Semua Bab JERATAN KONTRAK PEWARIS: Bab 11 - Bab 20
70 Bab
11. Kepulangan Nyonya rumah
"Selamat datang kembali di rumah kita, Sayang," kata Topan sumringah sambil mendorong kursi roda. Para pelayan sudah berdiri menyambut Laura sesuai perintah Topan. Mereka menundukkan kepala sambil mengucapkan sambutan selamat datang dan lainnya. "Senang sekali Nyonya pulang lagi ke rumah ini. Saya sangat sedih Nyonya mengalami hal buruk itu dan selama Nyonya tidak ada di sini, rumah ini rasanya sangat sepi," tutur Dagna dengan tulus, lalu memeluk Laura. "Terima kasih, Dagna. Aku juga merindukanmu. Semua baik-baik saja selama aku tidak di rumah, kan?" Laura melepas pelukan, berbinar sekaligus tersenyum getir menatap Dagna."Semua baik-baik saja selama Bibi Dagna yang mengurus rumah ini," sela Topan tak ingin ada pertanyaan lebih banyak. "Ayo, kita masuk.""Aku senang mendengarnya," balas Laura mengangguk dan bermuka sedih, ketika Topan mendorong kursi rodanya. "Selamat datang cucuku, akhirnya kamu pulang lagi ke rumah ini," sambut Alex merentangkan tangan. Di ruang tamu, dia menungg
Baca selengkapnya
12. Modus di perapian
Emma tertegun melihat pasangan itu. Emosi yang terlihat, mereka seperti sudah mengenal satu sama lain sejak lama. Laki-laki itu–dari jarak tempatnya berdiri–bisa Emma lihat adalah Topan. Bersikap manis dan perhatian, penuh kasih sayang. Sementara perempuan itu duduk di kursi roda, menikmati sandaran dan belaian Topan. Namun, Emma tidak bisa melihat bagaimana ekspresi wajah perempuan tak dikenal itu. Emma teringat igauan Topan malam itu yang berulang kali menyebut nama Laura. Apakah perempuan itu yang bernama Laura? Hubungan apa dia dan Topan? Emma hendak melanjutkan perjalanannya berkeliling, tetapi kakinya tertahan ketika adegan tak terduga terlihat oleh matanya. Perempuan tak dikenal itu mencium bibir Topan. Kini mereka bahkan berciuman. Dugaan Emma yang sempat berpikir perempuan itu saudara kandung Topan ternyata salah. Dari cara mereka berciuman mengatakan mereka adalah pasangan kekasih."Siapa perempuan itu? Apa hubungan asmaranya dengan Topan? Siapa pula Laura yang Topan se
Baca selengkapnya
13. Ketahuan
Emma menghabiskan waktu dengan melakukan banyak hal selama Topan tidak di rumah. Dia sering pergi ke taman untuk berjalan-jalan, membaca buku di teras, atau menghabiskan waktu bersama Alex dan Dagna.Dalam kesempatan yang jarang, Emma juga menggunakan waktu tersebut untuk merawat dirinya sendiri. Dia menghabiskan waktu di spa, melakukan perawatan wajah, dan berolahraga untuk menjaga kesehatan dan kebugarannya melalui video di internet. Topan melarangnya memanggil instruktur pribadi ke rumah, karena kebanyakan instruktur senam di Berlin adalah laki-laki. Itu hanya alasan Topan. Selain itu, Emma juga mengambil kesempatan untuk mencari tahu segala sesuatu tentang Topan dan keluarganya di rumah itu. Kamar besar itu tidak pernah terbuka lagi sejak dia melihatnya siang itu. Setiap hari dia bertandang ke mansion dari pagi hingga malam. Berulang kali Emma mencuri kesempatan untuk menyelinap masuk ke kamar, tetapi gagal. Dia juga mengakrabkan diri dengan para pelayan di rumah utama untuk m
