Semua Bab Baby Triplets Milik Om Tampan: Bab 151 - Bab 160
367 Bab
Sebastian tanpa Shela
"Mami... Mami di sana sudah makan, kan? Sudah mandi belum? Kita kangen Mami..." Suara si kembar membuat Shela tersenyum, ia menatap layar ponsel milik Morsil yang sengaja diberikan pada Shela untuk beberapa hari ini berkomunikasi dengan anak dan Mamanya."Sudah dong Sayang, ini Mami sedang duduk di teras," ujar Shela tersenyum manis. "Tiana mau peluk Mami," ujar Tiana di balik gambar itu. "Iya, nanti Mami pulang kok." Shela merasa merindukan anaknya. "Jangan Mi! Jangan pulang, biar saja Papi nangis-nangis dulu. Biar tahu rasa seperti apa jauh dari Mami!" seru Tino dengan alis bertaut. Ekspresi wajah si kembar laki-laki itu memang tidak berbeda jauh dengan Papanya. Tapi mereka lucu, dan Shela rindu dengan kelucuan anak-anak itu. "Kalian jangan nakal ya, Sayang. Jangan bilang siapa-siapa meskipun tahu di mana Mami berada," ujar Shela pada mereka. "Mami jangan khawatir. Kita paham kok... Kita berdua aja, Tiana tidak. Dia rewel, nangis terus dan tidak dewasa," ujar Tiano. "Iya, ja
Baca selengkapnya
Panggilan dari Shela
Malam ini Stevani membawa si kembar datang untuk menjenguk Shela di London. Sudah tiga hari semenjak Shela tidak pulang, Stevani lah yang menjaga si kembar. Shela merasa sangat bahagia bisa bertemu dengan anak-anaknya lagi. Mereka bertiga memeluknya dengan sangat erat membuktikan kerinduannya."Mami tahu tidak sih, kita itu kangen!" seru Tiana memeluk Shela dengan sangat erat. Shela tersenyum manis mengusap air matanya. "Tahu kok Sayang, Mami juga kengan sama Tiana dan Kakak." "Tapi Mami di sini saja, jangan pulang dulu. Biarin saja dulu Papi nangis-nangisnya, biar tidak nakalin Mami lagi," seru Tino dengan nada kesal."Iya. Papi sudah stress kok sekarang Mam, jadi rencananya Mami, berhasil!" Tiano terkikik geli mengacungkan jempolnya. Entah kenapa, mereka malah mendukung kalau Shela menjauh dari Sebastian, anak-anak ini memang sangat lucu. Kadang ada juga saat di mana Shela merasa kalau mereka memang benar-benar bersaing dengan Sebastian untuk mendapatkan perhatian Shela. "Tian
Baca selengkapnya
Selamat Ulang Tahun, Istriku Sayang
Shela meremas ponsel putih di tangannya. Dia tidak mau berkeras kepala lagi, ia merindukan Sebastian, setengahnya lagi Shela tidak mau berlama-lama merepotkan Nenek Clair meskipun wanita itu tidak keberatan sama sekali. Kini hari sudah sore, Shela berdiri di teras sendirian. Ia duduk di kursi tua dan menatap ke arah gerbang yang terbuka di rumah besar itu. "Apa dia benar-benar ke sini?" gumam Shela mengetukkan jemarinya di atas kayu pinggiran kursi. Shela menyangga dagu dan termenung sejenak. 'Di hari ulang tahunku, tahun pertama bagiku memiliki seorang suami. Aneh sekali aku ini, meminta hadiah seperti anak kecil tapi sedang marah juga padanya. Mungkin kata Nyonya Monica benar, lain dari Sebastian pasti sudah akan meninggalkan aku, tidak akan betah dan tahan dengan sikapku yang kekanakan ini.' Sibuk membatin tentang dirinya yang aneh, Shela memijit pelipisnya dan menghela napas. Sampai hari menjelang senja Sebastian tidak kunjung datang. Padahal Shela sejak siang tadi menghubun
Baca selengkapnya
Papi, Jangan Modus!
