Semua Bab Terjerat Hasrat Suami Kontrak : Bab 141 - Bab 150
203 Bab
141. Apa Ini Hukumanku?
Usai memanggil dokter keluarga untuk memeriksa River, Siegran bergegas pergi ke apartemen di kawasan elit San Pedro. Dia menekan bel, tapi beberapa menit menunggu, pintunya tak kunjung dibuka. Di sisi lain, Amber hanya mengamati Siegran dari monitor kecil yang menempel di dinding apartemennya. ‘Aish, apa yang harus aku katakan padanya?’ batin wanita itu sambil berkacak pinggang. “Nona, saya mohon buka pintunya,” tutur Siegran yang tampak gelisah dari monitor. Amber menarik napas panjang, seraya berkata, “mengapa dia memasang wajah begitu?” Amber menekan tombol, lalu berujar, “dengar, Siegran. Kalau kau datang untuk menanyakan tentang—” “Saya merindukan Anda!” sahut Siegran memotong. Sang wanita seketika terdiam. Tangannya menyugar rambut dengan frustasi. ‘Sial! Dia tahu kelemahanku!’ cibirnya dalam batin. Akhirnya Amber membuka pintu dengan wajah tertekuk. Dia merentangkan tangan, memberi isyarat agar Siegran memeluknya. Namun, asisten River yang kaku itu malah terdiam canggun
Baca selengkapnya
142. Aku Merindukan Adeline
‘Bagaimana ini? Tuan River punya trauma di lautan, bisa bahaya jika beliau pergi sendiri,’ batin Siegran resah.Ya, untuk menyeberang ke La Ceiba menggunakan kapal saja butuh waktu hampir enam jam. River akan kelelahan jika memaksakan diri melintas dengan spead boat kecil. Belum lagi cuaca sedang buruk, tidak mustahil jika River terkena badai di tengah lautan.Siegran mengusap belakang lehernya yang terasa kaku, lalu kembali ke tempat nahkoda.“Saya mohon, kita harus segera menyusul Tuan River!” tukasnya buncah.Namun, nahkoda itu malah memampangkan wajah muram dan lantas menjawab, “maaf, Tuan. Kami tidak berani beroperasi sekarang. Tuan melihat sendiri kalau cuaca se—”“Nyawa seseorang dalam bahaya! Apa kalian akan tutup mata?!” Siegran menyambar sebelum Nahkoda itu menuntaskan katanya.“Tapi ….”“Saya akan membayar lima kali lipat!” Siegran berkata tegas.Dan itu membuat sang nahkoda berpaling pada rekannya. Dia tahu rekannya itu sedang butuh uang, dan dirinya coba memberikan tawara
Baca selengkapnya
143. Kau Milikku!
River dan Siegran berpaling ke belakang. Mereka membelalak saat Adeline menodongkan pistol Five-seven dengan tatapan tajam. Itu adalah senjata api semi otomatis yang dulu dihadiahkan River untuk Adeline. “River?!” Ekspresi Adeline jatuh saat melihat suaminya.Dari jarak sepuluh meter, penampilan River yang biasanya menawan kini tampak berantakan. Terlebih kemeja dan rambutnya yang basah, pria itu terlihat menyedihkan. Namun, kabut resah di wajahnya sekejap pudar ketika melihat istrinya.Dia melangkah ke arah sang istri seraya berkata, “Adeline—”“Berhenti!” Adeline langsung menyambar hingga River terpaksa menghentikan kakinya. “Jangan mendekat, bicaralah dari sana!” “Tapi ….” River meredam ucapnya saat Adeline mundur. Istrinya itu menghindarinya seolah dia adalah wabah.“Kenapa kau datang ke sini?!” tukas Adeline dengan gigi terkatup.Miaw!Tatapan River beralih ke anak kucing putih yang digendong Adeline. Benar, di tengah hujan tadi Adeline keluar karena mendengar anak kucing menge