Baca selengkapnya
Bab 14. Tertangkap basah
"Aku akan ke kamar," kata Laura menekan tombol kursi roda. Dia memilih mengakhiri pertengkaran tanpa ada penyesaian. Hatinya sangat sakit, dicintai saat sehat dan cantik, dibuang saat sakit dan lumpuh. Topan menggeram sambil menendang sofa hingga barang mahal itu bergeser beberapa meter ke depan. Rasanya kepala Topan mau pecah, cenat-cenut karena banyaknya beban psikis yang menjadi tanggungan. Topan duduk kembali di ruang tamu. Kepala Topan baru saja menyandar ketika teleponnya berdering."Ya, Kakek." Topan mendengar perkataan Alex dengan seksama selama pria tua itu bicara dan tanpa menyela."Saran Dagna ada benarnya. Bagaimana menurutmu?" "Akan kupikirkan. Kakek tenang saja. Jangan banyak pikiran. Sampai jumpa." Topan memutus panggilan telepon. Tak lama berselang, Jeremy masuk dan menatap pintu kamar tidur yang tertutup. Dia menemukan Topan bermata merah ketika berpaling pada Topan, karena mendengar suara isak pelan dari Topan. Topan melihat pandangan mata Jeremy yang terlihat r
Baca selengkapnya
Bab 15. Bertengkar lagi
Sementara sopir mengeluarkan kursi roda yang terlipat dari dalam bagasi, Topan menggendong perempuan itu ke dalam rumah. Emma memperhatikan semua gerakan itu dengan seksama hingga tersentak karena terdorong ke belakang, saat tangannya ditarik oleh Dagna agar menjauh dari sana. "Cepat kembali ke rumah, sebelum dia marah besar karena melihatmu di luar!" bentak Dagna menyeret Emma dengan kasar. Emma menarik tangannya dengan cara yang juga kasar. "Benar 'kan kata saya? Dia berbohong pada saya dan kalian menyembunyikannya dari saya! Kalian semua bersekongkol!""Tidak usah banyak bicara, cepat kembali ke rumahmu. Sebelum Topan melakukan sesuatu padamu!""Dia tidak akan melukai saya, Bibi, karena saya mengand—""Karena itulah kau dilarang keluar demi kesehatanmu dan jan—""Jawab pertanyaan saya, Bibi Dagna. Siapa perempuan itu? Apa dia istri Topan? Katakan saja, ya atau bukan!"
Baca selengkapnya
Bab 16. Murka Emma dan Topan
Topan bingung untuk menjawab. Jika dia bertanya apa yang Emma lihat, maka Emma akan curiga karena pertanyaannya menjadi benar. Namun, Topan tidak akan bisa tidur jika tidak bertanya apa saja yang Emma lihat. Topan hanya memandang Emma dalam diam, walau dia merasakan perih di kulit wajah karena cakaran kuku Emma. "Ada apa? Kenapa kamu diam?" Emma mengulangi pertanyaannya, matanya menelisik. Topan perlahan melepas kungkungan, memilih mundur dan mata Topan masih menatap Emma, tetapi sekarang sorot tidak percaya. "Supaya aku tidak bertanya siapa itu Laura?" Suara Emma terdengar biasa saja, tetapi pertanyaan Emma merobek jantung Topan, membuat lelaki itu sontak berhenti dan menegang. "Siapa Laura?" Topan balik bertanya. Sebab ada banyak perempuan bernama Laura, jadi Laura mana yang Emma maksud? "Kamu pernah menyebut nama itu saat sedang mabuk. Sebelum ke Frankfurt tepatnya."
