All Chapters of Kehamilan yang Kusembunyikan: Chapter 61 - Chapter 70
587 Chapters
Bab 61
"Bermain?"Pernyataan ini membuat Alya mengerutkan hidungnya."Ya benar." Citra memegang dagunya sendiri dan dengan semangat berkata, "Main dengan bayi itu sangat seru, tahu? Kalau anakmu perempuan, kamu bisa mendandaninya setiap hari seperti gantungan baju hidup. Kamu pernah main Love Nikki? Nah, rasanya seperti mendandani karakter di permainan itu."Alya tidak tahu harus berkata apa.Alya yang tidak pernah bermain permainan seperti itu pun menatap Citra dengan bingung, dia tak menyangka sahabatnya mempunyai ide semacam itu."Oh ya, nanti jadikan aku ibu angkat anakmu, ya." Citra menggosok-gosokkan tangannya dengan bersemangat, sebuah binar tersembunyi di matanya. "Kalau nanti kamu sibuk, aku akan pindah dan tinggal bersamamu. Hehehe, aku mau menjelaskan dulu, aku bukan mau pindah untuk bermain dengan anakmu."Alya makin tak bisa berkata-kata.Sepertinya, dia tiba-tiba mengerti kenapa Citra memintanya untuk tidak mengaborsi anak ini."Oh ya." Citra seketika menjadi serius. "Aku lupa t
Read more
Bab 62
Alya memegang ponselnya, bagaimanapun dia tidak mengerti."Kenapa kamu membantuku?"Hubungannya dengan Hana tidak bisa dianggap sebaik itu. Mereka saling mengenal melalui temannya Rizki, tapi hubungan pertemanan mereka juga tidak begitu dekat.Kemudian, setelah dia mengetahui perasaan Rizki terhadap Hana, Alya semakin tidak mengacuhkannya. Dia sebisa mungkin selalu menghindarinya.Lagi pula, dia tidak pernah menganggap dirinya semurah hati itu.Alya mungkin tidak membencinya ataupun kesal padanya, tetapi dia juga tidak mau berteman dengan Hana.Namun siapa sangka, Hana benar-benar telah menolongnya.Setelah mendengar pertanyaannya, Hana tersenyum dengan lembut. "Alya, kamu adalah temannya Rizki. Teman Rizki adalah temanku juga, tentu saja aku mau membantumu. Kamu nggak perlu merasa terbebani, kamu juga nggak perlu mengatakan pada siapa pun kalau aku telah membantumu. Anggap saja Rizki yang membantumu."Mendengar ini, apa lagi yang tidak Alya mengerti?Hana membantunya demi Rizki.Alya
Read more
Bab 63
Utang budi, itulah yang waktu itu dia dapatkan.Setelah itu, ketika Alya pergi ke berbagai tempat untuk mencari bantuan, dia menyadari betapa tepat waktunya telepon Hana waktu itu.Seluruh properti Keluarga Kartika sudah hilang, yang tersisa hanyalah rumah itu.Saat memulai bisnis lagi, Alya bermaksud menjual rumah tersebut supaya ayahnya dapat memulai kembali. Namun, ayahnya menolak. Dengan ekspresi serius, pria itu berkata padanya, "Terserah mau kamu apakan rumah ini. Sebelumnya Ayah juga memulai semuanya dari awal, Ayah pasti bisa melakukannya lagi. Kamu bisa gadaikan rumah ini ke orang-orang itu, lalu undanglah Hana makan. Lihat apakah ada sesuatu yang bisa kamu lakukan untuknya, balas utang budi ini secepat mungkin.""Ayah ...."Bagaimana bisa utang budi dibalas semudah itu?Sang ayah pun mengelus kepala putrinya sambil tersenyum hangat."Meskipun Ayah nggak punya apa-apa, Ayah nggak bisa membiarkan Aci tunduk di depan saingan cintanya. Ayah pasti akan bangkit kembali. Ayah punya
Read more
Bab 64
