All Chapters of Bos Killer itu Pacar Rahasiaku : Chapter 21 - Chapter 30
67 Chapters
Bab 21
Rania yang mendengar teriakan bosnya pun langsung menghentikan pekerjaannya, kemudian bergegas ke ruangan bosnya dengan langkah terburu-buru.“Iya, Pak?” “Bikinkan kopi untuk saya. Kopi saya sudah habis.”“Baik, Pak.” Rania menundukkan kepalanya sebelum ia membalikkan badannya, kemudian keluar dari ruangan Reynald.Rania berjalan cepat menuju pantry. Wanita itu harus mengejar waktu agar malam ini ia tidak lembur lagi. Dengan gerakan cepat dan gesit Rania membuatkan kopi untuk bosnya, kemudian membawanya ke ruangan Reynald. Setelah mengantarkan kopi untuk bosnya, Rania lantas kembali mengerjakan tugas-tugasnya yang belum selesai.Sangking fokusnya Rania mengerjakan tugasnya, wanita itu sampai tak sadar jika hari sudah mulai senja. Rania melangkahkan kakinya ke pantry untuk membuat kopi cappucino buat dirinya. Namun, saat sedang mengaduk kopi yang telah ia seduh, Rania tiba-tiba kepikiran sesuatu.“Bikinin buat bos sekalian, lah. Daripada nanti aku harus ke dapur lagi.”Rania pun lantas
Read more
Bab 22
Vira dan Listy saling menatap dan bicara isyarat dari mata ke mata, kemudian keduanya berjalan menghampiri wanita itu."Rania?" Vira mencoba membangunkan Rania dengan cara menepuk pelan pundak rania.Ya, wanita yang mereka lihat adalah Rania. Vira dan Listy heran kenapa Rania tidur di kantor. Rania yang dibangunkan sontak terkejut. Wanita itu membuka kedua matanya dan mendoakan menatap ke arah orang yang membangunkannya."Kamu tadi malam gak pulang?" tanya Listy."Kamu nginep di kantor, Ran?" timpal Vira yang juga merasa penasaran.Rania mengucek kedua matanya sejenak sebelum menjawab pertanyaan teman-temannya.“Iya. Kerjaan aku banyak banget, jadi jam 04.00 baru selesai,” jawab Rania.“Terus kenapa gak langsung pulang? Tidur di rumah kan lebih nyaman,” sahut Vira.“Aku bingung mau pulang.” Rania menggaruk kepalanya yang tak gatal.Dahi kedua wanita itu berkerut. “Bingung kenapa?” tanya Listy, sedangkan Vira bertanya lewat isyarat matanya. “Kemarin aku kecopetan di jalan. Uang yang ad
Read more
Bab 23
Dengan langkah cepat Rania masuk ke dalam ruangan Reynald. “Iya, Pak! Ada yang perlu saya bantu?” “Bawa berkas-berkas ini ke ruangan Tika. Bilang pada Tika sore nanti bertemu client.”“Baik, Pak. Saya permisi dulu.” Rania membawa berkas-berkas yang ada di meja Reynald untuk dibawa ke ruangan sekretaris bosnya, yang tak lai adalah Tika.Tok Tok!!“Permisi, Bu. Ini berkas-berkas dari Pak Reynald. Sekalian saya juga mau menyampaikan pesan dari Pak Reynald, beliau bilang jangan lupa nanti sore bertemu dengan client,” ucap Rania sopan.“Oh, iya. Saya pasti ingat, kok! Terima kasih, ya.” Tika tersenyum dengan ramah.“Iya, Bu. Kalau begitu saya kembali ke meja saya dulu, Bu.” Rania membungkukkan sedikit badannya.“Iya, silakan.”Rania pun berbalik dan keluar dari ruangan Tika menuju meja kerjanya, kemudian kembali melanjutkan tugas-tugasnya yang belum selesai. Baru satu jam Rania melanjutkan mengerjakan tugas-tugasnya setelah sebelumnya ia mengantarkan berkas ke ruangan Reynald. Tepat pukul
Read more
Bab 24
