All Chapters of Bos Killer itu Pacar Rahasiaku : Chapter 41 - Chapter 50
67 Chapters
Bab 41
Andre nampak gugup. Meski begitu, pria itu tetap menuruti keinginan Rania yang ingin berbicara empat mata."Mau ngomong apa, Bu?"Rania mengeluarkan kertas tagihan dari rumah sakit kemudian memperlihatkannya pada Andre. "Apa Pak Andre tahu apa ini?" tanya Rania.Andre membaca nama pasien yang tertera dalam kertas tersebut. Jelas sekali Andre tahu kertas apa itu, tapi Andre harus berpura-pura bodoh di depan Rania sesuai dengan permintaan Reynald."Kertas apa ini?" tanya Andre berpura-pura tak mengerti."Tolong jujur aja, Pak! Pak Andre tahu ‘kan, siapa orang yang namanya Bagas di kertas ini."Andre berusaha mengelak. Meskipun Rania sudah memojokkan pria itu, tapi Andre tetap terus berkilah.“Pak Reynald yang udah bayar tagihan rumah sakit ayah saya, kan? Tolong ngaku aja, Pak. Setiap hari saya mencari orang yang bayarin biaya rumah sakit ayah saya. Tolong jangan persulit saya, Pak!" pinta Rania."Saya kurang tahu soal itu, Bu Rania. Kalau Ibu mau tahu, Ibu bisa tanya sendiri sama Pak R
Read more
Bab 42
Reynald menghentikan langkahnya. Pria itu menoleh ke arah Rania sembari melempar tatapan tajam pada pria itu."Kamu bilang apa?""Tolong jujur, Pak! Bapak yang udah bayarin biaya rumah sakit ayah saya, kan? Dari mana Bapak tahu kalau ayah saya masuk rumah sakit? Apa Bapak kenal dengan ayah saya? Kenapa Bapak mau bayarin tagihan rumah sakit ayah saya?" Rania mencecar Reynald dengan banyak pertanyaan sekaligus.Reynald tentu saja akan mengelak semua perkataan dan pertanyaan yang ditujukan oleh Rania itu. Entah mengapa pria itu tidak ingin Rania tahu kalau dirinya menaruh perhatian lebih pada Rania. Mungkin rasa gengsi lah yang membuat Reynald memilih untuk menutupi semuanya."Saya nggak kenal sama ayah kamu. Buat apa juga saya bayarin tagihan rumah sakit ayah kamu?" sinis Reynald. "Jangan ganggu saya. Saya sedang sibuk! Mendingan kamu cari orang lain aja yang mau ladenin pertanyaan konyol darimu itu!""Kalau bukan Bapak yang membayar biaya tagihan rumah sakit pada keluarga saya, lalu ke
Read more
Bab 43
Reynald menyerah. Pria itu tak mampu lagi mendengar ocehan Rania yang rak berhenti sejak tadi "Oke, saya ngaku! Ya, memang benar saya yang udah bayar tagihan rumah sakit ayah kamu. Saya nggak sengaja melihat kamu di rumah sakit dan saya nemuin kertas itu jatuh di lorong rumah sakit," ujar Reynald jujur.Rania menghela napas sejenak. "Akhirnya ngaku juga dia," batin Rania."Kenapa Bapak tidak berterus terang kepada saya? Kenapa Bapak nggak langsung ngasih tahu saya? Dan kenapa juga bapak lakukan hal itu? Bukankah Bapak tidak suka dengan saya? Lalu kenaoa Bapak mau menolong keluarga saya?” Rania mencecar Reynald dengan beberapa pertanyaan yang selama ini mengganjal di hatinya.“Karena rasa kemanusiaan,” jawab Reynald singkat padat dan jelas.“Apakah Bapak kenal dengan keluarga saya? Kenapa Bapak begitu peduli dengan keluarga saya? Kenapa Bapak mau mengeluarkan uang yang segitu banyaknya hanya untuk membantu keluarga saya?” tanya Rania lagi.“Kan sudah saya bilang, ATAS DASAR KEMANUSIAA
Read more
Bab 44