Ternyata waktu berlalu dengan begitu cepat.Karena pekerjaan mereka yang sibuk, Nenek hanya mengizinkan Alya dan Rizki datang berkunjung pada hari Sabtu. Mereka tidak boleh datang di hari lain, kalau tidak Nenek akan marah.Selama 2 tahun ini, Alya selalu datang berkunjung bersama Rizki pada hari Sabtu.Semalam Rizki begitu mabuk, lalu pergi dengan Hana. Mungkin sekarang ....Tepat pada saat itu sang sopir bertanya, "Apa Nyonya mau menelepon Tuan?"Mendengar ini, Alya tersadar dari lamunannya. Dia refleks menjawab, "Nggak perlu, dia sibuk."Sopir itu terdiam."Hari ini aku pergi sendiri saja."Sang sopir pun hanya bisa mengangguk dan terus menyetir.Setelah sekian lama bekerja di kediaman Keluarga Saputra, dia dapat merasakan bahwa ada yang tidak beres. Dia juga mendengar beberapa rumor. Melihat kondisi Alya saat ini, dia merasa kasihan.Namun, dia hanya seorang pekerja, masalah semacam ini bukanlah urusan mereka....Di sanatorium terbaik di Kota Suryaloka.Begitu Alya tiba, seorang p
Read more
Bab 65
Membicarakan Rizki, Alya teringat akan pemandangan yang dilihatnya di luar bar semalam.Di mana orang itu?Orang itu tentu saja sudah dibawa pulang oleh Hana.Mengenai apa yang terjadi dan apa yang dilakukan Rizki semalam, Wulan tidak mengetahuinya sampai sekarang. Alya merasa bahwa ini sudah cukup jelas.Walaupun kesal, Alya tidak bisa menunjukkannya di depan Wulan. Akhirnya, dia hanya bisa mencarikan Rizki alasan yang akan sulit diketahui kebenarannya."Semalam dia bergadang, jadi hari ini dia nggak bisa bangun."Setelah memberikan alasan itu, Alya tiba-tiba tersadar bahwa apa yang dikatakannya juga benar. Pria itu memang bergadang, hanya saja apa yang pria itu lakukan tidak diketahui oleh orang lain.Mendengar jawabannya, wajah sang nenek seketika tampak kecewa. "Dia sudah sebesar itu tapi masih saja bergadang."Alya hanya tersenyum dan tidak membalasnya.Melihat sikap Alya yang tenang, wanita tua itu menghela napas. "Hanya kamu yang bisa menoleransi sifatnya.""Nggak juga," ucap Al
Read more
Bab 66
Orang itu bertubuh tinggi dan ramping, wajahnya tampan, tetapi tatapan matanya dingin.Ketika pandangan mereka bertemu, langkah Alya seketika terhenti."Rizki?"Melihat Rizki di sini, jelas Wulan sangat terkejut."Nenek," Rizki memanggil sang nenek dengan suara beratnya.Suaranya agak serak, memancarkan keseksian yang melankolis.Alya terkekeh pelan, suaranya hampir tidak terdengar.Namun, sepertinya Rizki mendengarnya. Pria itu mengangkat pandangannya dan menatap Alya dalam-dalam."Apa yang terjadi? Alya bilang kamu habis bergadang dan nggak bisa bangun, jadi aku kira hari ini kamu nggak datang."Rizki tidak menduga Alya akan mencarikannya alasan seperti ini.Dia mengatupkan bibirnya, lalu berkata pada sang nenek dengan nada merayu, "Jangankan bergadang, walau aku nggak tidur sampai pagi pun, aku tetap harus datang untuk menemui Nenek.""Dasar mulut manis," ucap Wulan sambil pura-pura kesal, tetapi senyum di wajahnya tak bisa disembunyikan.Kemudian, Rizki menghampiri Alya dan berkata
Read more
Bab 67
Melihat pesan tersebut, Alya refleks mengangkat kepalanya dan menatap Rizki. Tatapan Alya pun bertemu dengan mata hitamnya yang dalam itu.Pria itu sedang menatapnya dengan tajam.Setelah berkontak mata sesaat, Alya membuang muka dan mengabaikannya.Rizki tak bisa berkata-kata.Ponselnya bergetar lagi, Alya lalu kembali mengambil ponselnya dan membaca pesan tersebut."Kemarilah."Tidak, dia tidak mau."Setelah Nenek dioperasi, kamu bisa melakukan apa pun yang kamu mau. Sekarang menurutlah sedikit, ayo kerja sama denganku. Bukankah kamu bilang hubungan kita ini sebuah transaksi?"Kalimat terakhir pesan itu membuat Alya akhirnya tersadar.Benar, sejak awal hubungan mereka adalah transaksi.Ini adalah hal yang sudah mereka sepakati bersama, kenapa sekarang dia merasa sentimental?Dengan pemikiran ini, Alya menarik napas dalam-dalam, lalu perlahan dia pun menghampiri Rizki.Meskipun dia sudah mempersiapkan mentalnya, setiap langkah yang dia ambil untuk menghampiri Rizki masih terasa sangat
