Semua Bab Baby Triplets Milik Om Tampan: Bab 171 - Bab 180
375 Bab
Hati yang Cemas dan Tetap Menunggu
Dua Hari Kemudian.Setelah memutuskan untuk kembali ke Prancis, Shela dan Sebastian kini pun memulai hari-harinya seperti dulu. Si kembar yang hari ini sudah mulai aktif bersekolah dan Sebastian yang bersiap pergi ke kantornya. "Sayang, siapkan mentel hangatku!" seru Sebastian yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi. "Iya sebentar. Aku masih menyiapkan buku-buku milik si kembar." "Aku berangkat setelah ini, Sayang!" seru Sebastian lagi. Shela berdecak kesal, di atas ranjang kamarnya ada Tiana yang merengek menatap Mama dan Papanya heboh di pagi hari.Perjalanan yang melelahkan dari Inggris ke Prancis membuat Tiana demam tinggi sampai akhirnya anak itu tidak bisa pergi bersekolah. "Mami, kepala Tiana pusing! Mau gendong..." Anak itu merengek memukuli kepalanya. "Ya ampun Sayang. Iya, iya kita sebentar lagi ke rumah sakit ya, anak Mami," bisik Shela mengusap kening Tiana dan memeluk putri kecilnya. Sebastian menoleh, ia kini yakin kalau Shela tidak akan membantunya bersiap.
Baca selengkapnya
Jangan Salah Paham, Sayang
"Ck! Shela pasti mengomeliku! Gara-gara Vir sialan!" Sebastian mengumpat seraya melangkah melewati lorong rumah sakit.Pasalnya dia terlambat pulang hingga pukul delapan malam. Ada hal penting di kantornya yang membuat Sebastian harus mati-matian kerja dua kali.Sebastian membuka pintu rawat inap Tiana, di dalam sana dia melihat Shela yang duduk memeluk Tiana seraya tertidur. "Ya ampun, Sayang," lirih Sebastian menutup pintu. Laki-laki itu melangkah mendekat, ia mengusap pucuk kepala Shela dan mengecup pipi istrinya sampai wanita cantik itu bangun. "Baringkan dulu anak kita," bisik Sebastian mengambil Tiana dari gendongan istrinya. Shela hanya diam dan mengusap wajahnya pelan. Ekor matanya melirik jarum jam yang sudah menunjukkan pukul delapan malam. "Kau sudah makan?" tanya Sebastian merangkul pundak Shela. "Sudah, Adam membelikan aku nasi. Aku tidak mungkin keluar kalau kondisi Tiana sedang seperti ini, kan?" Laki-laki itu terdiam, dia mengangguk. Sebastian mengulurkan tanga
Baca selengkapnya
Asisten Baru Suamiku
Sebastian siang ini bertemu dengan Gavin dan juga sepupu perempuan sahabatnya tersebut, yang akan melamar menjadi asisten pribadi Sebastian di kantor. Begitu pintu ruangan CEO terbuka, muncullah seorang gadis cantik berambut pendek sepundak, tersenyum manis, daan memberikan hormat padanya. "Selamat pagi, Pak Sebastian," sapa gadis itu. "Selamat pagi, silakan duduk," balas Sebastian meminta gadis itu duduk. Sebastian membaca surat lamaran pekerjaan milik gadis itu. Meskipun tidak membacanya secara rinci, Sebastian tahu betul kalau gadis ini satu rumah dengan Gavin, sahabat Sebastian. "Aku pikir kau masih kuliah, Pricila," ujar Sebastian menutup surat lamaran pekerjaan di tangannya. "Saya sudah tamat kuliah satu tahun yang lalu, Pak. Jadi... Saya ingin bekerja di sini," jawab gadis cantik bernama Pricila, tersebut. Sebastian mengangguk. "Gavin sudah menjelaskan semua tugasmu, kan?" tanya Sebastian pada gadis itu. "Sudah Pak. Jangan khawatir, Kak Gavin sudah menjelaskan semuanya.
Baca selengkapnya
Aku Istrimu, Bukan Wanita Pajangan!