Baca selengkapnya
Bab 17. Godaan Erica
Sebelum keluar rumah, Topan memastikan Laura bersama Dagna. Dia menemukan mereka sedang bercengkerama di taman belakang. Angin dingin siang itu dan sedikit sinar matahari, terlihat indah dan mempercantik Laura yang diterpa sinar kuning emas. Sepanjang mendekat pada mereka, Topan tidak beralih pandang dari Laura dengan rambut ditiup angin pelan. Suhu dingin turun sudah mendekati nol derajat. Topan tidak bisa menunggu lagi, sebelum salju turun dan membuat penerbangan banyak ditunda, dia harus segera terbang ke Indonesia. "Aku akan mengantarmu sampai ke mobil," kata Laura memandang penuh cinta. Sejak pulang ke Berlin, kondisi psikis Laura cukup membaik. Pikiran buruk sempat melintas, tetapi tidak mempengaruhinya seperti saat di Frankfurt. "Aku harus pergi. Ada urusan mendadak. Nikmati waktumu bersama Bibi Dagna atau Kakek. Ajak Bibi Dagna kalau kamu ingin berkeliling rumah dan taman. Ingat, Bibi Dagna ditugaskan
Baca selengkapnya
Bab 18. Curahan hati Emma
"Di mana ayah saya? Kenapa tokonya tutup? Biasanya jam ini sudah buka toko."Emma memandangi toko tempatnya ayahnya menjaja dagangan. Bisnis kecil yang dibangun sebagai penyambung hidup, kini tidak beroperasi dan terlihat tidak terawat. Emma berulang kali menghubungi ponsel ayahnya karena tidak tersambung. Dia juga mengirim pesan dan juga tidak terkirim sejak tiga hari lalu. Setelah Topan pergi, tanpa sepengetahuan Topan, Emma nekat mendatangi toko ayahnya di bilangan Cilincing. Namun, Emma justru mendapatkan pemandangan tidak biasa. Teras toko ayahnya banyak sampah berserakan, berpasir, dan tidak ada keterangan apa pun yang tertempel di pintu toko. "Kamu ke mana saja, Emma? Aku berkali-kali menghubungimu memberi tahu tentang bapakmu, tapi kamu tidak bisa dihubungi."Kening Emma mengerut karena bingung. "Kenapa dengan ayah saya? Ada apa dengannya? Dan tokonya …." "Bapakmu sud
Baca selengkapnya
Bab 19. Kabar bahagia
"Air ketubannya sudah pecah. Sekarang saya di rumah sakit bersama Resti dan perawat."Topan terlompat kaget dari posisi tidurnya, bahkan dia terdiam sesaat dan jantungnya berdebar hebat hingga ke lambung. "Halo … halo, Pak. Bapak di sana?" "I-iya … iya … urus semuanya, pastikan mereka selamat." Tangan Topan bergetar ketika memutus panggilan telepon, dadanya juga bergemuruh hebat, terasa menekan sehingga Topan kesulitan bernapas. Haru tangis Topan karena bahagia, menyeruak dan mendorong air matanya turun. Namun, Topan mengusap air mata ketika menyadari ada Laura bersamanya. Topan gegas keluar kamar menuju kamar Alex. Topan bahkan tidak mengetuk pintu seperti biasanya."Kakek, anakku akan lahir," kata Topan sangat senang, ketika menghampiri Alex di kasur. "Jeremy baru saja mengabarikku, Emma akan melahirkan malam ini. Mereka sudah di rumah sakit sekarang."Sama seperti Topan, Alex jug
Baca selengkapnya
Bab 20. Malaikat kecil
"Semua aman, Pak." Jeremy mengakhiri panggilan telepon setelah mendapat kabar kondisi dan situasi kamar inap Emma. Mereka masuk ke gedung rumah sakit swasta mahal tempat Emma melahirkan. Naik ke lantai lima kamar 107, Topan dan lainnya bergerak cepat menggunakan lift. Jeremy mengetuk pintu ketika mereka tiba di kamar VVIP. Resti membuka pintu kemudian menunduk pada Topan. "Nyonya sedang tidur, Pak." "Di mana bayinya?" Topan bertanya tanpa basa-basi, sangat tidak sabar melihat malaikat kecil yang baru lahir. Dia mendorong kursi roda ke dalam kamar. "Ada di baby box, di sebelah sana, Pak." Feni–perawat sewaan Topan menunjuk tempat tidur mungil berbentuk kotak. Topan tidak bisa menyangkal, matanya tidak bisa menahan mencari bayi mungil itu. Dia juga melihat Emma di kasur sedang tidur saat kakinya melangkah masuk. Topan berhenti di depan kasur Emma, lantas menuju ke tempat tidur bayi di dekat dinding. Tempat tidur bayi itu dihiasi kelambu putih sebagai penutup.Ketika Topan mengang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status