"Aku akan memberikan lima permintaan, dan apapun itu akan aku berikan padamu." Sebastian berdiri di hadapan Shela, sedangkan wanita itu duduk di sebuah pagar tembok di tepi jalanan taman. Shela yang sibuk menikmati minuman cokelat hangatnya. Kedua mata wanita itu mengerjap. 'Ya ampun, dia ini royal sekali. Padahal dari sore sampai malam begini aku sudah meminta beberapa hal padanya, apa dia punya sumber uang yang tidak bisa habis?' batin Shela menelisik wajah Sebastian. "Kenapa malah menatapku seperti itu?" Sebastian memeluk pinggang Shela dengan kedua tangannya. "Sudah cukup. Aku sudah membeli banyak barang, bukan?" Shela menatap wajah suaminya. "Nanti kalau uangmu habis, bagaimana?" Laki-laki itu terkekeh, konyol sekali permintaan Shela yang mengatakan kalau uang Sebastian akan habis. "Rupanya istriku ini sedang meremehkan aku," ucap Sebastian menyipitkan kedua matanya. Shela cemberut mendengarnya, ia langsung turun dari tempat itu dengan bantuan Sebastian. Wanita itu berdi
Baca selengkapnya
Istriku, Boss yang Sesungguhnya
"Tiana kangen rumah lama kita, Mami." Tiana berucap sedih, bersama dua kembarannya dan juga Sebastian, mereka kini berdiri di depan sebuah rumah di mana tempat itu dulunya tempat Shela membesarkan ketiga buah hatinya. "Mami juga, Tiana," jawab Shela membalas genggaman tangan Tiana."Dulu kita sering main di teras sini, ya kan? Tiana naik sepeda kecil, terus Tiano yang dorong," ujar Tiano menatap teras rumah itu. Sebastian tersenyum tipis mendengarnya mereka berbicang. Kali ini mereka mengunjungi rumah lamanya setelah Monica pergi kembali ke Prancis. Pintu rumah dibuka oleh Sebastian, si kembar berlari lebih dulu masuk ke dalam sana. Anak-anak itu mendapati beberapa mainannya masih ditata rapi. "Papi... Lihat, ini mainan Tino waktu masih bayi kata Mami," ujar anak itu menunjukkan sebuah boneka kecil. "Iya Sayang. Jangan main di luar ya," tegas Sebastian pada mereka. "Iya Pi." Kompak ketiganya menjawab. Sebastian merangkul pinggang Shela dan mengajaknya berjalan ke lantai dua.
Baca selengkapnya
Selalu Cemburu Buta
Malam yang sunyi pukul sebelas malam, semua penerangan rumah sudah mati. Shela berdiri di depan dinding kaca yang berada di lantai dua rumahnya. Wanita itu menunggu Sebastian yang kini sedang bertelepon dengan rekan bisnisnya di ruang kerja. Suaminya adalah orang yang sibuk, dan semuanya juga demi Shela. 'Dia mengenalkan aku sebagai pemilik perusahaan Milory, padahal aku tidak melakukan apapun.' Shela menyandarkan kepalanya di kaca. "Pantas saja Nyonya Monica semarah itu padaku, aku tidak tahu kalau Sebastian sudah sejauh ini menentang keluarganya," gumam lirih Shela. "Demi aku." Hening kembali menyapanya. Shela tersentak saat tiba-tiba telapak tangan dingin menyentuh pipinya dari belakang. "Astaga!" Wanita itu menoleh cepat. "Sebastian!" Laki-laki itu tersenyum manis. "Kenapa melamun saja, hem?" Sebastian merangkul Shela. "Tidak papa. Hanya kepikiran waktu tadi kau mengenalkan aku sebagai pemilik perusahaan. Aku canggung sekali, kau tahu!" Shela cemberut. "Kan memang kau yang
Baca selengkapnya
Perkara Anak
"Ayo ambil ini... Ambil kalau bisa!" Suara tawa anak-anak di tepi jalanan malam itu terdengar menjengkelkan di telinga Tiana. Di depan gedung sekolah kursus bahasa, teman-temannya merebut botol minum milik Tiana dan mereka ingin Tiana lompat untuk mengambilnya. "Mana, kembalikan. Itu punyaku, tahu! Kembalikan dong, Alice!" teriak Tiana mengejar temannya, yang jelasnya mereka berusia sama seperti Tiana. "Kembalikan!" teriak Tiana mengejarnya. Tiga anak perempuan itu membawa lari botol minum milik Tiana. Jelas Tiana tidak mampu mengejar mereka, dia tidak boleh terlalu lelah. Berusaha berlari cepat, Tiana tersandung dan terjungkal hingga kaca matanya terpental dan jatuh. "Kaca mataku... Di mana?" Tiana mengulurkan tangannya dan merayap mencari-cari dalam kegelapan. "Kaca matanya, ambil kaca matanya Tiana!" Suara itu membuat Tiana semakin kesal. Ia mencoba merayapkan tangannya lagi. "Ayo mana kaca matamu, Tiana!" seru Abelle menendang pelan kaca mata Tiana. Suara bunyi benda it
