Semua Bab Baby Triplets Milik Om Tampan: Bab 161 - Bab 170
375 Bab
Tak Tahan dalam Kerinduan
"Mami, tadi yang sama Papi itu siapa ya?" Tiana menepuk-nepuk pipi Shela, putri cantiknya itu padahal sudah mengantuk berat, tapi dia masih sempat-sempatnya bertanya. "Teman kerjanya Papi, Sayang. Kenapa memangnya?" Shela mengusap punggung kecil Tiana. Bibir tipis Tiana cemberut. Jemarinya memainkan kancing blouse yang Shela pakai, dia menggeleng-geleng kepala. "Tiana tidak suka, Papi nolak makan sama kita," cicit anak itu manyun. "Hei Cantikku, dengar... Papi kan kerja buat kita semua. Kita tidak boleh berprasangka buruk. Papinya Tiana itu orang yang sangat sibuk, Sayang." Shela mengusap pucuk kepala Tiana dan mendekapnya. "Nanti bagaimana kalau Papi bentak-bentak Mami lagi?" Anak itu mendongak dengan ekspresi melas. "Mami bentak balik dong!" "Beneran ya, Mami... Janji dulu sama Tiana!" Jari kelingking mungilnya diangkat. Shela langsung menautkan jarinya tanpa ragu, kedua terkikik geli dan mereka memutuskan untuk tidur. Si kembar laki-laki menolak ditidurkan oleh Shela, ked
Baca selengkapnya
Karma untuk Orang Jahat
Sebastian sungguh ingin menyenangkan anak dan istrinya. Dia mengajak si kembar juga Shela pergi makan bersama di tempat yang tidak biasa. Sebuah restoran mewah yang berada di atas kapal mewah, pemandangan laut yang indah, dan suasana yang menyenangkan. "Bagus sekali ya... Nanti ke sana ya Pi, kita cari tempat nahkoda, Tiano mau foto!" seru Tiano yang berjalan digandeng Sebastian. "Iya Sayang." "Kita duduk di sana Pi, di dekat tiang itu! Biar bisa lihat air lautnya!" seru Tino menarik-narik tangan Sebastian dengan tak sabaran. Sebastian berjalan lebih dulu karena Tino dan Tiano menarik-narik tangannya dengan tidak sabar dan juga sangat kesenangan. Tapi tidak dengan Tiana, anak itu malah takut untuk naik ke atas kapal. Tiana mencengkeram erat pundak Shela dan menangis. "Kakak sudah naik di atas Sayang, ayo ke sana," bujuk Shela pada putri kecilnya. "Tiana tidak mau! Nanti kapalnya jalan, Mami... Tiana takut!" teriak anak itu dengan tegas menolaknya. "Ya ampun Sayang. Kapalnya a
Baca selengkapnya
Kembali ke Prancis Setelah Sekian Lama
"Mama sakit apa, Sayang?" Shela menatap wajah Sebastian, dia turun dari pangkuan suaminya dengan cepat. "Aku tidak tahu, Papa juga tidak tahu. Baru saja Mama dibawa ke rumah sakit." Sebastian menjelaskan. Sorot mata Sebastian memperhatikan ekspresi wajah Shela yang kini nampak cemas, dia yang selalu dijahati oleh Monica, apakah Shela masih punya maaf untuk Monica?"Aku akan ke Pranciss," ujar Sebastian."Aku ikut!" seru Shela bersikeras. "Kenapa mau ikut, hem? Mama padahal orang yang selalu jahat padamu. Apa kau peduli dengan wanita jahat sepertinya yang sedang sakit?" Harusnya Shela mengatakan tidak. Tidak peduli sama sekali!Tapi Shela Morine bukanlah seorang pendendam, dia selalu diajarkan hal-hal yang baik oleh Mamanya.Tanpa ragu dia menggelengkan kepalanya. "Tidak. Aku tidak punya rasa dendam apapun pada Mamamu. Seperti yang kau bilang... Kalau kita mencintai anaknya, kita harus sayang pada Ibunya." Senyuman manis terukir di bibir Sebastian. Dia beranjak dari duduknya ber
Baca selengkapnya
Pelajaran untuk Mama Mertua
"Wahh Oma kok punya kamar pink? Iki kamarnya siapa, Oma?" Tiana menatap seisi kamar yang didominasi warna pink. Ruangan yang sangat luas, berbagai boneka ada di sana, semua posisinya masih sama seperti saat Shela pergi, masih rapi dan wangi. "Ini kamar Mami dulu," jawab Shela pada mereka bertiga. "Ya ampun, Mami pernah alay juga ya," sahut Tino terkikik geli."Pink itu cantik, bukan alay!" sahut Tiana tidak terima. Stavani dan Shela tertawa dengan tingkah mereka. Tino pun langsung melenggang keluar dari dalam kamar Shela, anak itu paling anti dengan yang pink-pink. Sedangkan Tiana, dia tentu saja menyukai kamar itu. Tiana bermain dengan boneka-boneka milik Shela, memakai bando, jepit yang Shela simpan. "Tiana persis sepertimu, Sayang," ujar Stevani menatap Cucu perempuannya. Shela tersenyum. "Shela dulu seperti dia, Ma?" "Iya. Tapi kalau Shela sedikit gemuk, kalau Tiana kan kurus." Stevani terkekeh lagi. Di dalam kamar itu, Tiana tidak akan peduli lagi dengan jalan-jalan, per
Baca selengkapnya
Shela Menantang Wanita Jahat itu!