"Adam, aku numpang pulang ya... Kalau aku naik taksi takut terlalu sore, kasihan Tiana." Shela menatap Adam yang kini berjalan di depannya menuju ke arah parkiran mobil di depan gedung rumah sakit. "Iya Shela, tenang saja. Ayo masuk," ajak Adam membuka pintu mobil untuk Shela. Baru saja Shela hendak masuk, dia melihat mobil Sebastian datang. Suaminya itu muncul dan langsung berjalan keluar mendekati Shela. Sebastian tidak sendiri, dia bersama seorang perempuan cantik berambut sebahu yang kini berdiri di belakang Sebastian. "Sayang, maaf aku terlambat. Aku baru saja selesai meeting di luar," ujar laki-laki itu menjelaskan. Tatapan mata Sebastian bertemu dengan Adam. Sebastian hendak meraih tas besar di tangan Sebastian, namun Shela menahannya. Mata Shela dengan sorot lelah, belum lagi Sebastian datang dengan seorang wanita. Dia kini tahu, jadi ini asisten barunya, mungkin Sebastian akan lebih betah lagi di kantornya. "Tidak perlu, aku bisa pulang dengan Adam. Kau bisa lanjutkan
Baca selengkapnya
Tino Vs Tante Ulat Bulu
Pagi-pagi sekali di rumah Shela kedatangan Pricila, gadis itu datang atas perintah sang Boss. Sebastian yang memintanya datang untuk mengerjakan beberapa tugas, lantaran Sebastian tidak pergi ke kantor hari ini. Tiana terus lengket padanya sejak pagi, Sebastian pun mengalah demi putrinya yang baru saja sembuh. Bahkan dua anak kembar laki-lakinya juga ada di rumah. "Tante-tante genit itu siapa sih, Mi? Kok ngobrol sama Papi?" tanya Tiano memperhatikan Pricila dari arah ruang makan. "Cara ngomongnya genit amat, awas saja sampai Papi kena rayuannya, habis sama kita!" sinis Tino dengan kedua alis bertaut. Shela tersenyum dengan tingkah posesif mereka berdua. "Bukan siapa-siapa, Sayang. Dia Tante Pricila, asisten Papi di kantor," jelasnya pada dua buah hatinya. "Mami lihat deh, dia genit sama Papi. Usir gih Mam, kita tidak suka!" seru Tino berkacak pinggang. "Sudah, sudah... Kalian lanjutkan saja sarapannya." Shela mengusap pucuk kepala dua anak laki-laki itu. Rasanya, Tino tidak a
Baca selengkapnya
Papiku Tidak Akan Tergoda!
Tiano yang ikut dengan Sebastian bertemu dengan beberapa rekannya. Namun di rumah makan mewah di mana mereka datang ada seseorang yang sangat tidak disukai oleh Tiano. Genggaman tangan Tiano di jari telunjuk Sebastian semakin erat. "Papi, gendong!" pintanya dengan memaksa. "Gendong... Tiano mau gendong!" pekik anak itu. "Kenapa malah gendong, Sayang. Itu teman-teman Papi ada di sana semua," ujar Sebastian menggendong Tiano dan berjalan ke meja mendekati rekannya. Dan kedatangan Sebastian disambut baik oleh mereka semua. Terutama Vir dan Gavin yang senang karena satu dari anak kembar Sebastian ikut. "Selamat datang, Boss kecil!" Vir menggoda Tiano seperti biasa. "Om, Om... Kok Tante itu diajak sih?! Dia genit ke Papiku, tahu!" pekik Tiano menunjuk ke arah Pricila. Saat itu juga Vir dan Gavin menoleh. Tiano memasang wajah marah dan tak suka pada wanita itu, sangat-sangat tidak suka. "Jangan begitu, Tiano..." Sebastian memperingati. "Putra Pak Sebastian lucu sekali," ujar rekan
Baca selengkapnya
Kehangatan Sebastian Morgan
Shela terlelap dengan pelukan erat Sebastian melilit pinggangnya. Suara dentingan ponsel di meja membuat kedua mata Shela terbuka. Wanita itu meraih ponsel milik Sebastian di atas meja, ada nama Pricila di sana. Shela lantas meraih ponsel itu cepat. 'Selamat pagi Pak Sebastian, sudah bangun, belum? Nanti sarapan di kantor ya Pak, saya buatkan sarapan buat Bapak.' Kedua mata Shela mengerjap, dia menoleh ke belakang menatap wajah tampan suaminya yang masih terlelap. "Wanita ini, berani sekali dia," gumam Shela. Shela pun tersenyum smirk membalas pesan itu. 'Apa kau tidak tahu ini masih gelap! Antusias sekali kau membuatkan sarapan! Masakan Istriku jauh lebih enak, maaf... Kau makan sendiri saja!' Balasan itu rupanya cepat sekali dibaca, Shela kini tidak salah, dia ternyata kini punya musuh baru. 'Bapak kenapa sih, saya hanya perhatian pada Bapak saja. Tidak pada laki-laki lain, pak...' "Wanita brengsek!" umpat Shela saat itu juga. Sebastian pun langsung terbangun karena pekika