“Hehehe, nggak, Pak. Kalau gitu saya lanjut kerja ya, Pak!”Tanpa menunggu jawaban Reynald, Rania keluar begitu saja dari ruangan bosnya dan kembali melanjutkan pekerjaannya.“Maksudnya itu cewek apa, sih! Emang tissue-nya mau gua pake buat apa coba? Sampe harus pakai lima lembar segala. Dasar cewek aneh!” gerutu Reynald.Niat hati ingin cuek dan tak memikirkan perkataan membingungkan Rania, tapi otak Reynald justru terbayang-bayang ucapan Rania terus menerus. “Apa sih maksud itu cewek? Emang dia kira gua mau ngelap apaan?” Pikiran Reynald jadi tidak bisa berkonsentrasi. Pria itu mencoba meminum kopi yang ada di mejanya untuk menenangkan pikirannya agar tak terbayang-bayang dan penasaran dengan perkataan Rania. Namun, sampai kopi Reynald habis, pria itu tetap masih merasa penasaran dengan ucapan yang dilontarkan oleh Rania tadi.“Argh! Itu cewek selalu aja bikin gua pusing.” Reynald mengacak-acak rambutnya dengan kesal.Reynald yang merasa kesal pun memanggil Rania kembali dan menyuru
Read more
Bab 25
Suara telepon berdering. Semua karyawan yang ada di pantry itu pun sontak menoleh secara serentak ke arah letak telepon berada.Joe lantas mengangkat telepon itu yang ternyata dari bosnya. “Kasih teleponnya ke Rania.”Glek!!Dengan susah payah Joe menelan salivanya. “Baik, Pak.” Joe lantas memanggil Rania.“Apa?” tanya Rania bingung.“Bos mau ngomong,” bisik Joe.Deg!“Duh … pasti mau ngomel lagi,” batin Rania meringis.Rania lantas mengambil telepon yang disodorkan oleh Joe kepadanya. “Iya, Pak?” “Cepat bawa kopinya ke ruangan saya!” sentak Reynald.“I–iya, Pak.” Rania menutup teleponnya begitu saja, kemudian berbalik dan mengangkat nampan yang di atasnya ada gelas berisi kopi yang telah ia seduh tadi. Rania lantas segera membawa kopi itu ke ruangan bisenya.Tok Tok!!Tanpa dipersilakan oleh bosnya, Rania langsung masuk begitu saja ke dalam ruangan Reynald dan meletakkan kopi yang ia bawa di meja Reynald.“Ini kopinya, Pak. Maaf sudah menunggu lama.”“Bikin kopi dua menit, ngobrolnya
Read more
Bab 26
Rania memijat-mijat kakinya sembari sesekali menguap di dalam bilik toilet yang sempit. Saat ini wanita itu tengah menghabiskan waktu bersantai di kamar kecil. Demi menghindari Reynald, Rania terpaksa harus mencari tempat persembunyian agar ia tidak terus-terusan diperintah oleh bos diktator itu.Rania benar-benar lelah menghadapi bosnya. Padahal wanita itu baru bekerja beberapa hari di kantor Reynald, tapi Rania merasa ia sudah mengubur tulang-tulangnya di perusahaan itu selama 1 tahun. Pekerjaan Rania tak ada habisnya, dan wanita itu juga seperti tidak diberi kesempatan untuk beristirahat. Bagaimanapun juga Rania bukanlah robot yang bisa bekerja seharian tanpa henti. Rania juga bisa merasakan lelah dan wanita itu butuh istirahat yang cukup. Namun, apa pun yang terjadi kepadanya, Rania hanya bisa terus menyabarkan hatinya."Huft, akhirnya aku bisa bernafas juga. Lama-lama bisa mati aku kalau terus-terusan ngeladenin bos gila itu," gumam Rania sembari menyandarkan punggungnya.Namun,
Read more
Bab 27
"Kepada Rania Putri, diharapkan ke bawah sekarang." Salah sati dari bagian administrasi tiba-tiba memanggil nama Rania."Kamu dipanggil tuh, Ran! Ada apa?" Vira penasaran kenapa Rania dipanggil melalui mic oleh bagian administrasi."Nggak tau." Rania mengendikkan bahunya. Rania juga tidak tahu kenapa dirinya dipanggil. "Apa aku akan dipecat, ya? Tapi masa iya kalau dipecat ke bagian administrasi? Kayaknya nggak mungkin," batin Rania bingung."Ya udah ke administrasi dulu aja, yuk! Sekalian yang ke bawah, kan?" ajak Listy pada Rania.Ketiga wanita itu pun berjalan ke lantai bawah, menghampiri bagian administrasi."Ada apa, Mbak?" tanya Rania pada bagian administrasi."Ini, ada telepon. Katanya penting banget."Dari siapa?" tanya Rania lagi."Dari Ibu Mbak Rania," jawab wanita itu.Deg!"Pasti ibu khawatir," batin Rania. Wanita itu pun lantas mengangkat panggilan telepon dari ibunya.“Iya, Bu? Ini Rania.”“Ya ampun, Nduk, kamu kenapa gak pulang? Bapakmu sampe kumat gara-gara khawatir mi