Baca selengkapnya
Perang Dingin dengan Sebastian
"Aku juga berusaha berubah seperti yang kau mau, Shela! Aku bingung kau menginginkan lelaki yang seperti apa!" Suara amukan Sebastian pada Shela, membuat Tiana menangis. Anak itu langsung berdiri memeluk sang Mama dengan erat. Shela menatap Sebastian berkaca-kaca, laki-laki itu tidak akan pernah tahu bagaimana menjadi seorang perempuan bila dibentak. "Ayo pergi, Mami... Ayo ke pergi!" teriak Tiana keras-keras. Shela menyeka air matanya. "Iya, ayo Sayang. Diam dulu, jangan nangis," bisik Shela. Wanita itu melangkah ke arah pintu, lengannya tiba-tiba ditahan oleh Sebastian. "Mau ke mana? Ini sudah malam!" seru Sebastian. Shela mengabaikan Sebastian dan menarik lengannya. "Aaaaa... Papi jangan sentuh Mamiku!" teriak Tiana marah pada Sebastian. "Sudah Tiana, jangan teriak-teriak," bisik Shela mendekap putrinya. Sebastian terus mengikuti istrinya dengan perasaan kalut. Dia tahu ia kelewatan, membentak Shela di depan Tiana. "Shela-""Diam!" pekik Shela mengulurkan jari telunjukny
Baca selengkapnya
Aku Juga Bisa Marah, Sebastian!
Shela sibuk di toko rotinya, dia bahkan tidak menghubungi Sebastian sama sekali hari ini. Dan Sebastian yang ingin melihat istri dan anaknya, dia datang dan masih berdiam diri di dalam mobil menatap ke arah toko di mana Shela sedang sibuk menata bunga-bunga, juga melayani pembeli di depan, dan si kembar berada di dalam toko. "Shela," lirih Sebastian menatapnya lekat. Laki-laki itu turun dari dalam mobilnya dan melangkah mendekati toko. Shela menatapnya dan ia menatap lekat pada suaminya. "Mau apa?" tanya Shela dengan nada kesal. "Aku ingin bertemu dengan anak-anak." Laki-laki itu menjawab tak acuh. Sebastian pun membuka pintu toko, di sana si kembar kompak menatapnya dengan tatapan marah. Anak-anak itu cemberut pada sang Papa. Terutama Tino dan Tiana yang sudah terlanjur kesal pada Sebastian. "Papi mau ngapain ke sini? Tiano sama Tino dan Tiana tidak mau bertemu Papi. Semalam kata Adik Tiana, Papi baru nakalin Mami, ya?!" seru Tiano, anak itu memeluk dia kembarannya. "Tiana m
Baca selengkapnya
Kau yang Memulainya
"Shela, kau ini bagaimana sih! Pak Wiliam ke sini ingin mengambil pesanan roti untuk sarapan! Tapi kenapa kau tidak mengabariku sama sekali!" Suara panggilan dengan amukan itu membuat Shela menepuk keningnya, dia bingung apa yang Morsil maksud sebenarnya. "Tu-tunggu, aku tidak tahu kalau dia mengabariku, Morsil!" pekik Shela kesal. "Sebastian yang menjawab pesannya, dia tidak menyampaikannya padamu?!" Shela menghela napasnya panjang. Pasti Morsil marah padanya, pelanggan juga pasti akan kecewa. "Ya sudah, biar nanti aku jelaskan pada Pak Wiliam, dia pasti mengerti," ujar Shela. Panggilan itu pun tertutup. Shela menyibak selimutnya dan ia menatap ranjang sampingnya di mana anak-anak masih tidur. Memasuki musim liburan, mereka akan lebih sering bangun siang dan tidur sedikit lebih malam. Shela mengambil ponselnya, ternyata benar ada pesan dari Wiliam dan Sebastian yang membalasnya. "Astaga, suamiku... Dia juga tidak bilang padaku," lirih Shrla menepuk keningnya pelan. Shela be
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
37
DMCA.com Protection Status