, bisa mendengar ketukan pintu dan suara Marcell. Namun karena Elena masih terus muntah-muntah, dia jadi mengabaikan semua itu. Elena berusaha menenangkan diri dan memegang wastafel. Tubuhnya terasa lemas dan dia muntah tanpa sebab. Tidur paginya juga terganggu karena ini. Elena yakin, ini bukan keracunan makanan, karena dia bahkan belum makan sedikit pun dan hanya cairan yang keluar. Apa yang terjadi dengannya? Tok-tok-tok. "Elena? Kau mendengarku? Buka pintunya atau aku akan mendobraknya sekarang."Suara Marcell terdengar semakin cemas saat Elena tidak kunj
Baca selengkapnya
Menjadi Ayah Anakmu
"Aku sering berhubungan dengan Darryl," ucap Elena sambil menatap serius kakak sepupunya. Setelah pemeriksaan di rumah sakit, yang diketahui jika dia memang hamil, Elena tidak bisa merasa senang atau sedih. Termasuk Marcell sendiri. Elena menyadari kakak sepupunya sangat syok, bahkan tidak berkata apa pun sepanjang perjalanan pulang mereka. Kini, detik ini, di ruang tengah yang sederhana dan dengan saling berhadapan, Elena akan menceritakan semuanya. Sesuai dengan janjinya pada Marcell. "A-apa? Kau sering—""Maafkan aku. Aku tahu itu salah, Kak."Kepala Elena tertunduk. Dia merasa sedih saat melihat tatapan tak percaya dari Marcell. Namun di sisi lain, dia juga tidak bisa menampik kenyataan yang sebenarnya. Kenyataan bahwa dia dan Darryl memang sering melakukannya. Jadi kehamilan ini, bukanlah sesuatu yang aneh. "Kenapa?"Marcell mendesis dan refleks memegang kepalanya yang berdenyut. Dia menggelengkan kepalanya, tidak mau percaya dengan kenyataan yang menyakitkan itu. Berhubungan
Baca selengkapnya
Mencoba Merayu Darryl
"Yah, kapan Ayah bawa Tante Elena kembali? Apa masih belum ketemu?"Darryl baru saja pulang kantor dan sedang berbaring di ranjang kamarnya, saat dia mendengar suara sang anak serta kemunculannya tiba-tiba. Membuat perhatiannya teralihkan. "Ezekiel."Ezekiel mendekat dan berdiri di samping Darryl. Wajahnya tampak masih murung, walau kali ini, dia terlihat lebih tenang dan tidak mengurung diri di kamar lagi. "Ayah, Iel mau Tante Elena kembali.""Kemarilah!"Darryl mengulurkan tangannya sembari mengubah posisinya menjadi duduk. Dia menarik putra satu-satunya untuk duduk di sebelahnya dan mengusap lembut kepalanya. Rasa lelah dan pusing yang dirasakannya setelah menghilangnya Elena dan pekerjaan yang menumpuk, tidak membuatnya mengabaikan sang anak. Darryl teringat kata-kata Elena yang selalu menyuruhnya memberi perhatian pada Ezekiel. "Tante Elena pasti akan kembali. Ayah sudah berusaha. Jadi tolong tunggulah. Beri Ayah waktu.""Berapa lama, Ayah? Memangnya sulit, ya? Bukannya Tante Ka
Baca selengkapnya
Umur Bukan Masalah
Satu minggu berlalu. "Apa belum ada kabar soal Elena?"Darryl meletakkan gelas whisky miliknya tanpa minat dan menatap lekat Mike. Dia sekarang sedang berada di kasino. Tepatnya di ruangan miliknya. Sudah hampir satu minggu sejak Elena pergi meninggalkan rumah sampai dengan hari ini, kabar baik belum kunjung datang. Darryl tidak tahu ke mana wanita itu pergi. "Belum, sulit mencarinya. Sepertinya ada yang menyembunyikannya."Darryl mendesah kesal mendengar jawaban dari Mike. Seseorang yang menyembunyikannya? Siapa? Apakah itu Kathleen? Tapi tidak mungkin, wanita itu tidak mungkin menyembunyikannya setelah mencoba membunuh Elena. Darryl berpikir keras tentang siapa yang menyembunyikan Elena, sampai dia kemudian menyadari sesuatu. Sebuah nama yang hampir dilupakannya. "Marcell. Sialan!""Marcell? Ada apa dengannya?" tanya Mike yang penasaran. "Aku melupakan dia. Aku baru ingat kalau sebelumnya orang yang kuperintahkan mengikutinya diserang seseorang dan terluka. Aku belum menyelidiki
Baca selengkapnya
Interogasi
Darryl sedang duduk di meja kerjanya. Namun hari ini, dia tidak bisa fokus bekerja sejak tadi pagi. Darryl banyak melamun sambil sesekali menghela napas kasar memikirkan soal Elena. Wanita yang menghilang dan membuatnya resah bukan main. Darryl pikir, dia akan lebih baik, tapi ternyata semakin hari, dia semakin tidak tenang. Apalagi memikirkan Elena yang mungkin saja bersama dengan Marcell. Pria itu pasti mengatakan hal-hal buruk tentangnya. Bagaimana jika Elena berhasil dirayunya? "Sialan, tidak, tenanglah. Aku bukan orang yang seperti ini." Darryl mencoba menenangkan diri. Meski dia mencintai Elena, tapi tidak seharusnya perasaannya itu mengalahkan akal sehatnya. Saat kematian istrinya saja, dia masih bisa berpikir tenang. Walau dia benar-benar berduka. Darryl mencoba melakukan hal yang sama dan fokus pada pekerjaannya. Dia meyakinkan dirinya jika Mike akan mengatasi semuanya tanpa masalah dan menemukan keberadaan Elena secepatnya. Namun saat dia mencoba sekuat tenaga untuk fokus,