Baca selengkapnya
Mami Jangan Menangis
"Papi tidak bekerja ya? Papi libur?" Tino mengejar Sebastian yang kini berjalan menuju ruangan kerjanya. Dua anak laki-lakinya menjadi sangat posesif mengikuti ke manapun Sebastian pergi. "Papi kerja dari rumah, Sayang. Kalau ada meeting baru Papi pergi," jawab Sebastian seraya menatap dua anaknya. "Kenapa tidak dari dulu-dulu saja, Papi! Kasihan Mami tahu kalau di rumah sendiri, Tino sama Tiano sekolah, Tiana juga ikut kita. Terus Mami sendirian di rumah, pasti kesepian.""Kalau malam pun Papi juga suka pulang larut. Seperti itu katanya sayang sama Mami!" sinis Tino duduk di sofa yang berada di dekat jendela ruang kerja Papinya. Sebastian berdecak kecil mendengar seruan Tino. Kedua anak itu sibuk bermain di dalam ruangan itu, Sebastian sama sekali tidak keberatan. Mungkin awalnya dulu dia terganggu dengan tawa dan keramaian anak-anaknya, tapi kini saat rumah sepi dia malah tidak nyaman. "Mami di mana, Sayang?" tanya Sebastian pada Tino dan Tiano. "Mami sedang sama Adik Tiana,
Baca selengkapnya
Kesempatan Terakhir dari Shela
Sebastian duduk di dalam kamar menemani Tiana. Putrinya sudah tidur dan Tino yang sejak tadi menemaninya pun sampai ikut tertidur. Kini dia menyadari Shela yang tak ada di sana. Sebastian mengusap wajahnya pelan, dia menatap Tiana yang wajahnya sembab dan tangannya yang ia bungkus perban kecil. "Di mana Shela?" gumam lirih Sebastian. Laki-laki itu melangkahkan kakinya turun ke lantai satu. Di sana, Sebastian melihat Tiano main sendirian di rumah tengah. Sedangkan di sofa, ada Shela berbaring, dia tertidur. Sebastian hendak mendekati Shela, namun tiba-tiba saja Tiano berlari memeluk Shela dan memberikan tatapan dingin padanya. "Mau apa deketin Mamiku!" sentak Tiano dengan berani. Kedua mata anak itu memerah, tangannya gemetar memegang mainan dinosaurus miliknya. "Sayang, Papi-""Sana... Jangan dekati Mami! Paman bukan Papiku!" pekik Tiano, anak itu menangis. Sebastian merasakan kakinya lemas, kenapa pula Tiano marah sampai seperti ini kepadanya?Setelah melihat Maminya menangis
Baca selengkapnya
Kesalahan Tak Termaafkan
"Mau apa sih ke sini terus! Pulang sana Tante! Pulang... Hihhh bandel banget sih, Tante Ulat Bulu!" "Pergi! Kita tidak suka Tante! Pergi sana!" Teriakan keras Tino dan Tiano di teras membuat Shela langsung berlari ke depan seraya menggendong Tiana. Benar sekali, di depan ada Pricila yang berdiri membawakan beberapa paper bag makanan di tangannya. "Sayang... Ada apa?!" pekik Shela berlari ke depan. "Ini Mami, ada Tante ini! Tino tidak suka!" "Tiano juga, Tante Ulat Bulu ini genit sama Papi!" teriak Tiano kesal. Shela menurunkan Tiana di belakangnya, dia juga menarik lengan si kembar dan membawa dua buah hatinya bersembunyi di belakang tubuh Shela. Pricila menatap Shela sembari tersenyum manis. "Anak-anak yang sopan sekali ya, Nyonya Shela." Wajah Shela menjadi sangat kaku dan ekspresi berubah marah. "Anakku adalah anak yang pintar, bisa membedakan mana manusia baik dan mana manusia murahan sepertimu!" tekan Shela menatap sengit Pricila. "Mami jangan dekat-dekat," lirih Tian
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1617181920
...
38
DMCA.com Protection Status