“Ya ampun gila! Itu cowok sengaja atau gimana, sih! Awas aja kalau dia macem-macem sama aku!” Rania terus mengoceh di dalam hati.Pandangan matanya tak berkedip menatap tubuh sixpack pria yang tak jauh darinya. Reynald tak peduli meskipun Rania melihat perut kotak-kotaknya itu. Reynald kemudian berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, sedangkan Rania masih berada di tempat yang sama dengan mata yang terus tertuju pada Reynald.Beberapa saat kemudian Reynald keluar dari kamar mandi hanya dengan berbalut handuk yang dibelitkan di pinggangnya. Rania menoleh saat ia mendengar suara pintu terbuka. Lagi-lagi wanita itu disuguhkan dengan pemandangan yang menggoda. Rania bahkan tak sadar jika mata Reynald sempat melirik sekilas ke arah wanita itu. Pria itu tersenyum miring saat mengetahui Rania yang tengah memandangi tubuhnya. Dengan sengaja Reynald berjalan ke arah lemari untuk memilih pakaian yang akan ia kenakan. Setelah mendapatkan baju dan celana yang akan ia pak
Read more
Bab 45
Jantung Rania dan Reynald berdegup kencang begitu Bella, ibu dari Reynald itu mendekat ke arah Rania. Rania dan Reynald takut jika Bella akan memarahi Rania habis-habisan. Jika Reynald yang memarahinya, Rania bisa menerima atau bahkan melawannya, tetapi jika ibu Reynald yang memarahi dirinya dan mencaci makinya, Rania mungkin tidak akan mampu menahan rasa sakitnya, dan Rania pasti akan sulit melupakan rasa sakitnya.Namun, apa yang Rania khawatirkan ternyata tidak terjadi. Bella justru mengusap rambut Rania dengan lembut. "Kamu tidak di apa-apain sama Reynald, kan?" tanya Bella.Rania spontan mendongak secara perlahan. Wanita itu melihat wajah ibu dari bosnya yang tampak masih sangat cantik meski usianya tak lagi muda. Bella tersenyum tulus menatap Rania. Rania lantas menggeleng. "Enggak kok, Bu. Maaf," Rania kemudian kembali menundukkan kepalanya lagi."Maaf untuk apa?" tanya Bella."Maaf untuk kesalahpahaman ini. Sebenarnya saya yang salah karena tadi saya tidak sengaja tersandung
Read more
Bab 46
Irene dan Leon terkejut begitu pintu kamar hotelnya terbuka lebar dan memperlihatkan seseorang yang menatap tajam pada mereka dengan tangan terlepas. Sorot mata tajamnya terlihat penuh emosi. Dadanya naik turun, rahangnya mengeras hingga giginya bergemelutuk menahan amarah.Leon segera memakai celananya dan memaki Reynald dengan kata-kata kasar, sedangkan Irene menutupi tubuhnya dengan selimut tebal yang ada di ranjang kamar hotel itu.“Lo gak punya otak, ha! Masuk kamar orang sembarangan! Ngerusak acara orang aja!” bentak Leon.“Lo tuh yang nggak punya otak!! Dia cewek gua anj*ng!” balas Reynald menggebu.“Terus apa hubungannya sama lo? Cewek lo sendiri yang mau sama gua.” Leon tersenyum remeh mengejek Reynald.“Bangs*t!!”Bug!!Bug!!Reynald meninju wajah Leon hingga Leon tersungkur di lantai dengan mengeluarkan darah dari hidung dan ujung bibirnya.“Rey … stop, Rey!” Irene berlari ke arah Reynald sambil menangis, kemudian meminta Reynald menghentikan aksinya.Tak menggubris, Reynal
Read more
Bab 47
“Tunggu!” Rania spontan kembali berbalik menatap Reynald. “Iya, Pak? Ada apa lagi?” tanya Rania.“Besok ruangan kamu pindah di sini, ya. Jadi kalau ada apa-apa saya gak perlu repot-repot panggil kamu,” ujar Reynald sembari menunjuk tempat yang akan dipakai buat Rania.“Ta–tapi … nanti kalau karyawan lain mikir aneh-aneh gimana, Pak? Lebih baik saya di tempat biasa saja, Pak, biar gak ada gosip-gosip gak enak.”“Gak usah pikirin ucapan orang lain. Fokus ke kerjaan kita aja,” sahut Reynald.“Baiklah, tapi janji Bapak gak akan aneh-aneh sama saya, ya!”Reynald menaikkan satu alisnya, kemudian terkejut kecil. “Memangnya saya mau ngapain kamu, Rania? Saya hanya ingin agar pekerjaan kita lebih mudah, dan kalau saya butuh apa-apa saya tidak perlu teriak-teriak.”“Ya makanya jangan teriak-teriak, Pak! Kan ada telepon?” sahur Rania.“Sudahlah, kamu ikuti saja perintahku. Kamu besok kerjanya di situ. Nanti biar ditaruh kursi dan mejanya dulu.”“Baik, Pak.” Rania mengangguk pasrah. ***“Kayakn