Baca selengkapnya
144. Bolehkah Aku Menciummu?
“Adeline!” Beruntung River berhasil menahan Adeline sebelum wanita itu menyerusuk ke tanah. Dia yang kebetulan datang ke vila, segera menarik Adeline di atas. “Apa yang kau lakukan?!” bentaknya. Adeline tercengang melihat ekspresi suaminya buncah. “A-aku hanya—” “Ini berbahaya, bagaimana jika kau jatuh dan bayi kita ….” River menghentikan ucapnya saat melihat alis Adeline menyatu. Wanita itu menghempas cekalan River seraya mendecak, “minggir! Aku harus menyelamatkan kucing itu!” Dia berpaling ke anak kucing yang kesakitan karena terjepit batang pohon tadi. Tapi belum sempat dirinya melangkah, River kembali mencengkeram seraya mendengus, “apa kau gila, Adeline?! Aku bilang itu bahaya!” “Kau tidak berhak melarangku!” sambar Adeline bersikeras. “Tetap di sini, biar aku yang mengambilnya!” River berkata tegas. Pria itu langsung melepas sepatu dan perlahan turun mengambil anak kucing yang malang tadi. Namun, tanpa sadar kakinya menginjak benda tajam hingga membuat keningnya menge
Baca selengkapnya
145. Know Your Limits, Tuan Reiner!
“Tuan River meminta orang datang membawa helikopter, Nyonya,” tutur Siegran menjelaskan. “Helikopter?” sahut Adeline mengernyit. Dia lantas berpaling pada River dengan ekspresi penuh tanya.“Ah … itu agar kita bisa pulang dengan aman. Cuaca sedang tidak menentu, akan bahaya jika kita melewati laut. Dan juga, aku tidak ingin bayi kita terguncang,” tukas River dengan wajah seriusnya.Adeline menahan senyum, lalu melengos dari River. “Usia kandunganku baru mencapai bulan ketiga, janin kita masih aman meski aku lari marathon.”“Siapa yang mengijinkanmu berlari? Kau tidak boleh berlari, kau harus berjalan hati-hati dan jangan pakai sepatu hak tinggi. Kalau perlu, aku akan menggendongmu!” sahut River tegas.“Hei, aku sedang hamil, bukannya sakit!” Adeline pun protes.Alih-alih langsung menjawab, River malah menjulurkan tangannya dan menarik dagu Adeline. Pria itu mendekat, tapi Adeline yang gugup langsung menjaga jarak. “A-apa yang kau lakukan? Siegran melihat kita,” bisik wanita itu.“Si
Baca selengkapnya
146. Kau Masih Punya Aku
“Berikan padaku,” tutur River meraih telepon.Ekspresi pria itu berangsur gelap saat mendengar seseorang bicara dari seberang. Dan itu memicu kecemasan Adeline.“Baik, terima kasih, Inspektur,” ujar River menutup panggilan.Dia tak sanggup menatap wajah Adeline, tapi istrinya itu malah bertanya, “apa yang terjadi?”Tapi River malah bungkam.“Apa ada masalah?!” Sang istri mendesak.“Adeline, Ayah mertua … Ayah mertua meninggal dunia,” tutur River yang sontak membuat manik Adeline selebar cakram.“A-apa? Ayah … i-itu tidak mungkin!” Wanita itu menyahut tegang.Ya, penyakit kanker lambung Heinry yang sudah mencapai stadium lanjut sangat ganas. Terlebih dia tidak mendapat tindakan medis selama di penjara, sebab dirinya juga menolak untuk dirawat.“Polisi bilang, Ayah mertua mengembuskan napas terakhirnya pagi ini,” tutur River lirih.Adeline hampir jatuh, tapi River berhasil merengkuhnya. Pria itu meraih pet cargo berisi anak kucing dari Adeline dan menyerahkannya pada pelayan.“A-ayah …,
Baca selengkapnya
147. Aku Ingin Kencan
*** Tiga bulan semenjak kepergian Heinry, Adeline lebih jarang ke Picasso Hotel. Selain karena perutnya yang sudah membesar, dia juga mudah kelelahan. River sudah memintanya cuti, tapi Adeline tidak tahan jika berdiam diri tanpa bekerja. Sebab itu, River lebih cermat mengawasinya.Sore itu, River datang ke Picasso Hotel untuk menjemput Adeline. Dia tersenyum tipis saat masuk ke ruang direktur dan menemukan sang istri masih bergelut dengan dokumen.“Kenapa kau masih bekerja?” katanya yang seketika membuyarkan fokus sang istri.“Heuh? Kapan kau datang?” Adeline bertanya bingung.River berjalan mendekat, lalu meraih dokumen dari tangan Adeline.Namun, belum sempat River berkata, Ben masuk ke ruang kerja Adeline. “Oh, maaf. Saya tidak tahu kalau Tuan dan Nyonya—”“Tidak masalah. Masuklah, Tuan Ben,” tutur Adeline memberi ijin.Ben lantas mendekat dan menyerahkan dokumen lain. “Ini data yang Anda minta, Nyonya. Saya sudah menyusunnya berdasarkan data tahun kemarin,” tukas Ben sopan.“Te
Baca selengkapnya