Read more
Bab 28
"Kondisi pasien saat ini sudah stabil. Kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan memantau perkembangan pasien."Rania manggut-manggut mendengarkan penjelasan dari dokter. Saat ini wanita itu tengah berbincang dengan dokter untuk membahas mengenai kondisi kesehatan sang ayah atau lebih untungnya, Bagas saat ini sudah siuman dan kini pria paruh baya itu tengah beristirahat di ruang perawatan intensif."Terima kasih banyak, Dok.""Kalau dalam beberapa hari ke depan kondisi pasien terus membaik, kami tidak akan melakukan operasi.""Baik, Dok."Usai menemui dokter, Rania pun bergegas kembali ke ruangan sang ayah. Mirna sudah berada di ruangan Bagas dan wanita paruh baya itu saat ini tengah menemani suaminya meminum obat."Rania!" Sapa Bagas pada Rania begitu pria paruh banyak itu melihat putrinya berdiri di ambang pintu masuk."Ayah? Gimana kondisi Ayah sekarang." tanya Rania."Ayah udah baikan. Sebenarnya Ayah nggak apa-apa. Ibu kamu aja yang terlalu panik sampai bawa Ayah ke rumah
Read more
Bab 29
"Terima kasih banyak atas bantuannya," ucap manager cafe pada Reynald dan Rania yang sudah selesai membersihkan piring di dapur. Tidak hanya membersihkan piring, Reynald dan Rania juga diminta untuk membersihkan meja pelanggan dan seluruh area dapur. Tentu saja semua pekerjaan itu tidak dilakukan oleh Reynald, melainkan dikerjakan sendiri oleh Rania."Sekali lagi, kami minta maaf. Kami akan lebih memperhatikan barang bawaan lagi sebelum bepergian," sahut Rania pada manajer cafe.Wanita itu benar-benar malu, tapi ia juga merasa lega. Akhirnya Rania bisa pulang setelah ia terjebak berjam-jam di cafe tersebut."Ini ada makanan penutup untuk Tuan dan Nona. Kami tunggu kembali kunjungan Tuan dan Nona ke cafe kami."Rania menerima dessert manis itu dengan senang hati. Wanita itu segera mengambil barang-barangnya dan bergegas meninggalkan cafe tersebut untuk kembali ke kantor."Terima kasih atas traktirannya, Bos!" sindir Rania pada Reynald."Makasih juga kamu udah nolak buat minjemin uang!"
Read more
Bab 30
Pria yang tengah memandangi Rania itu tak lain adalah Reynald. Ya, secara kebetulan pria itu tak sengaja melihat Rania di rumah sakit. Reynald sendiri sedang mengunjungi saudara dari ibunya yang sedang sakit. Namun, pria itu justru malah melihat Rania."Ngapain dia di rumah sakit?" batin Reynald bertanya-tanya.Rania duduk lemas di bangku koridor rumah sakit. Wanita itu membaca satu per satu rincian biaya yang harus ia bayarkan. Total biaya yang harus dikeluarkan Rania cukup besar. Mengingat dirinya belum menerima gaji, jelas Rania tidak akan bisa melunasi biaya rumah sakit itu. "Aku harus cari uang ke mana?" Rania memijat kepalanya yang pening.Reynald makin dibuat penasaran saat melihat ekspresi Rania. "Ngapain perempuan itu duduk di situ?"Tanpa sadar, air mata Rania jatuh dari sudut matanya. Reynald terkejut saat ia tak sengaja memergoki Rania yang sedang menangis."Itu cewek ngapain lagi pake acara nangis segala? Kayak gak ada tempat lain aja."Rania bangkit dari bangkunya, kemu
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status