Read more
Bab 68
Alya berulang kali mencuci tangannya dengan ekspresi dingin.Dia berpikir, kalau dia sendiri menyentuh Hana, tampaknya dia tidak akan bereaksi seperti ini. Dia tidak merasakan apa pun terhadap Hana.Namun, begitu dia teringat Rizki yang bersama dengan Hana semalam, dia merasa kotor, sangat kotor.Kekotoran semacam ini, secara psikologis menimbulkan rasa jijik.Cuacanya memang sudah dingin. Setelah dia cuci tangan berkali-kali, kehangatan yang baru saja kembali ke tangannya pun menghilang. Tangannya jadi sedingin es.Alya mengeringkan tangannya, lalu berbalik dan berjalan keluar dari toilet.Tiba-tiba langkah kakinya terhenti, dia melihat Rizki yang sedang bersandar di pintu masuk.Dia bersandar di sana, sedikit menunduk dan menatap ke lantai. Profil pria itu membuat wajahnya tampak sangat tiga dimensi dan tampan. Siapa pun bahkan dapat melihat bulu matanya yang panjang.Mendengar suara gerakan, Rizki pun mendongak dan menatap Alya. Tatapannya yang dalam jatuh ke tangan wanita itu.Akib
Read more
Bab 69
Alya dengan refleks membantah, "Nggak."Kemudian, Alya segera bertanya kembali, "Siapa yang mengatakan itu padamu?"Mendengar ini, Rizki menyipitkan matanya. "Benarkah nggak? Kamu ingin tahu siapa yang memberitahuku?""Oh." Alya dengan tidak setuju berkata, "Aku Ingin tahu siapa yang ahli menyebarkan rumor, Faisal? Andi? Benar, Andi meneleponku dan memberitahuku bahwa kamu mabuk. Dia memintaku untuk menjemputmu. Sebelum aku sempat menolak, dia sudah menutup teleponnya."Rizki mengerutkan kening, menatap Alya yang tampak berbicara dengan tenang."Tadinya aku ingin meminta Kepala Pelayan untuk menjemputmu, tapi malam sudah larut. Kepala Pelayan sudah makin tua, nggak baik untuk mengganggunya. Aku pikir dengan adanya Andi dan Faisal, akan ada orang-orang yang mengurusmu. Jadi meskipun kamu mabuk, nggak akan ada masalah.""Jadi?"Penjelasan Alya terdengar sangat lancar, seolah sama sekali tidak ada masalah."Jadi setelah aku memikirkan itu, aku tidur."Setelah selesai berbicara, Alya menat
Read more
Bab 70
Alya membungkuk untuk melihat data di layar komputer.Pola makan dan tidur dicatat dengan jelas di komputer. Karena sanatorium memiliki banyak pasien, para perawat tidak mungkin mengingat secara detail kebiasaan setiap orang.Jadi untuk dapat membedakan pasien-pasiennya dengan baik, sanatorium akan mencatat semua detail ini.Alya membaca data itu dengan saksama. Seperti yang dikatakan sang perawat, perubahannya sangat sedikit. Begitu tak kentara hingga hampir dapat diabaikan.Biasanya sanatorium memiliki kisaran. Jika tidak melebihi kisaran itu, maka hal tersebut dianggap normal.Alya mengatupkan bibirnya, merasa sedikit berat hati.Mungkin, dia hanya berpikir berlebihan?Dia dapat merasakannya, emosi Nenek sepertinya sedikit berubah, tetapi tidak ke arah yang positif."Nyonya Alya, aku mengerti kekhawatiranmu terhadap Nyonya Wulan. Tapi ... mungkinkah kekhawatiranmu membuatmu bingung?"Alya tidak membantahnya, bahkan dia menuruti perkataannya dan berkata, "Hm, mungkin kekhawatiranku m
Read more
PREV
1
...
56789
...
59
DMCA.com Protection Status