148. Pria Itu Memang Bisa Diandalkan
“Ada yang tertembak!” Seseorang memekik.Beberapa orang di luar rumah sakit langsung heboh. Mereka panik dan mencari perlindungan bersama orang terdekat.River pun mendekap Adeline erat, tapi maniknya sontak melebar saat melihat Siegran ambruk dengan dada bersimpah darah.“Siegran!” tukas River terkejut, begitu pun dengan Adeline.Mereka menghampiri Siegran yang tampak kesakitan.Ya, sebelumnya Siegran tak sengaja melihat pria misterius mengarahkan pistol pada Adeline. Dalam waktu sesingkat itu, dia menghalangi tembakan yang harusnya mengenai sang nyonya.River merengkuh Siegran. Netranya memindai sekitar dan tak sengaja melihat mobil mencurigakan melesat kencang.‘Sialan!’ gemingnya mengumpat tajam.Dia memastikan Adeline di sampingnya, lalu berpaling lagi pada Siegran yang mengernyit sakit. Jelas sekali dia kehilangan banyak darah, karena peluru itu mengenai dada kirinya.“Bertahanlah!” River berkata tegas.Orang-orang berkumpul. Beberapa perawat datang dan langsung menghampiri mere
Baca selengkapnya
149. Panggilan ‘Sayang’
“Kami menemukannya di Danau Atitlan,” sahut Dieter dari seberang.Dia adalah bawahan Siegran yang sama loyalnya pada River. Mendengar rekannya tertembak, Dieter dan beberapa antek lain langsung melesat ke danau itu meskipun tengah malam.“Mobil itu tenggelam di danau, kami mendereknya dan menemukan seorang lelaki tewas di dalamnya, Tuan.”Alis River berkedut mendengar laporan itu. Tangannya pun mengepal geram karena kutu pengganggunya berani mati tanpa seijinnya.Dengan gigi terkatup, River pun bertanya, “siapa dia?!”“Sepertinya dia mantan anggota geng. Saya ingat dia pernah masuk penjara karena kasus pembantaian buruh pabrik. Sudah lama dia kabur dari penjara, Tuan, karena itu dia masuk daftar buronan, tapi ….” Dieter menjeda ucapnya.“Teruskan!” River berkata tegas. “Saya pikir dia juga dibunuh, Tuan!” sambar Dieter yang seketika membuat River mengernyit.Belum sempat River menyahut, Dieter kembali berkata, “saya menemukan bekas luka di lehernya. Kemunginan besar seseorang melenya
Baca selengkapnya
150. Daddy Pasti Iri Padaku
Adeline segera menutup telepon. Wajahnya menegang dan langsung memblokir nomor tak dikenal itu.‘Tidak! Aku pasti salah dengar. Mustahil dia kembali!’ batinnya dengan manik gemetar.Adeline tak bisa mengambil risiko jika masa lalunya kembali mengusik. Terlebih kini dia sedang hamil, wanita itu tak mau sesuatu yang buruk terjadi. Hingga dia memilih menghindari masalah.Adeline pun melirik dokumen yang berisi data-data tamu undangan hotel di mejanya. ‘Ya, ada yang lebih penting sekarang.’Dirinya lantas menghubungi manager hotelnya untuk menyiapkan undangan khusus bagi para tamu spesial.Malamnya, River pulang lebih cepat. Setelah insiden penembakan, dia selalu gelisah meninggalkan Adeline sendiri. Dia yang biasanya gila kerja, kini ingin cepat-cepat menemui istri dan menyapa bayi dalam kandungan Adeline.Namun, saat pria itu melihat wajah Adeline, dia merasa ada sesuatu yang wanita itu tutupi. Dia yang baru saja mandi dan masih mengenakan bathrope, menghampiri Adeline yang duduk di dep
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
21
DMCA.com Protection Status