"Kau tidak marah padaku, aku memarahi Mamamu tadi." Shela menoleh pada sang suami, mereka berdua tengah duduk di atas ranjang kamar Shela. Padahal Shela was-was kalau Sebastian akan memakinya saat Shela melawan Monica. "Tidak. Aku kan sudah bilang padamu, aku menyukai Istriku yang bisa menjaga dirinya sendiri, karena aku tidak setiap waktu ada di sisimu." Sebastian berbaring di atas ranjang kamar Shela. Shela terkikik geli mendengarnya. "Sebenarnya aku juga tidak mau menjadi menantu yang buruk untuknya. Tapi..." "Cukup jadi istri yang baik untukku," sahut Sebastian meraih tangan Shela dan mengecupnya."Tentu saja!" Wanita itu menjawab dengan ria. Shela berbaring, ia menjadikan dada bidang Sebastian sebagai bantalnya. Kedua tangannya memeluk manja dengan mata mengerjap. "Apa kau punya cara supaya Mama tidak membenciku? Sebenarnya apa sih salahku pada keluargamu?" tanya Shela dengan bibir manyun. "Kau tidak salah. Sama sekali tidak bersalah apapun, hanya saja bisnis orang tua d
Baca selengkapnya
Menantu Keluarga Morgan
"Kau memanfaatkanku, menindasku karena aku sakit?" Monica memicingkan matanya pada Shela. Namun menantunya itu tetap menggelengkan kepalanya dan tidak membenarkan apa yang Mama mertuanya katakan. "Tidak Ma, bukan begitu," jawab Shela tersenyum manis. "Aku hanya ingin kita bisa saling mengasihi dan tidak ada yang terpecah antara Mama dan Shela. Mama sebagai mertua dan Shela sebagai menantu." "Apa kau tuli hah?! Berapa kali aku bilang padamu kalau aku tidak ingin dan aku tidak sudi punya menantu sepertimu, Shela!" sentak wanita itu dengan napas naik turun. Shela terdiam sejak, dia mengangguk. "Kalau begitu, Mama siap kehilangan Sebastian." Sungguh sosok Shela yang kini Monica hadapi adalah sosok wanita yang tidak bisa dia ajak main-main, Shela yang terus mengejar apa yang dikatakan oleh Monica. Mengancamnya, menghalang-halangi apa yang Monica serang padanya. Sungguh Shela tidak main-main juga dengan Mama mertuanya ini. "Semakin Mama membenci Shela, semakin Sebastian sayang pada S
Baca selengkapnya
Mama Mertua dan Permintaan Maafnya
Setelah kemarin Monica meminta Shela menjaganya, hari ini Shela sungguh-sungguh datang membawa si kembar. Bagaimanapun juga, dia tahu kalau Monica pasti merindukan Cucunya. Tino, Tiano dan Tiana kini duduk di atas brankar mengelilingi sang Nenek dengan tatapan kasihan. "Oma sakit apa sih, kok ngerepotin Mami dan Papi jauh-jauh dari Birmingham ke sini!" Tiano menatap Monica yang tengah mengelus-elus lembut rambut Tiana. Monica pun tersenyum senang dengan kehadiran mereka. "Tidak papa Tiano, Oma hanya pusing sedikit." "Itu karena Oma terlalu benci sama Mami kami, jadi Tuhan buat Oma pusing!" Tino menyahutinya dengan pedas. Shela senyam-senyum mendengar apa yang kembar katakan pada Monica. Mereka terlalu jujur dengan apa yang mereka ucapkan. Sedangkan sang Oma hanya tersenyum dan mengangguk-angguk saja. Meskipun kadang Monica menunjukkan sisi bengisnya di hadapan si kembar, tak jarang pula baginya menunjukkan sisi hangat saat ada Cucunya. Apalagi Monica yang sangat menyayangi Tian
Baca selengkapnya
Menantu yang Sudah Diakui