Read more
Bab 48
“Hai, Ran? Pulang bareng, yuk! Udah selesai belum kerjaannya? Bima datang menghampiri Rania dan mengajak pulang bersama.Reynald menatap Bima tak berkedip. Pria itu nampak betul jika dia seperti sedikit terganggu dengan kedatangan Bima. Namun, Reynald berusaha untuk tetap bersikap biasa agar tak kentara jika dirinya terganggu.“Eh, Bapak. Ada di sini juga, Pak?” tanya Bima pada Reynald.“Iya. Lagi mantau pekerjaan Rania,” jawab Reynald.“Oh, iya, Pak.” Bima mengangguk.“Maaf, Bim, aku kayaknya gak bisa, deh! Kerjaan aku belum selesai. Kamu pulang duluan aja,” ujar Rania, sedangkan Reynald hanya melihat tanpa ekspresi.“Apa masih lama? Tidak apa-apa, biar aku tunggu.” Bima masih berusaha agar ia bisa pulang bersama Rania.“Kalau kamu nungguin aku, takutnya nanti malah kelamaan. Lebih baik kamu pulang duluan saja, Bim. Aku nggak apa-apa, kok!” Bima yang ingin kembali bersuara, harus kembali menutup mulutnya saat mendengar ucapan bosnya. “Lebih baik kamu pulang duluan saja. Rania masih
Read more
Bab 49
“Pilihlah baju yang kamu suka,” seru Reynald membuat Rania spontan menoleh menatap Reynald dengan tatapan terkejut. “M–maksud Bapak?” Rania yang takut pendengarannya salah pun mencoba bertanya pada Reynald.“Ambillah.” Reynald menaikkan dagunya menyuruh Rania pergi. “Pilih yang kamu suka,” lanjut Reynald.“Hah??” Rania tercengang mendengar ucapan Reynald.“Ambil apa pun yang kamu inginkan. Saya yang bayar.”“Ng–nggak usah, Pak! Baju saya masih banyak, kok!” tolak Rania. Wanita itu merasa tak enak hati jika dibelikan sesuatu olehnya bosnya.“Pilihlah sana. Ini perintah!” tegas Reynald yang tak ingin ditolak.“Tapi, Pak–”“Mbak!” Reynald segera memanggil pelayan saat Rania masih berusaha untuk menolak pemberiannya. “Pilihkan baju kerja yang bagus dan sesuai untuknya,” titah Reynald pada pelayan tersebut.“Baik, Tuan. Sebentar ya, Nona, saya carikan dulu.” Pelayan itu pun menjauh untuk memilihkan beberapa baju buat Rania.“Pak, saya rasa ini tidak perlu. Lagian saya takut nanti nggak bi
Read more
Bab 50
Rania benar-benar bingung kenapa bosnya malah justru masuk ke area hotel. Wanita itu terlihat berpikir, hingga beberapa detik kemudian Rania terlihat seperti orang yang baru mengingat sesuatu.”Oh iya, kita mau ketemu klien, ya. Hehe, lupa.” Rania cengengesan akibat malu kalau dirinya sempat lupa tujuan utamanya tadi. Mungkin karena Rania terlalu lama memilih baju saat di mall tadi.“Tapi saya belum ganti, Pak! Pakai baju kerja yang tadi gak apa-apa, Pak?”“Hmm. Pakai baju barumu buat ke kantor besok!” sahut Reynald yang kemudian ke luar dari mobil.Rania pun ikut menyusul keluar dari kendaraan roda empat itu. “Taruh saja tas kerjamu di mobil,” seru Reynald saat melihat Rania membawa tas kerjanya.“Baik, Pak.” Meski sedikit bingung, Rania tetap melakukan apa yang diperintahkan bosnya. Wanita itu lantas menaruh kembali tasnya di dalam mobil dan menutup pintu mobil tersebut. Rania berlari kecil mengejar Reynald, kemudian berjalan di samping Reynald. Keduanya berjalan beriringan memasu
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status