Baca selengkapnya
Tidak Ada Kesempatan
"Sialan, sialan. Kak Darryl benar-benar menjauhiku."Kathleen mengumpat saat mobilnya tiba di rumah. Dia keluar sambil membanting pintu mobilnya dengan emosi. Meluapkan rasa kesalnya karena Darryl tidak mengangkat panggilannya. Di rumah, Kathleen juga menyadari mobil milik pria itu tidak ada. Sepertinya Darryl belum pulang. Kathleen hanya berdecak dan masuk ke dalam dengan sedikit menghentakkan kakinya. Dia berusaha sabar, walau wajahnya tampak ditekuk. Pun begitu dirinya melewati ruang tengah di mana terlihat Ezekiel yang duduk. Dia ingin mengabaikan anak itu, tapi karena penasaran soal Darryl, Kathleen pun berhenti sejenak dan menghampiri Ezekiel. Dia duduk di sebelahnya. "Hei, sedang apa, Ezekiel?" tanyanya dengan ramah. "Ayahmu belum pulang, ya?""Belum, Tante. Kayaknya Ayah pulang terlambat. Kenapa memangnya?""Tidak, Tante hanya bertanya. Tadinya Tante mau ajak kamu jalan-jalan sama sekalian Ayahmu juga.""Jalan-jalan?" Ezekiel menatap Kathleen dengan alis berkerut. "Ya, sepe
Baca selengkapnya
Ditangkap
"Sialan! Kenapa aku mengatakan itu? Dasar bodoh!"Kathleen berjalan mondar-mandir di kamarnya. Dia mengutuk mulutnya yang asal bicara di depan Darryl. Gara-gara panik hendak diusir, dia sampai meluapkan semua perasaannya, termasuk perasaan bencinya pada saudaranya sendiri. Sekarang, bukannya mendapatkan Darryl, pria itu akan lebih sulit didekati. Kathleen kesal dan marah pada dirinya sendiri. Namun saat dia sedang sibuk menyalahkan dirinya sendiri, ponselnya tiba-tiba berdering. Sebuah nomor tak dikenal, membuatnya terdiam dan mengernyit. Dia tidak langsung mengangkatnya dan memikirkan siapa yang menghubunginya. "Siapa ini? Marcell?" tebak Kathleen sambil mengerutkan keningnya. Beberapa hari lalu dia mendapat protes dari Marcell soal niatnya membunuh Elena, tapi dia langsung memblokir nomor pria itu. Apa sekarang Marcell mencoba menghubunginya lagi? Kathleen yang penasaran, akhirnya mengangkat panggil tersebut. "Marcell? Apa lagi yang kau—""Bos, ini saya."Kalimat Kathleen terhenti
Baca selengkapnya
Merindukan Darryl
"Kak Darryl, apa-apaan ini! Kenapa Kakak melakukan ini padaku!"Kathleen melotot. Dia berteriak dan memprotes Darryl karena telah membawanya ke kantor polisi. Hingga kini, dia diinterogasi atas semua kejahatan yang dilakukannya. Kathleen merasa dijebak. Dia merasa semua ini telah direncanakan oleh Darryl. Pria itu ingin dia diadili. "Aku salah apa denganmu!""Kau tidak melakukan kesalahan padaku, tapi pada Elena. Kau merencanakan pembunuhan dan terus menyakitinya. Aku hanya memberimu pelajaran."Darryl menatap datar Kathleen. Dia menunjukkan rasa muaknya terhadap adik iparnya. Jika ditanya apakah dia menyayangi Kathleen? Tentu saja iya, tapi itu dulu sebelum Kathleen mengusik kehidupan pribadinya dan mengganggu urusannya. Seandainya wanita itu bukanlah adik mantan istrinya, dia mungkin sudah melenyapkannya. Darryl tidak akan segan-segan menghabisi orang seperti Kathleen. "Elena lagi, Elena lagi! Kenapa lagi-lagi Kakak membahas dia! Apa kurangnya aku, Kak?" Kathleen menjerit. Tak pedu
Baca selengkapnya
Jebakan Darryl
"Lepaskan aku! Tolong biarkan aku bebas! Tuan!"Suara rintihan terdengar di sebuah penjara bawah tanah milik Darryl. Seorang pria tua tampak duduk menyedihkan dengan beberapa luka di tubuhnya. Matanya juga tidak bisa melihat. Entah apa yang terjadi, tapi darah terlihat di kedua matanya. Dia benar-benar tampak sangat menyedihkan. Sampai suara langkah tiba-tiba terdengar di penjara bawah tanah. Mendekat ke arah pria tua itu. "Tuan? Apa itu Anda? Jika iya, tolong bebaskan saya. Saya ingin pulang. Saya janji, saya akan membayar utangnya.""Kau tidak akan bisa membayar utang.""Apa? Tidak! Saya bisa melakukannya! Anak saya—""Anakmu sudah pergi, membawa Elena," ucapnya dengan suara penuh kemarahan. Dia menggenggam besi yang memisahkannya dengan pria tua yang menyedihkan. "Anakmu itu lebih memilih Elena dibanding kau, Ayahnya sendiri.""M-mustahil. Tidak mungkin! Marcell tidak mungkin seperti itu!"Tubuh tua dan kurus itu bergerak. Tampak ketakutan mendengar berita tersebut. Tentu saja, it
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status