Acara makan malam di kediaman keluarga Morgan tidak pernah terbayangkan di benak Shela. Berkumpul dengan kedua orang tua Sebastian dalam satu meja makan mewah di rumah megahnya. Shela duduk di samping Sebastian berhadapan dengan Monica. "Shela, jangan sedikit makannya. Pelayan di sini sudah memasak banyak," ujar Graham pada sang menantu. "Iya Pa, Shela kalau makan tidak terlalu banyak." "Nanti kau sakit seperti Mama," sahut Monica. Ucapan Monica membuat semua orang menatapnya, termasuk si kembar yang asik dengan piringnya masing-masing. Anak-anak itu terkekeh geli begitu mendengar Oma-nya tidak lagi teriak-teriak seperti dulu pada Shela. Tino berdehem pelan, dia mungkin ingin sedikit bermain-main dengan Oma-nya yang galak ini. "Jadi ini ceritanya makan malam bersama dalam acara Oma meminta maaf sama Mami karena sudah tidak marah-marah lagi?" tanya Tino menatap ke arah Monica. "Oma tidak marah kok, sama Mami kalian." Monica menjawab santai. "Iya sekarang. Dulu kalau lihat Mami
Baca selengkapnya
Nyonya Presdir yang Sesungguhnya
"Ini kesempatan terbaik untukmu, Sayang. Kau harus datang... Kau pemilik perusahaan besar Papamu sekarang ini! Ayo datang, bersamaku!" Sebastian membujuk Shela dengan susah payah, di sana juga ada Stevani dan Ferdi bersedekap menatap Shela. Setelah pagi-pagi sekali Stevani menelfon Sebastian untuk meminta mereka pulang dari kediaman keluarga Morgan. Stevani ingin semua karyawan kantor Milory tahu siapa pemilik tempat besar itu sekarang. "Shela, Mama tidak akan pergi karena bukan Mama yang menandatangani berkas kepemilikannya! Ayo pergi dan berangkat sekarang, Shela!" seru Stevani pada putrinya. Shela mendongak menatap sang Mama dengan sayu. "Shela... Shela malu Ma." "Malu?! Malu kenapa lagi, ya ampun...!" Stevani mengusap keningnya pusing. "Malu kenapa lagi nak? Kau ini pemilik perusahaan besar, kenapa kau malah malu, astaga putriku?!" Shela berdecak kecil, dia mendongak menatap Stevani dengan kedua alis bertaut. "Mama tidak akan tahu rasanya menjadi Shela! Posisi Shela, bayang
Baca selengkapnya
Mereka Sudah Berbaikan
"Nona Shela selama beberapa tahun ini pergi ke mana? Emmm, Nyonya Stevani bilang kalau Nyonya Shela pergi bersekolah, ya?" Pertanyaan itu terlontar dari salah satu tamu yang ada di acara tersebut. Shela sudah menduga kalau akan ada yang bertanya-tanya tentang hal ini. "Ya, saya pergi ke suatu tempat. Keluarga saya berada dulu." Shela menjawab dengan asal. "Saya pikir pergi karena hamil duluan," sahut seorang wanita yang kini tersenyum tipis dan memainkan kipasnya. "Lalu, kenapa kalau memang hal itu benar? Toh saya juga sudah bersuami," jawab Shela dengan nada geram. "Saya rasa, ini acara penting, ternyata hanya acara mencari bahan gosip saja, ya?"Shela meletakkan segelas minumannya dan langsung meninggalkan beberapa wanita itu. Dengan langkah kesalnya, Shela mendekati Sebastian yang tengah berbincang dengan beberapa orang. "Sayang, ayo pulang!" ajak Shela langsung menarik lengan Sebastian. "Hei..." Laki-laki itu membalikkan badannya saat itu juga. "Ada apa, hem?" "Ayo pulang!
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1516171819
...
38
DMCA.com Protection Status